![]() |
Komunikasi ( Pexels.com/Ketut Subiyanto) |
Komunikasi menjadi hal yang sangat penting
dalam kehidupan ini di mana pun dan kapan pun, termasuk dalam lingkungan
keluarga. Pembentukan komunikasi intensif, dinamis dan harmonis dalam keluarga
pun menjadi dambaan setiap orang. Peranan keluarga terutama orangtua, menjadi
amat penting bagi pembentukan karakter seorang anak, terlebih lagi bila
anak tersebut mulai memasuki masa remaja.
Masa remaja merupakan masa transisi atau
masa peralihan dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Menurut definisi
dari WHO (World Health Organi-zation) mengatakan bahwa remaja adalah
mereka yang berusia 10-19 tahun. Masa remaja ini, diawali dengan pubertas.
Pubertas adalah tahapan perkembangan manusia yang mengawali masa remaja.
“Seseorang mulai memasuki masa puber ketika berumur 9-10 tahun dan akan
berakhir pada umur berkisar 15-16 tahun” (BKKBN, Modul 1 Kesehatan
Reproduksi Remaja).
Pada masa remaja, seseorang akan mengalami
berbagai perubahan mengenai dirinya, baik perkembangan fisik maupun
psikologis. Remaja pada umum-nya sangat rentan terhadap pengaruh dari
lingkungannya. Karena di masa inilah remaja banyak mengalami berbagai
problema mengenai jiwa psikologisnya. Yang tanpa disadari remaja tersebut akan
mengalami proses pencarian identitas diri. Hal ini sering kali disebut dengan “krisis identitas diri”. Ditambah
lagi dengan kuatnya arus globalisasi yang terjadi di era ini. Segala aspek
kehidupan menjadi mendunia karena adanya perkembangan teknologi dan
informasi yang semakin pesat. Di samping memiliki banyak manfaat
positif, namun juga berdampak negatif. Karena itulah remaja sangat
memerlukan bimbingan dari orang tuanya.
Di usia remaja, seseorang biasanya memiliki
masalah-maslahnya sendiri. Walaupun tidak dialami oleh semua remaja, salah satu
masalah mereka adalah dengan orang tua. Pernahkah kamu merasa orang tuamu tidak
memahamimu? Atau kamu merasa apa saja yang kamu lakukan salah dimata mereka.
Sebenarnya apa yang terjadi dengan kamu dan orang tuamu? Mengapa hubungan
kalian tak sebaik dulu ketika kalian masih anak-anak.?
Seperti halnya masa kanak-kanak, para
remaja masih membutuhkan orang tuanya, masih tergantung kepadanya, masih
dipengaruhi orang tuanya. Akan tetapi remaja mulai memiliki pandangan sendiri
bahwa dia memiliki dirinya sendiri. Dimana remaja mulai banyak menyukai
kegiatan diluar rumah dan memasuki dunia yang lebih luas, mereka merasa dapat
mengarahkan dirinya
Apabila semuanya berjalan dengan baik,
mereka akan menempati kedudukannya diantara orang dewasa yang sebaya.
Sampai-sampai pada tahap ini pengaruh orang dewasa belum hilang. Banyak remaja
diusia belasan tahun yang memberontak terhadap pandangan dan sika-sikap orang
dewasa. Namun pada usia duapuluhan tahun mereka menganut pandangan serta sikap
tadi sebagai sesuatu yang benar.
Anak-anak, remaja dan dewasa adalah dimana
masa-masa tersebut adalah sebuah masa yang sangat rentan dalam tingkat
pergaulan bersosialisasi antar individu. Dan masa yang paling rawan adalah
masa-masa remaja karena pada masa tersebut antara sudah bukan anak-anak, namun
pukan pula dewasa, sehingga akan banyak menimbulkan banyak permasalahan,
seandainya orangtua tidak banyak peduli dan kurang komunikatif terhadap remaja
tersebut.
Para ahli umumnya sepakat bahwa rentangan
masa remaja berlangsung dari usia 11-13 tahun sampai dengan 18-20 tahun (Abin
Syamsuddin, 2003). Pada rentangan periode ini ter-dapat beberapa indikator
perbedaan yang signifikan, baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Oleh
karena itu, para ahli mengklasikasikan masa remaja ini ke dalam dua bagian
yaitu:
(1)
remaja awal (11-13 th s.d. 14-15 th); dan
(2)
remaja akhir (14-16 th s.d.18-20 th).
Masa remaja ditandai dengan adanya berbagai
perubahan, baik secara fisik maupun psikis, yang mungkin saja dapat menimbulkan
problema atau masalah tertentu bagi si remaja. pabila tidak disertai dengan
upaya pemahaman diri dan pengarahan diri secara tepat serta, bahkan dapat
menjurus pada berbagai tindakan kenakalan remaja dan kriminal.
Sikap orang tua terhadap remaja akan sangat
mempengaruhi bagaimana seorang remaja itu bersikap dalam menjalani kehidupannya
sehari-hari. Orang tua yang bersikap otoriter, keras dan menyukai hal-hal yang
jelas tidak mencerminkan perilaku baik terhadap anak remaja. Jadi setiap
hukuman atau disiplin tidak dicarikan dengan kelembutan, penerimaan, dan
alasan. Tingkah laku orang tua ini dapat menciptakan suatu konsep diri yang
menekankan bagi anak remaja untuk bersikap arogan, keras kepala, tidak penurut,
suka melawan.
Banyak orangtua menerapkan konsep atau
metode cara mendidik remaja yang baro-meternya hanya ambisi agar anak tersebut
harus sesuai dengan apa yang orangtua inginkan dan harapkan. Bukan konsep
bagaimana anak tersebut bisa mengerti, memahami apa yang menjadi tanggung jawab
seorang anak remaja pda usianya agar bisa menjadi anak yang memiliki rasa
percaya diri dan tanggung jawab pada dirinya. Orangtua yang hanya bisa
mendoktrin anak, mendikte anak jangan harap bisa mencetak anak yang
berorientasi pada pemahaman anak remaja untuk menjadi dirinya percaya diri
serta punya rasa tanggung jawab. Anak bukanlah sebuah boneka hanya untuk mainan
dan ditimang-timang atau robot yang cara kerjanya hanya menekan tombol on/off,
namun anak adalah sebuah individu yang sangat unik apabila kita sebagai
orangtua bisa memahaminya.
Dorongan sebagai penyemangat remaja agar ia
tidak lekas putus asa. Motivasi untuk memberikan acuan, sehingga remaja
memiliki banyak nasihat sebagai arah jalan hidupnya. Solusi untuk membantu
menyelesaikan masalah bagi remaja, serta dukungan sebagai langkah untuk
meningkatkan kepercayaan diri remaja dengan pilihan yang ia putuskan. Berbagai
norma tetap menjadi panduan dalam mendidik remaja. Norma kesopanan
mengajarkan etiket hidup, norma kesusilaan mengajarkan kepribadian diri, norma
hukum melatih disiplin bertanggung jawab, dan norma agama petunjuk jalan arah
hidup, keempatnya selalu berkaitan.
Di awal masa remaja, sang remaja biasanya
masih bingung mengenai banyak perubahan yang terjadi pada dirinya. Orangtua
seharusnya memberikan beberapa informasi yang sudah sepantasnya remaja
dapatkan. Tidak ada salahnya juga bila bumbu humor menjadi penghangat suasana
diskusi. Lengkapilah per-bincangan dengan penuh kasih sayang dan rasa empati
sehingga remaja merasa bahagia. Selanjutnya membuat remaja senang untuk
mencurahkan isi hatinya, sehingga pengawasan, pemantauan, dan pembimbingan
orangtua terhadap remaja menjadi mudah.
Pemantauan meliputi seluruh aspek kehidupan
remaja. Baik pemantauan pergaulan, pendidikan, psikologis jiwa, kesehatan
reproduksi, maupun kondisi fisik. Komunikasi yang efektif dan menyenangkan
dalam keluarga dapat menjadi jalan bagi orang tua untuk dapat membina
anaknya supaya anaknya dapat tercipta sebagai remaja yang handal, tangguh, dan
berkwalitas supaya tegar dalam menghadapi masa depan. Sebab remaja adalah
generasi muda penerus bangsa yang harus dijaga agar tidak rusak akibat terkoyak
perkembangan jaman yang selain membawa dampak positif juga negatif. Oleh
sebab itulah remaja yang nantinya akan menjadi pilar penyangga masa depan
bangsa harus benar-benar dijaga dan dididik dengan baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar