Di kepulauan Okinawa, Jepang, dikenal sebagai salah satu
"Zona Biru" tempat manusia berumur panjang, terdapat konsep kuno yang
digadang-gadang sebagai rahasia kebahagiaan dan umur panjang: Ikigai (生き甲斐).
Belakangan, filosofi ini meluas ke seluruh dunia, termasuk di kalangan anak
muda, yang menjadikannya kompas mencari makna hidup dan kesuksesan. Tapi
benarkah menemukan Ikigai adalah kunci ajaib untuk hidup bahagia dan sukses,
terutama di usia muda yang penuh gejolak dan eksplorasi?
![]() |
Apa yang kamu kuasai (Paxels.com/ Charles Parker) |
Mengurai Makna Ikigai: Lebih dari Sekadar Venn Diagram
Secara harfiah, Ikigai berarti "alasan untuk
hidup" atau "nilai dalam hidup". Namun, esensinya jauh lebih
dalam dari sekadar terjemahan. Ikigai adalah titik temu harmonis dari empat
elemen fundamental:
- Apa
yang Anda cintai (Passion/What you love): Aktivitas atau hal-hal
yang membuat Anda bersemangat dan lupa waktu.
- Apa
yang dunia butuhkan (Mission/What the world needs): Kontribusi
atau nilai yang dapat Anda berikan kepada masyarakat atau lingkungan.
- Apa
yang bisa Anda dibayar (Vocation/What you can be paid for): Keterampilan
atau keahlian yang memiliki nilai ekonomi, menjadi sumber penghasilan.
- Apa
yang Anda kuasai (Profession/What you are good at): Bakat,
kemampuan, atau keahlian yang Anda miliki dan asah.
Keempat elemen ini sering digambarkan dalam diagram Venn
bersinggungan. Titik pusat pertemuan keempat lingkaran inilah yang
disebut Ikigai. Namun, penting dicatat, bagi orang Jepang sendiri,
Ikigai tidak selalu harus mencakup semua empat aspek secara sempurna atau
menghasilkan uang. Terkadang, Ikigai bisa sederhana: merawat taman, menghadiri
pertemuan komunitas, atau dedikasi pada kerajinan tradisional.
Ikigai di Usia Muda: Antara Ekspektasi dan Realita
Bagi generasi muda yang tengah mencari jati diri dan
merintis karier, konsep Ikigai sering dianggap sebagai formula sempurna:
- Menggabungkan
Passion dan Pekerjaan: Alih-alih terjebak dalam "rat race",
anak muda didorong mencari pekerjaan yang selaras dengan minat dan bakat.
- Berkontribusi
Positif: Generasi Z dan Milenial dikenal lebih peduli pada isu sosial
dan lingkungan. Ikigai memberi kerangka untuk mengubah kepedulian itu
menjadi aksi nyata yang bermakna.
- Mencapai
Kepuasan Hidup: Menemukan aktivitas yang memenuhi keempat aspek
diharapkan membawa kebahagiaan mendalam dan mengurangi stres.
Contoh
Penerapan Ikigai oleh Anak Muda:
- Devina
(25), Ilustrator Digital & Aktivis Pendidikan:
- Cinta: Menggambar
sejak kecil, bercerita melalui visual.
- Keahlian: Menguasai
teknik ilustrasi digital, desain grafis.
- Dibayar: Menerima
proyek komersial (desain merchandise, konten media sosial), mengajar
kelas online ilustrasi.
- Dunia
Butuh: Membuat konten edukasi visual tentang isu sosial,
mengajar anak-anak kurang mampu secara gratis.
- Ikigai
Devina: Menggunakan keterampilan ilustrasinya (keahlian &
cinta) untuk menciptakan konten edukatif (dunia butuh) yang juga menjadi
sumber penghasilannya (dibayar), memberi kepuasan mendalam karena
berkontribusi positif.
- Raka
(28), Pendiri Startup Agri-Tech:
- Cinta: Pertanian
berkelanjutan, teknologi.
- Keahlian: Pemrograman,
analisis data, pemahaman dasar pertanian.
- Dibayar: Menjual
platform SaaS (Software as a Service) untuk petani, pendanaan investor.
- Dunia
Butuh: Membantu petani meningkatkan hasil panen dengan efisien
dan ramah lingkungan, meningkatkan ketahanan pangan.
- Ikigai
Raka: Menggabungkan kecintaannya pada teknologi dan pertanian
(cinta & keahlian) untuk membangun solusi yang dibutuhkan petani
(dunia butuh) dalam sebuah bisnis yang viable (dibayar).
Ikigai:
Kunci Sukses dan Bahagia? Pro dan Kontra
Pendukung Ikigai (Pro):
- Memberi
Arah dan Motivasi: Memiliki alasan yang jelas untuk bangun pagi
meningkatkan motivasi intrinsik dan ketahanan menghadapi tantangan.
- Meningkatkan
Kepuasan Hidup: Penelitian menunjukkan hubungan antara memiliki
Ikigai dengan tingkat kebahagiaan, kepuasan hidup, dan bahkan kesehatan
fisik yang lebih baik. Studi di Jepang sering mengaitkannya dengan umur
panjang.
- Mengurangi
Stres dan Burnout: Bekerja pada sesuatu yang bermakna dan disukai
dapat mengurangi perasaan terjebak dan kelelahan emosional.
- Mendorong
Keselarasan Hidup: Ikigai membantu menyelaraskan nilai-nilai
pribadi dengan tindakan sehari-hari.
Kritik dan Tantangan (Kontra):
- Tekanan
untuk "Menemukan" Secara Instan: Bagi banyak anak muda,
pencarian Ikigai bisa menjadi sumber tekanan baru. Harapan menemukan
"satu hal sempurna" bisa memicu kecemasan dan perasaan gagal
jika belum ketemu.
- Tidak
Realistis untuk Semua Orang: Tidak semua orang memiliki privilege
untuk mengejar pekerjaan yang sempurna mencakup keempat aspek, terutama
karena tuntutan ekonomi atau tanggung jawab keluarga. Bekerja untuk
bertahan hidup juga bisa memiliki nilai dan makna tersendiri.
- Bisa
Mengaburkan Perjalanan: Filosofi ini bisa membuat orang fokus
hanya pada "tujuan akhir" (menemukan Ikigai) dan mengabaikan
nilai dari proses pembelajaran, eksplorasi, dan bahkan kegagalan di usia
muda.
- Potensi
Eksploitasi: Di dunia kerja, konsep Ikigai terkadang
disalahartikan untuk membenarkan kerja berlebihan (overwork) dengan dalih
"mengikuti passion", yang bertentangan dengan prinsip
keseimbangan hidup.
- Kesederhanaan
Diagram: Diagram Venn yang populer sering menyederhanakan
kompleksitas hidup. Ikigai seseorang bisa berubah seiring waktu, dan titik
temu itu tidak selalu statis atau mudah didefinisikan.
Ahli
Menimbang:
- Dr.
Hector Garcia (Penulis "Ikigai: The Japanese Secret to a Long and
Happy Life") dalam bukunya menekankan bahwa Ikigai orang
Okinawa seringkali terletak pada hal-hal kecil, rutinitas, dan koneksi
sosial yang dalam, bukan hanya karier gemilang. Dia menyarankan untuk
memulai dari hal-hal yang membuat kita merasa hidup saat ini.
- Ken
Mogi, Ph.D. (Neuroscientist & Penulis "The Little Book of
Ikigai") menyatakan bahwa Ikigai tidak harus satu hal besar.
Ia bisa terdiri dari banyak "Ikigai kecil" – sarapan enak,
obrolan dengan teman, hobi sore. Menemukan sukacita dalam momen-momen
kecil adalah kuncinya.
- Perspektif
Psikologi Positif: Konsep Ikigai memiliki kesamaan dengan
"Flow" (Mihaly Csikszentmihalyi) – keadaan ketika seseorang
sepenuhnya terlibat dan menikmati suatu aktivitas. Keduanya terkait dengan
kesejahteraan psikologis. Namun, psikolog juga memperingatkan agar tidak
menjadikan pencarian Ikigai sebagai beban perfeksionis.
Ikigai
sebagai Kompas, Bukan Destinasi Akhir
Filosofi Ikigai ala Jepang menawarkan kerangka yang sangat
berharga bagi anak muda untuk merenungkan makna hidup, keselarasan nilai, dan
potensi kontribusi mereka. Ia bisa menjadi kompas yang kuat menuju
hidup yang lebih penuh, bahagia, dan potensial sukses, dengan catatan:
- Proses,
Bukan Keajaiban Instan: Menemukan Ikigai adalah perjalanan
panjang penuh eksplorasi, percobaan, dan refleksi, bukan sesuatu yang
ditemukan semalam.
- Fleksibilitas: Ikigai
bisa berevolusi seiring bertambahnya usia, pengalaman, dan perubahan
prioritas.
- "Ikigai
Kecil" pun Berharga: Jangan meremehkan sukacita dan makna
dari aktivitas sederhana sehari-hari dan hubungan sosial.
- Keseimbangan
adalah Kunci: Ikigai tidak boleh menjadi pembenaran untuk
mengabaikan kesehatan fisik, mental, atau hubungan personal.
- Tidak
Harus Sempurna: Titik temu ideal keempat aspek adalah tujuan
mulia, tetapi menemukan aktivitas yang memenuhi dua atau tiga aspek pun
sudah bisa membawa kebahagiaan dan makna yang signifikan.
Jadi, benarkah Ikigai kunci hidup bahagia dan sukses di usia
muda? Ya, jika dipahami sebagai panduan dinamis untuk menjalani hidup
dengan lebih sadar dan bermakna. Tidak, jika dianggap sebagai
formula kaku yang harus ditemukan segera dan sempurna, yang justru berpotensi
menimbulkan tekanan baru. Rahasia sejati mungkin terletak pada
perjalanan aktif mencari, mencoba, belajar, dan menghargai setiap langkah dalam
menemukan "alasan untuk bangun pagi" versi kita sendiri, sambil tetap
terbuka pada keindahan ketidaktahuan yang khas masa muda.
Referensi & Sumber:
- Garcia,
H., & Miralles, F. (2017). Ikigai: The Japanese Secret to a
Long and Happy Life. Penguin Life.
- Mogi,
K. (2017). The Little Book of Ikigai: The Essential Japanese Way
to Finding Your Purpose in Life. Quercus.
- Buettner,
D. (2005). The Secrets of Long Life. National Geographic
Magazine. (Membahas Zona Biru termasuk Okinawa).
- Mathews,
G. (1996). What Makes Life Worth Living? How Japanese and
Americans Make Sense of Their Worlds. University of California Press.
(Memberikan konteks antropologis).
- Csikszentmihalyi,
M. (1990). Flow: The Psychology of Optimal Experience. Harper
& Row. (Konsep terkait keterlibatan penuh).
- OECD
Better Life Index: https://www.oecdbetterlifeindex.org/ (Data
kesejahteraan).
- Ohsawa,
M. (1966). Ikigai-ni-tsuite (About Ikigai). Japan: Kobundo.
(Sumber asli dalam Bahasa Jepang).
- Sone,
T., et al. (2008). "Sense of life worth living (ikigai) and mortality
in Japan: Ohsaki Study."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar