google-site-verification: googled7eb6b0c81c08f42.html Ilmu Pengetahuan Sosial: Komunikasi dalam Keluarga

Translate

Minggu, 24 Agustus 2025

Komunikasi dalam Keluarga

 

Komunikasi ( Pexels.com/Ketut Subiyanto)

Komunikasi menjadi hal yang sangat penting dalam kehidupan ini di mana pun dan kapan pun, termasuk dalam lingkungan keluarga. Pembentukan komunikasi intensif, dinamis dan harmonis dalam keluarga pun menjadi dambaan setiap orang. Peranan keluarga terutama orangtua, menjadi amat penting bagi pembentukan karakter seorang anak, terlebih lagi bila anak tersebut mulai memasuki masa  remaja.

Masa remaja merupakan masa transisi atau masa peralihan dari masa anak-anak  menuju masa dewasa. Menurut definisi dari WHO (World Health Organi-zation)  mengatakan bahwa remaja adalah mereka yang berusia 10-19 tahun. Masa remaja ini, diawali dengan pubertas. Pubertas adalah tahapan perkembangan manusia yang  mengawali masa remaja. “Seseorang mulai  memasuki masa puber ketika berumur 9-10 tahun dan akan berakhir pada umur berkisar  15-16  tahun”  (BKKBN, Modul 1 Kesehatan Reproduksi Remaja).

Pada masa remaja, seseorang akan mengalami berbagai perubahan mengenai dirinya, baik perkembangan fisik maupun psikologis. Remaja pada umum-nya sangat rentan terhadap pengaruh dari lingkungannya. Karena di masa inilah remaja banyak mengalami berbagai problema mengenai jiwa psikologisnya. Yang tanpa disadari remaja tersebut akan mengalami proses pencarian identitas diri. Hal ini sering kali disebut dengan “krisis identitas diri”. Ditambah lagi dengan kuatnya arus globalisasi yang terjadi di era ini. Segala aspek kehidupan menjadi mendunia karena adanya perkembangan teknologi dan informasi yang semakin pesat. Di samping memiliki banyak manfaat positif, namun juga berdampak negatif. Karena itulah remaja sangat  memerlukan bimbingan dari orang tuanya.

Di usia remaja, seseorang biasanya memiliki masalah-maslahnya sendiri. Walaupun tidak dialami oleh semua remaja, salah satu masalah mereka adalah dengan orang tua. Pernahkah kamu merasa orang tuamu tidak memahamimu? Atau kamu merasa apa saja yang kamu lakukan salah dimata mereka. Sebenarnya apa yang terjadi dengan kamu dan orang tuamu? Mengapa hubungan kalian tak sebaik dulu ketika kalian masih anak-anak.?

Seperti halnya masa kanak-kanak, para remaja masih membutuhkan orang tuanya, masih tergantung kepadanya, masih dipengaruhi orang tuanya. Akan tetapi remaja mulai memiliki pandangan sendiri bahwa dia memiliki dirinya sendiri. Dimana remaja mulai banyak menyukai kegiatan diluar rumah dan memasuki dunia yang lebih luas, mereka merasa dapat mengarahkan dirinya

Apabila semuanya berjalan dengan baik, mereka akan menempati kedudukannya diantara orang dewasa yang sebaya. Sampai-sampai pada tahap ini pengaruh orang dewasa belum hilang. Banyak remaja diusia belasan tahun yang memberontak terhadap pandangan dan sika-sikap orang dewasa. Namun pada usia duapuluhan tahun mereka menganut pandangan serta sikap tadi sebagai sesuatu yang benar.

Anak-anak, remaja dan dewasa adalah dimana masa-masa tersebut adalah sebuah masa yang sangat rentan dalam tingkat pergaulan bersosialisasi antar individu. Dan masa yang paling rawan adalah masa-masa remaja karena pada masa tersebut antara sudah bukan anak-anak, namun pukan pula dewasa, sehingga akan banyak menimbulkan banyak permasalahan, seandainya orangtua tidak banyak peduli dan kurang komunikatif terhadap remaja tersebut.

Para ahli umumnya sepakat bahwa rentangan masa remaja berlangsung dari usia 11-13 tahun sampai dengan 18-20 tahun (Abin Syamsuddin, 2003). Pada rentangan periode ini ter-dapat beberapa indikator perbedaan yang signifikan, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Oleh karena itu, para ahli mengklasikasikan masa remaja ini ke dalam dua bagian yaitu:

(1) remaja awal (11-13 th s.d. 14-15 th); dan

(2) remaja akhir (14-16 th s.d.18-20 th).

Masa remaja ditandai dengan adanya berbagai perubahan, baik secara fisik maupun psikis, yang mungkin saja dapat menimbulkan problema atau masalah tertentu bagi si remaja. pabila tidak disertai dengan upaya pemahaman diri dan pengarahan diri secara tepat serta, bahkan dapat menjurus pada berbagai tindakan kenakalan remaja dan kriminal.

Sikap orang tua terhadap remaja akan sangat mempengaruhi bagaimana seorang remaja itu bersikap dalam menjalani kehidupannya sehari-hari. Orang tua yang bersikap otoriter, keras dan menyukai hal-hal yang jelas tidak mencerminkan perilaku baik terhadap anak remaja. Jadi setiap hukuman atau disiplin tidak dicarikan dengan kelembutan, penerimaan, dan alasan. Tingkah laku orang tua ini dapat menciptakan suatu konsep diri yang menekankan bagi anak remaja untuk bersikap arogan, keras kepala, tidak penurut, suka melawan.

Banyak orangtua menerapkan konsep atau metode cara mendidik remaja yang baro-meternya hanya ambisi agar anak tersebut harus sesuai dengan apa yang orangtua inginkan dan harapkan. Bukan konsep bagaimana anak tersebut bisa mengerti, memahami apa yang menjadi tanggung jawab seorang anak remaja pda usianya agar bisa menjadi anak yang memiliki rasa percaya diri dan tanggung jawab pada  dirinya. Orangtua yang hanya bisa mendoktrin anak, mendikte anak jangan harap bisa mencetak anak yang berorientasi pada pemahaman anak remaja untuk menjadi dirinya percaya diri serta punya rasa tanggung jawab. Anak bukanlah sebuah boneka hanya untuk mainan dan ditimang-timang atau robot yang cara kerjanya hanya menekan tombol on/off, namun anak adalah sebuah individu yang sangat unik apabila kita sebagai orangtua bisa memahaminya.

Dorongan sebagai penyemangat remaja agar ia tidak lekas putus asa. Motivasi untuk memberikan acuan, sehingga remaja memiliki banyak nasihat sebagai arah jalan hidupnya. Solusi untuk membantu menyelesaikan masalah bagi remaja, serta dukungan sebagai langkah untuk meningkatkan kepercayaan diri remaja dengan pilihan yang ia putuskan. Berbagai norma tetap menjadi panduan dalam mendidik remaja. Norma kesopanan mengajarkan etiket hidup, norma kesusilaan mengajarkan kepribadian diri, norma hukum melatih disiplin bertanggung jawab, dan norma agama petunjuk jalan arah hidup, keempatnya selalu berkaitan.

Di awal masa remaja, sang remaja biasanya masih bingung mengenai banyak perubahan yang terjadi pada dirinya. Orangtua seharusnya memberikan beberapa informasi yang sudah sepantasnya remaja dapatkan. Tidak ada salahnya juga bila bumbu humor menjadi penghangat suasana diskusi. Lengkapilah per-bincangan dengan penuh kasih sayang dan rasa empati sehingga remaja merasa bahagia. Selanjutnya membuat remaja senang untuk mencurahkan isi hatinya, sehingga pengawasan, pemantauan, dan pembimbingan orangtua terhadap remaja menjadi mudah.

Pemantauan meliputi seluruh aspek kehidupan remaja. Baik pemantauan pergaulan, pendidikan, psikologis jiwa, kesehatan reproduksi, maupun kondisi fisik. Komunikasi yang efektif dan menyenangkan dalam keluarga dapat menjadi  jalan bagi orang tua untuk dapat membina anaknya supaya anaknya dapat tercipta sebagai remaja yang handal, tangguh, dan berkwalitas supaya tegar dalam menghadapi  masa depan. Sebab remaja adalah generasi muda penerus bangsa yang harus dijaga agar tidak rusak akibat terkoyak perkembangan jaman yang selain membawa dampak positif  juga negatif. Oleh sebab itulah remaja yang nantinya akan menjadi pilar penyangga masa depan bangsa harus benar-benar dijaga dan dididik dengan baik.

Tidak ada komentar: