Di era digital dan budaya pop yang serba cepat ini, hubungan
asmara di kalangan Gen Z sudah jauh lebih kompleks daripada sekadar cinta dan
komitmen. Istilah-istilah seperti ghosting, gaslighting, dan red
flag kini sering terdengar, menggambarkan dinamika hubungan yang makin
pelik. Artikel ini akan membahas penyebabnya, mulai dari pengaruh media digital
hingga manipulasi psikologis, dengan dukungan data penelitian dan cerita nyata.
Hubungan Gen Z (Pexels.com/Edwin Malca Cerna)
1.Ghosting : Tiba-tiba Menghilang Tanpa Kabar
Apa Itu Ghosting?
Ghosting adalah tindakan mengakhiri komunikasi secara
mendadak dalam sebuah hubungan tanpa penjelasan atau penutupan. Fenomena ini
menjadi sangat populer seiring dengan menjamurnya aplikasi kencan daring
seperti Tinder dan Bumble.
Contoh Nyata:
Seorang mahasiswi 22 tahun di Surabaya menceritakan
pengalamannya: "Kami sering bertemu, tapi suatu hari pesannya hanya dibaca
tanpa balasan. Saya coba telepon, nomornya tidak aktif. Rasanya seperti dihapus
dari hidupnya tanpa jejak."
Penyebabnya:
- Budaya
'Geser' yang Instan: Kemudahan mencari pasangan baru di aplikasi
kencan membuat orang cenderung menghindari penyelesaian konflik
(berdasarkan studi Journal of Social and Personal Relationships, 2018).
- Menghindari
Tanggung Jawab Emosional: Dr. Monica Vermani, seorang psikolog klinis,
dalam Psychology Today menyatakan, "Ghosting adalah bentuk
penghindaran agar tidak dianggap sebagai 'orang jahat'."
- Ilusi
Kesempurnaan: Banyak orang memilih untuk "kabur" daripada
menerima ketidaksempurnaan pasangan.
2. Gaslighting: Manipulasi Psikologis yang Merusak Mental
Memahami Gaslighting:
Gaslighting adalah bentuk manipulasi psikologis yang
membuat korban meragukan realitas, ingatan, atau persepsinya sendiri. Istilah
ini berasal dari film Gaslight (1944), di mana seorang suami
perlahan-lahan membuat istrinya merasa gila.
Kasus Nyata:
Seorang pria 27 tahun di Medan mengungkapkan, "Pacar
sering mengubah cerita. Ketika saya protes, dia bilang, 'Kamu salah dengar, aku
tidak pernah bilang begitu.' Saya sampai ragu dengan ingatan saya
sendiri."
Dampaknya:
- Korban
gaslighting berisiko mengalami kecemasan kronis, depresi, dan masalah
identitas diri.
- Menurut
American Psychological Association (APA), pola ini sering ditemukan
dalam hubungan yang melibatkan kekerasan emosional.
Taktik Gaslighting yang Umum:
- Penyangkalan
Tegas: "Aku tidak pernah berjanji seperti itu!"
- Memutarbalikkan
Fakta: "Kamu yang salah paham, aku selalu baik."
- Mengecilkan
Perasaan: "Dasar lebay, cuma begitu saja tersinggung."
3. Red Flag: Peringatan Bahaya yang Sering Diabaikan
Apa Itu Red Flag?
Red flag adalah tanda peringatan dalam hubungan yang
mengindikasikan adanya potensi perilaku beracun (toxic), seperti kontrol
berlebihan, ketidakjujuran, atau agresi pasif.
Contoh Nyata:
- Isolasi
Sosial: "Dia melarangku ikut acara kampus dengan alasan cemburu
buta," cerita seorang karyawan 24 tahun di Bali.
- Love
Bombing: Memberikan hadiah mahal dan pujian berlebihan di awal
hubungan, lalu tiba-tiba menarik diri untuk menciptakan ketergantungan.
Mengapa Sulit Dideteksi?
- Romantisisasi
Hubungan Toxic: Drama di televisi sering menggambarkan posesif sebagai
"bukti cinta," sehingga red flag dianggap normal.
- Keterikatan
Emosional: Menurut konselor hubungan Dini Arini, M.Psi., "Banyak
korban mengabaikan red flag karena takut kehilangan pasangan yang dianggap
'soulmate'."
Akar Kerumitan Hubungan Generasi Kini
a. Pengaruh Teknologi dan Dunia Maya
- Komunikasi
Dangkal: Interaksi melalui chat rentan menimbulkan salah paham
karena tidak ada ekspresi nonverbal.
- Budaya
Pamer Hubungan: Tren "couple goals" di TikTok dan Instagram
menciptakan standar yang tidak realistis.
b. Pergeseran Prioritas Hidup
- Survei
Pew Research Center (2023) menunjukkan 64% Gen Z lebih
memprioritaskan karier dan pendidikan di atas pernikahan.
- Generasi
muda kini lebih kritis dan menolak hubungan yang mengganggu kesehatan
mental.
c. Minimnya Contoh Relasi Sehat
- Banyak
anak muda belajar dari konten media sosial yang menormalisasi perilaku
beracun, seperti anggapan bahwa "cinta itu harus menyakitkan."
Jalan Keluar: Membangun Kembali Pola Hubungan
- Tingkatkan
Kepekaan: Waspadai red flag sejak awal perkenalan, misalnya sikap
tidak menghargai privasi.
- Komunikasi
Dua Arah: Utarakan ekspektasi secara jelas tanpa menyerang, contohnya:
"Aku tidak nyaman ketika kamu…"
- Edukasi
Mandiri: Ikuti akun edukasi hubungan sehat seperti @psych2go atau baca
buku Set Boundaries, Find Peace (Nedra Glover Tawwab).
Sumber Referensi
- LeFebvre,
L. E. (2020). Ghosting as a Relationship Dissolution Strategy.
Journal of Social and Personal Relationships. https://www.researchgate.net/publication/317576909_Phantom_Lovers_Ghosting_as_a_Relationship_Dissolution_Strategy_in_the_Technological_Age
- Sweet,
P. L. (2019). The Sociology of Gaslighting. American
Sociological Review.
https://www.asanet.org/wp-content/uploads/attach/journals/oct19asrfeature.pdf
- Pew
Research Center. (2023). Gen Z and the Future of Relationships.
https://www.pewresearch.org/social-trends/2020/05/14/on-the-cusp-of-adulthood-and-facing-an-uncertain-future-what-we-know-about-gen-z-so-far/
- Wawancara
dengan Dini Arini, M.Psi., Konselor di Pusat Layanan Psikologi Bandung. http://repository.binawan.ac.id/2232/2/PSIKOLOGI%20KLINIS-New.pdf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar