Ramadan bukan sekadar ritual ibadah, tetapi juga momen yang merefleksikan dinamika sosial, lingkungan, dan kemajuan teknologi. Setelah Ramadan 1446 H (2025 M) pergi, tersimpan kesan mendalam, kebersamaan yang kembali menguat usai pandemi, tumpukan sampah plastik yang tak terbendung, serta gelombang digitalisasi yang mengubah cara beribadah. Di penghujung Ramadan, surat ini menjadi wujud kerinduan dan komitmen untuk Ramadan tahun depan, sebuah ikhtiar menuju Ramadan yang lebih bermartabat.
Saat kau perlahan meninggalkan kami tahun ini, aku ingin
menyampaikan kesan yang mendalam atas kehadiranmu. Kau datang dengan penuh
kemuliaan, membawa keberkahan dan kesempatan untuk memperbaiki diri. Selama
satu bulan, kami berusaha lebih mendekatkan diri kepada Allah, menahan diri
dari segala hal yang membatalkan puasa, dan meningkatkan ibadah.
Namun, Ramadan juga mengajarkan bahwa waktu adalah sesuatu
yang tidak bisa diulang. Banyak yang ingin memaksimalkan ibadah, tetapi tak
sedikit pula yang merasa belum optimal dalam menjalankannya. Kesibukan duniawi
kadang membuat beberapa ibadah terlewat, dan ini menjadi refleksi agar di
Ramadan berikutnya, persiapan lebih matang dapat dilakukan.
![]() |
Solat Tarwih di Bulan Ramadan (Unplash.com/Ibrahim Abdullah) |
Kilas
Balik Ramadan 2025, Solidaritas, Limbah,
dan Transformasi Digital
1. Kebangkitan Tradisi Komunal
Ramadan 2025 menjadi saksi kebersamaan yang pulih setelah
tiga tahun terkungkung pandemi. Laporan Ramadan Trends Report 2025 dari
PPIM UIN Jakarta mencatat, partisipasi masyarakat dalam buka bersama, salat
tarawih berjamaah, dan takbir keliling meningkat. Masyarakat tidak hanya
mencari pahala, tetapi juga ruang untuk memulihkan ikatan sosial yang sempat
terputus. Namun, euforia ini menyimpan tantangan: bagaimana mempertahankan
semangat kebersamaan tanpa mengabaikan kewaspadaan kesehatan.
2. Krisis Sampah, Dampak Tak Terduga dari Berbagi Takjil
Di balik kemeriahan berbagi takjil, Ramadan 2025
meninggalkan jejak kelam. Data Waste4Change mengungkapkan, volume sampah plastik
di Jabodetabek meningkat selama Ramadan, terutama dari kemasan makanan dan
minuman. Padahal, laporan United Nations Environment Programme (UNEP) 2022
menempatkan Indonesia sebagai penyumbang sampah plastik laut terbesar kedua di
dunia. "Tradisi berbagi kerap tak sejalan dengan prinsip
keberlanjutan," ujar Ahmad Rizaldi, aktivis Zero Waste Indonesia.
3. Era Baru Ibadah, Antara Kemudahan dan Distraksi
Teknologi semakin erat menyatu dengan praktik ibadah.
Aplikasi seperti "Quran Kemenag" dan "Muslim Pro" mencatat
kenaikan pengguna hingga 40% selama Ramadan (Data Kitabisa, 2023). Platform
donasi digital seperti Kitabisa juga melaporkan peningkatan transaksi zakat dan
infak sebesar 75%, untuk tahun ini belum mendapatkan data terbaru. Namun, di
balik manfaatnya, media sosial menjadi pisau bermata dua. Survei PPIM UIN
Jakarta menyebutkan, 52% generasi muda menghabiskan lebih dari tiga jam per
hari mengakses konten hiburan selama puasa.
Asa untuk Ramadan 2025, Ramadan Berkelanjutan dan Inklusif
1. Gerakan "Ramadan Hijau", Menyelamatkan Bumi dari Piring Takjil
Para pegiat lingkungan mendesak inisiatif berkelanjutan di
Ramadan mendatang, seperti kampanye "Bawa Wadah Sendiri" (BYOT) atau
penggunaan kemasan ramah lingkungan untuk takjil. Surabaya menjadi contoh
dengan program 5.000 paket takjil berbahan daun pisang pada 2023, hasil
kolaborasi Pemkot dan UMKM. Tahun depan, gerakan serupa diharapkan meluas
dengan dukungan regulasi daerah dan insentif bagi pelaku usaha.
2. Ramadan sebagai Jembatan Dialog Lintas Agama
Kasus penolakan buka bersama lintas iman di beberapa daerah
pada 2023 menjadi tamparan. Untuk itu, tokoh agama seperti KH. Yahya Cholil
Staquf mengusulkan program "Pesantren Ramadan" yang mengintegrasikan
nilai toleransi dalam kajian keagamaan. "Ramadan harus menjadi momentum
merajut persaudaraan, bukan memupuk prasangka," tegasnya.
3. Teknologi yang Memberdayakan, Bukan Sekadar Hiburan
Kementerian Kominfo berencana menggelar Digital
Ramadan Festival 2024, menggabungkan webinar edukatif, konten kreatif
bertema ibadah, dan kompetisi inovasi teknologi. Langkah ini sejalan dengan
rekomendasi Center for Digital Society UGM agar masyarakat tidak terjebak
sebagai konsumen pasif, tetapi aktif memanfaatkan teknologi untuk penguatan
literasi agama.
4. Memutus Mata Rantai Inflasi Ramadan
Inflasi bahan pangan selama Ramadan 2023 yang mencapai 5,2%
(Bank Indonesia) memberatkan masyarakat miskin, namun data terbaru untuk tahun
ini belum ada. Dompet Dhuafa mengusulkan sistem distribusi logistik berbasis
data real-time untuk memastikan bantuan tepat sasaran. "Zakat dan sedekah
harus menjadi instrumen pengentasan ketimpangan, bukan sekadar ritual,"
tegas Imam Rulyawan, CEO Dompet Dhuafa.
Ramadan 2025, Saatnya Menanam Benih Perubahan
Refleksi Ramadan 2025 mengajarkan bahwa kemuliaan bulan suci
tak hanya diukur dari kuantitas ibadah, tetapi juga dampaknya bagi lingkungan
dan kemanusiaan. Surat cinta ini adalah janji untuk bertindak nyata dengan mengurangi jejak karbon, menjadikan teknologi
sebagai sarana edukasi, dan memperluas akses kesejahteraan. Sebagaimana pesan
dalam kitab Nashaih al-'Ibad, "Amal yang utama adalah yang
memberi manfaat bagi banyak orang."
Ramadan, aku akan menunggumu dengan kesiapan yang lebih
baik. Semoga Allah mempertemukan kita kembali dalam keadaan yang lebih baik dan
penuh berkah. Dengan penuh harapan, Seorang hamba yang merindukanmu.
<script async src="https://pagead2.googlesyndication.com/pagead/js/adsbygoogle.js?client=ca-pub-4495080121929693"
crossorigin="anonymous"></script>
1.
Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 185.
2.
Artikel "Makna Ramadan dalam Kehidupan
Sehari-hari" , Majalah Islam Rahmatan, edisi April 2024.
https://klasika.kompas.id/baca/makna-dan-keutamaan-ramadhan-yang-perlu-diketahui/
3.
Waste4Change. (2023). Laporan Sampah
Ramadan 2023.
https://www.instagram.com/cepatresponjkt/p/DHIRCdJyRvq/?img_index=1
4.
PPIM UIN Jakarta. (2023). Survei
Perilaku Sosial-Medial Selama Ramadan.
5.
Kitabisa. (2023). Laporan Donasi Digital
Ramadan 2023.
6.
United Nations Environment Programme (UNEP). (2022). Global
Plastic Waste Assessment.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar