google-site-verification: googled7eb6b0c81c08f42.html Ilmu Pengetahuan Sosial: Biaya Hidup Melambung: Strategi Bertahan di Kota Besar dengan Gaji UMR

Translate

Senin, 21 Juli 2025

Biaya Hidup Melambung: Strategi Bertahan di Kota Besar dengan Gaji UMR

 

Tembusnya harga kebutuhan pokok, tarif transportasi, hingga sewa hunian terus memompa biaya hidup di kota-kota besar Indonesia. Bagi para pekerja dengan upah minimum regional (UMR), gelombang kenaikan ini bagai menghadang dengan perahu kano. Lantas, bagaimana strategi bertahan ketika pendapatan pas-pasan sementara pengeluaran terus meroket?

Bertahan Hidup di Kota Besar (Pexels.com/Jose Luis Production)

Data Badan Pusat Statistik (BPS) per Juni 2025 mencatat inflasi tahunan sebesar 4,8%, didorong terutama oleh kenaikan harga bahan makanan dan jasa transportasi. Di Jakarta, UMR 2025 berada di angka Rp 5.067.381. Namun, simulasi sederhana menggambarkan betapa rapuhnya posisi ini.

"Gaji UMR itu seperti berlari di treadmill, terus lari tapi tidak maju-maju. Begitu ada kebutuhan mendadak, seperti sakit atau perbaikan rumah, langsung ambrol," ujar Andika Pratama, pekerja sektor retail di Jakarta yang bergaji UMR, menggambarkan situasi yang dihadapi banyak orang.

Membelah Anggaran, dari Sekadar Hidup ke Hidup Terencana

Kunci utama bertahan adalah penganggaran ketat dan identifikasi prioritas mutlak. Berikut breakdown contoh anggaran bulanan berdasarkan UMR DKI Jakarta 2025 (Rp 5.067.381):

  1. Sewa Kos/Kontrakan: Rp 1.200.000 - Rp 1.800.000 (Lokasi pinggiran, fasilitas minimalis, kamar kecil).
  2. Listrik, Air, & PDAM: Rp 300.000 - Rp 500.000 (Penggunaan hemat, jarang AC).
  3. Transportasi: Rp 600.000 - Rp 900.000 (Kombinasi KRL/Transjakarta/MRT dengan angkot/ojek online, atau motor pribadi plus bensin dan perawatan dasar).
  4. Makan & Minum: Rp 1.500.000 - Rp 2.000.000 (Masak sendiri 90%, jarang jajan, menu sederhana seperti nasi, telur, tempe/tahu, sayur lokal. Contoh: Sarapan nasi telur (Rp 10.000), makan siang nasi+tempe/tahu+sayur (Rp 15.000), makan malam serupa. Total ~Rp 40.000-50.000/hari).
  5. Pulsa/Internet: Rp 100.000 - Rp 150.000 (Paket dasar, wifi kantor/kos dimanfaatkan).
  6. Kebutuhan Pokok Lain (Sampo, Sabun, dll): Rp 150.000 - Rp 200.000.
  7. Iuran Wajib (BPJS Kesehatan): Rp 80.000 (Kelas III).
  8. Cadangan Darurat/Keinginan: Rp 100.000 - Rp 337.381 (Sisa yang sangat kecil, sangat rentan habis untuk keperluan tak terduga).

Total pengeluaran dasar sudah menyedot Rp 4.030.000 - Rp 5.967.000. Jelas terlihat betapa margin untuk menabung atau kebutuhan tak terduga sangat tipis, bahkan sering minus jika harga melonjak tak terduga.

Tips Konkret Bertahan di Tengah Tekanan

  1. Makan Cerdas, Bukan Sekadar Murah:
    • Prioritaskan Masak: Investasi waktu untuk masak dalam porsi besar (meal prep) jauh lebih hemat ketimbang beli harian.
    • Beli Pasar Tradisional & Musiman: Harga lebih murah daripada supermarket. Sayur dan buah musiman biasanya lebih terjangkau.
    • Protein Alternatif: Telur, tempe, tahu, kacang-kacangan adalah sumber protein jauh lebih murah daripada daging ayam/sapi. Contoh: Harga daging sapi bisa Rp 140.000/kg, sementara tempe Rp 10.000/5 potong besar.
    • Batasi Jajan & Minuman Kemasan: Air putih isi ulang jauh lebih hemat daripada kopi sachet atau minuman botol. Bawa bekal makan siang.
  2. Transportasi Pintar:
    • Kombinasi Moda Transportasi Umum: Manfaatkan KRL/Commuter Line, MRT, LRT, Transjakarta sebagai tulang punggung, baru disambung angkot/ojek online untuk first & last mile. Kartu multi-moda (seperti JakLingko) bisa efisienkan biaya.
    • Bike to Work (Jika Memungkinkan): Selain hemat, juga sehat. Pastikan rute aman dan tersedia tempat parkir.
    • Carpool/Kendaraan Bersama: Patungan bensin dengan rekan kerja yang satu rute.
  3. Hemat Energi di Rumah:
    • Matikan Perangkat: Cabut charger, matikan lampu dan alat elektronik jika tidak digunakan. Ganti lampu dengan LED.
    • Optimalkan Ventilasi: Kurangi ketergantungan AC dengan membuka jendela saat pagi/sore.
    • Gunakan Air Secukupnya: Mandi cepat, matikan keran saat menyikat gigi, tampung air bekas cucian untuk menyiram tanaman/kamar mandi.
  4. Atur Hunian dengan Bijak:
    • Pilih Lokasi Strategis (Bukan Pusat): Kos/kontrakan di pinggiran kota yang masih terjangkau transportasi umum biasanya lebih murah.
    • Ngekos Bersama (Kost Campur): Berbagi kamar atau mencari kost yang menyediakan kamar berisi 2-3 tempat tidur bisa memangkas biaya sewa signifikan.
    • Negosiasi Sewa & Cari Promo: Jangan ragu negosiasi, terutama untuk kontrak jangka panjang. Cek platform online untuk promo atau diskon pertama kali sewa.
  5. Manajemen Keuangan Ketat:
    • Budgeting 50/30/20 (Dimodifikasi): Alokasikan 70% untuk Kebutuhan (Housing, Makan, Transport, Listrik), 20% untuk Tabungan/Darurat (walau sedikit, wajib!), 10% untuk Keinginan/Iuran Sosial. Persentase ini lebih realistis untuk UMR daripada rumus standar.
    • Pisahkan Rekening: Miliki rekening terpisah khusus untuk tabungan/darurat yang tidak mudah diakses.
    • Catat Pengeluaran: Gunakan aplikasi atau buku catatan sederhana untuk memantau cash flow. Sadar ke mana uang pergi adalah langkah pertama penghematan.
    • Manfaatkan Promo & Cashback: Gunakan aplikasi e-wallet atau kartu kredit (jika ada) dengan bijak untuk promo belanja atau transportasi, TAPI pastikan tidak terjebak belanja lebih hanya karena promo.
  6. Cari Sumber Penghasilan Tambahan:
    • Side Hustle: Manfaatkan keterampilan (desain, menulis, mengajar les, jasa reparasi kecil, jualan online makanan/minuman rumahakan, driver online di luar jam kerja). Platform digital membuka banyak peluang.
    • Jual Barang Tidak Terpakai: Bersihkan lemari, jual barang bekas yang masih layak melalui marketplace.
  7. Manfaatkan Fasilitas Umum & Sosial:
    • Kesehatan: Utamakan berobat di fasilitas kesehatan primer (Puskesmas) atau klinik BPJS Kesehatan untuk menghemat biaya.
    • Ruang Publik: Manfaatkan taman kota, perpustakaan daerah, atau ruang komunitas untuk hiburan gratis.
    • Bantuan Sosial: Pantau informasi program bantuan sosial dari pemerintah daerah (jika memenuhi syarat), seperti BPNT atau bantuan subsidi lainnya.

Pentingnya Kesadaran Kolektif dan Kebijakan

Meski tips individu penting, Doni Ahmad, Peneliti Ekonomi dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), menekankan bahwa masalah hidup dengan UMR di kota besar memerlukan solusi struktural. "Pemerintah perlu terus memperkuat pengendalian inflasi, khususnya harga pangan. Di sisi lain, pengupahan yang lebih adil, ketersediaan perumahan terjangkau, dan transportasi umum yang murah serta efisien adalah kunci jangka panjang. UMR harus benar-benar menjadi batas bawah yang memenuhi kebutuhan hidup layak, bukan sekadar bertahan," paparnya merujuk pada Peraturan Pemerintah No. 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan yang mengatur penghitungan Kebutuhan Hidup Layak (KHL).

Bertahan dengan gaji UMR di tengah biaya hidup kota besar yang melambung memang seperti menjalani maraton ketahanan. Dibutuhkan disiplin tinggi, kreativitas, dan kemauan untuk hidup sangat sederhana. Penganggaran ketat, efisiensi di segala lini, dan memanfaatkan peluang tambahan menjadi senjata utama. Namun, keberlanjutan hidup yang layak bagi pekerja UMR juga menuntut komitmen serius dari pemangku kebijakan untuk menciptakan lingkungan ekonomi yang lebih adil dan terjangkau. Di ujung perjuangan sehari-hari, setiap penghematan yang berhasil bukan sekadar angka tersisa, melainkan secercah kendali atas hidup di tengah tekanan ekonomi yang kian menggunung.

Referensi Sumber:

  1. Badan Pusat Statistik (BPS). (Juni 2025). Berita Resmi Statistik: Inflasi dan Indeks Harga Konsumen. [Data Inflasi]
  2. Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Energi Provinsi DKI Jakarta. (2024). Keputusan Gubernur tentang Penetapan Upah Minimum Provinsi 2025. [Data UMR DKI Jakarta 2025]
  3. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan.
  4. Wawancara dengan Andika Pratama, Pekerja Retail, Jakarta (Juli 2025).
  5. Wawancara dengan Doni Ahmad, Peneliti Ekonomi, INDEF (Juli 2025).
  6. Observasi Harga Pasar Tradisional dan Supermarket di Jakarta (Juli 2025).
  7. Bank Indonesia. (2025). Laporan Perekonomian Indonesia. [Data Makroekonomi Pendukung].

Tidak ada komentar: