Tembusnya harga kebutuhan pokok, tarif transportasi, hingga
sewa hunian terus memompa biaya hidup di kota-kota besar Indonesia. Bagi para
pekerja dengan upah minimum regional (UMR), gelombang kenaikan ini bagai
menghadang dengan perahu kano. Lantas, bagaimana strategi bertahan ketika
pendapatan pas-pasan sementara pengeluaran terus meroket?
![]() |
Bertahan Hidup di Kota Besar (Pexels.com/Jose Luis Production) |
Data Badan Pusat Statistik (BPS) per Juni 2025 mencatat inflasi tahunan sebesar 4,8%, didorong terutama oleh kenaikan harga bahan makanan dan jasa transportasi. Di Jakarta, UMR 2025 berada di angka Rp 5.067.381. Namun, simulasi sederhana menggambarkan betapa rapuhnya posisi ini.
"Gaji UMR itu seperti berlari di treadmill, terus lari
tapi tidak maju-maju. Begitu ada kebutuhan mendadak, seperti sakit atau
perbaikan rumah, langsung ambrol," ujar Andika Pratama, pekerja sektor
retail di Jakarta yang bergaji UMR, menggambarkan situasi yang dihadapi banyak
orang.
Membelah Anggaran, dari Sekadar Hidup ke Hidup Terencana
Kunci utama bertahan adalah penganggaran ketat dan
identifikasi prioritas mutlak. Berikut breakdown contoh anggaran bulanan
berdasarkan UMR DKI Jakarta 2025 (Rp 5.067.381):
- Sewa
Kos/Kontrakan: Rp 1.200.000 - Rp 1.800.000 (Lokasi pinggiran,
fasilitas minimalis, kamar kecil).
- Listrik,
Air, & PDAM: Rp 300.000 - Rp 500.000 (Penggunaan hemat,
jarang AC).
- Transportasi: Rp
600.000 - Rp 900.000 (Kombinasi KRL/Transjakarta/MRT dengan angkot/ojek
online, atau motor pribadi plus bensin dan perawatan dasar).
- Makan
& Minum: Rp 1.500.000 - Rp 2.000.000 (Masak sendiri 90%,
jarang jajan, menu sederhana seperti nasi, telur, tempe/tahu, sayur lokal.
Contoh: Sarapan nasi telur (Rp 10.000), makan siang nasi+tempe/tahu+sayur
(Rp 15.000), makan malam serupa. Total ~Rp 40.000-50.000/hari).
- Pulsa/Internet: Rp
100.000 - Rp 150.000 (Paket dasar, wifi kantor/kos dimanfaatkan).
- Kebutuhan
Pokok Lain (Sampo, Sabun, dll): Rp 150.000 - Rp 200.000.
- Iuran
Wajib (BPJS Kesehatan): Rp 80.000 (Kelas III).
- Cadangan
Darurat/Keinginan: Rp 100.000 - Rp 337.381 (Sisa yang sangat
kecil, sangat rentan habis untuk keperluan tak terduga).
Total pengeluaran dasar sudah menyedot Rp 4.030.000
- Rp 5.967.000. Jelas terlihat betapa margin untuk menabung atau kebutuhan
tak terduga sangat tipis, bahkan sering minus jika harga melonjak tak terduga.
Tips Konkret Bertahan di Tengah Tekanan
- Makan
Cerdas, Bukan Sekadar Murah:
- Prioritaskan
Masak: Investasi waktu untuk masak dalam porsi besar (meal prep)
jauh lebih hemat ketimbang beli harian.
- Beli
Pasar Tradisional & Musiman: Harga lebih murah daripada
supermarket. Sayur dan buah musiman biasanya lebih terjangkau.
- Protein
Alternatif: Telur, tempe, tahu, kacang-kacangan adalah sumber
protein jauh lebih murah daripada daging ayam/sapi. Contoh: Harga daging
sapi bisa Rp 140.000/kg, sementara tempe Rp 10.000/5 potong besar.
- Batasi
Jajan & Minuman Kemasan: Air putih isi ulang jauh lebih
hemat daripada kopi sachet atau minuman botol. Bawa bekal makan siang.
- Transportasi
Pintar:
- Kombinasi
Moda Transportasi Umum: Manfaatkan KRL/Commuter Line, MRT, LRT,
Transjakarta sebagai tulang punggung, baru disambung angkot/ojek online
untuk first & last mile. Kartu multi-moda (seperti
JakLingko) bisa efisienkan biaya.
- Bike
to Work (Jika Memungkinkan): Selain hemat, juga sehat. Pastikan
rute aman dan tersedia tempat parkir.
- Carpool/Kendaraan
Bersama: Patungan bensin dengan rekan kerja yang satu rute.
- Hemat
Energi di Rumah:
- Matikan
Perangkat: Cabut charger, matikan lampu dan alat elektronik jika
tidak digunakan. Ganti lampu dengan LED.
- Optimalkan
Ventilasi: Kurangi ketergantungan AC dengan membuka jendela saat
pagi/sore.
- Gunakan
Air Secukupnya: Mandi cepat, matikan keran saat menyikat gigi,
tampung air bekas cucian untuk menyiram tanaman/kamar mandi.
- Atur
Hunian dengan Bijak:
- Pilih
Lokasi Strategis (Bukan Pusat): Kos/kontrakan di pinggiran kota
yang masih terjangkau transportasi umum biasanya lebih murah.
- Ngekos
Bersama (Kost Campur): Berbagi kamar atau mencari kost yang
menyediakan kamar berisi 2-3 tempat tidur bisa memangkas biaya sewa
signifikan.
- Negosiasi
Sewa & Cari Promo: Jangan ragu negosiasi, terutama untuk
kontrak jangka panjang. Cek platform online untuk promo atau diskon
pertama kali sewa.
- Manajemen
Keuangan Ketat:
- Budgeting
50/30/20 (Dimodifikasi): Alokasikan 70% untuk
Kebutuhan (Housing, Makan, Transport, Listrik), 20% untuk
Tabungan/Darurat (walau sedikit, wajib!), 10% untuk
Keinginan/Iuran Sosial. Persentase ini lebih realistis untuk UMR daripada
rumus standar.
- Pisahkan
Rekening: Miliki rekening terpisah khusus untuk tabungan/darurat
yang tidak mudah diakses.
- Catat
Pengeluaran: Gunakan aplikasi atau buku catatan sederhana untuk
memantau cash flow. Sadar ke mana uang pergi adalah langkah
pertama penghematan.
- Manfaatkan
Promo & Cashback: Gunakan aplikasi e-wallet atau kartu
kredit (jika ada) dengan bijak untuk promo belanja atau
transportasi, TAPI pastikan tidak terjebak belanja lebih
hanya karena promo.
- Cari
Sumber Penghasilan Tambahan:
- Side
Hustle: Manfaatkan keterampilan (desain, menulis, mengajar les,
jasa reparasi kecil, jualan online makanan/minuman rumahakan, driver
online di luar jam kerja). Platform digital membuka banyak peluang.
- Jual
Barang Tidak Terpakai: Bersihkan lemari, jual barang bekas yang
masih layak melalui marketplace.
- Manfaatkan
Fasilitas Umum & Sosial:
- Kesehatan: Utamakan
berobat di fasilitas kesehatan primer (Puskesmas) atau klinik BPJS
Kesehatan untuk menghemat biaya.
- Ruang
Publik: Manfaatkan taman kota, perpustakaan daerah, atau ruang
komunitas untuk hiburan gratis.
- Bantuan
Sosial: Pantau informasi program bantuan sosial dari pemerintah
daerah (jika memenuhi syarat), seperti BPNT atau bantuan subsidi lainnya.
Pentingnya Kesadaran Kolektif dan Kebijakan
Meski tips individu penting, Doni Ahmad, Peneliti Ekonomi
dari Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), menekankan
bahwa masalah hidup dengan UMR di kota besar memerlukan solusi struktural.
"Pemerintah perlu terus memperkuat pengendalian inflasi, khususnya harga
pangan. Di sisi lain, pengupahan yang lebih adil, ketersediaan perumahan
terjangkau, dan transportasi umum yang murah serta efisien adalah kunci jangka
panjang. UMR harus benar-benar menjadi batas bawah yang memenuhi kebutuhan hidup
layak, bukan sekadar bertahan," paparnya merujuk pada Peraturan Pemerintah
No. 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan yang mengatur penghitungan Kebutuhan Hidup
Layak (KHL).
Bertahan dengan gaji UMR di tengah biaya hidup kota besar
yang melambung memang seperti menjalani maraton ketahanan. Dibutuhkan disiplin
tinggi, kreativitas, dan kemauan untuk hidup sangat sederhana. Penganggaran
ketat, efisiensi di segala lini, dan memanfaatkan peluang tambahan menjadi
senjata utama. Namun, keberlanjutan hidup yang layak bagi pekerja UMR juga
menuntut komitmen serius dari pemangku kebijakan untuk menciptakan lingkungan
ekonomi yang lebih adil dan terjangkau. Di ujung perjuangan sehari-hari, setiap
penghematan yang berhasil bukan sekadar angka tersisa, melainkan secercah
kendali atas hidup di tengah tekanan ekonomi yang kian menggunung.
Referensi Sumber:
- Badan
Pusat Statistik (BPS). (Juni 2025). Berita Resmi Statistik:
Inflasi dan Indeks Harga Konsumen. [Data Inflasi]
- Dinas
Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Energi Provinsi DKI Jakarta. (2024). Keputusan
Gubernur tentang Penetapan Upah Minimum Provinsi 2025. [Data UMR
DKI Jakarta 2025]
- Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia Nomor 78 Tahun 2015 tentang Pengupahan.
- Wawancara
dengan Andika Pratama, Pekerja Retail, Jakarta (Juli 2025).
- Wawancara
dengan Doni Ahmad, Peneliti Ekonomi, INDEF (Juli 2025).
- Observasi
Harga Pasar Tradisional dan Supermarket di Jakarta (Juli 2025).
- Bank
Indonesia. (2025). Laporan Perekonomian Indonesia. [Data
Makroekonomi Pendukung].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar