Di tengah maraknya tren kesehatan, dua metode diet kerap menjadi perbincangan, intermittent fasting (IF) dan diet ketogenik (keto). Keduanya diyakini tidak hanya membantu menurunkan berat badan, tetapi juga berpotensi memperpanjang umur. Namun, mana yang lebih efektif untuk tujuan tersebut ? Mari kita telusuri fakta ilmiah dan mekanisme di balik kedua pendekatan ini.
Intermittent Fasting, Membiarkan Tubuh "Beristirahat"
untuk Regenerasi
Intermittent fasting (IF) bukan tentang apa yang
dimakan, melainkan kapan Anda makan. Metode ini melibatkan
siklus puasa dan makan dalam jangka waktu tertentu, seperti pola 16:8 (puasa 16
jam, makan dalam 8 jam) atau puasa 24 jam seminggu sekali.
Mekanisme Panjang Umur:
- Autofagi,
saat puasa, sel-sel tubuh memasuki proses autofagi yaitu membersihkan
sel-sel rusak dan menggantinya dengan yang baru. Proses ini dikaitkan
dengan pencegahan penyakit neurodegeneratif (seperti Alzheimer) dan
kanker.
- Peningkatan
Sensitivitas Insulin, puasa mengurangi resistensi insulin, faktor
risiko diabetes tipe 2 dan penyakit jantung.
3. Pengurangan
Peradangan Kronis, studi menunjukkan IF menurunkan kadar inflamasi,
penyebab utama penuaan dini.
Penelitian pada hewan, seperti tikus, membuktikan bahwa IF
dapat memperpanjang umur hingga 30%. Pada manusia, studi observasional
menemukan populasi yang berpuasa rutin (misalnya di Okinawa, Jepang) memiliki
angka centenarian (usia 100+ tahun) yang tinggi.
Diet Keto, Membakar Lemak untuk Energi dan Melawan
Penuaan
Diet ketogenik berfokus pada konsumsi tinggi lemak (70-80%),
protein sedang, dan karbohidrat sangat rendah (di bawah 50 gram/hari).
Tujuannya adalah memicu ketosis, kondisi di mana tubuh membakar
lemak sebagai energi pengganti glukosa.
Mekanisme Panjang Umur:
- Ketosis
dan Stres Oksidatif, Keton (hasil pemecahan lemak) bersifat
antioksidan, melindungi sel dari kerusakan radikal bebas yang mempercepat
penuaan.
- Stabilitas
Gula Darah, Diet keto mencegah lonjakan insulin, mengurangi risiko
sindrom metabolik.
- Neuroprotektif,
Keton diketahui melindungi otak dan berpotensi mencegah penyakit Parkinson
atau Alzheimer.
Namun, dampak jangka panjang keto masih kontroversial.
Beberapa studi mengaitkan diet tinggi lemak jenuh dengan peningkatan risiko
penyakit jantung, sementara penelitian lain menunjukkan hasil sebaliknya jika
lemak yang dikonsumsi sehat (alpukat, minyak zaitun).
![]() |
Olah Raga dan Bahagia kunci awet muda (Paxels.com/Mikhail Nilov) |
Perbandingan Efektivitas untuk Panjang Umur
1.
Kemudahan dan Kelestarian:
·
IF lebih fleksibel karena tidak membatasi jenis
makanan, hanya jadwal makan. Ini membuatnya lebih mudah dipertahankan jangka
panjang.
·
Keto memerlukan disiplin tinggi untuk
menghindari karbohidrat, yang bisa sulit diikuti secara konsisten.
2.
Dampak pada Biomarker Penuaan:
·
IF secara langsung mengaktifkan gen sirtuin (gen
panjang umur) dan autofagi.
·
Keto menurunkan kadar IGF-1 (faktor pertumbuhan
yang terkait penuaan), tetapi efeknya bervariasi tergantung sumber lemak yang
dikonsumsi.
3.
Risiko Kesehatan:
·
IF mungkin tidak cocok untuk ibu hamil, penderita gangguan
makan, atau orang dengan gula darah rendah.
·
Keto berisiko menyebabkan defisiensi nutrisi (serat, vitamin)
dan peningkatan kolesterol jahat (LDL) jika tidak dijalani dengan benar.
Kombinasi Keduanya: Mungkinkah
Solusi Optimal?
Beberapa penelitian mengeksplorasi gabungan IF dan
keto untuk memaksimalkan manfaat. Misalnya, menjalani keto selama periode makan
dalam IF. Namun, kombinasi ini bisa terlalu restriktif bagi kebanyakan orang
dan berisiko menyebabkan kelelahan atau gangguan pencernaan.
Pendapat Ahli:
Dr. Valter Longo, pakar gerontologi, menekankan bahwa puasa berkala (seperti
diet mimicking fasting) lebih berkelanjutan untuk panjang umur daripada keto.
Sementara Dr. Dominic D’Agostino, peneliti keto, menyatakan ketosis mungkin
bermanfaat jika diimbangi dengan lemak sehat dan monitoring medis.
Pilihan
Tergantung Gaya Hidup dan Kondisi Tubuh
Baik IF maupun keto memiliki mekanisme unik yang mendukung
panjang umur, tetapi efektivitasnya bergantung pada:
- Konsistensi: IF mungkin lebih mudah
dipertahankan.
- Kesehatan Metabolik: Keto bisa optimal untuk
penderita resistensi insulin atau obesitas.
- Keseimbangan Nutrisi: Kedua metode harus
dipastikan tidak menyebabkan defisiensi gizi.
Yang terpenting, panjang umur tidak hanya ditentukan oleh
diet, tetapi juga faktor gaya hidup lain: tidur berkualitas, manajemen stres,
aktivitas fisik, dan hubungan sosial. Konsultasikan dengan dokter atau ahli
gizi sebelum memilih metode yang sesuai dengan kondisi Anda.
Sumber dari Jurnal :
1. Intermittent Fasting dan Autofagi
Judul: "Impact of Intermittent Fasting
on Health and Disease Processes"
Penulis: Mattson, M. P., Longo, V. D., & Harvie, M. (2017)
Jurnal: Ageing Research Reviews (Volume 39, 2017,
Halaman 46-58)
DOI: 10.1016/j.arr.2016.10.005
2. Ketosis dan Efek Anti-Penuaan
Judul: "β-Hydroxybutyrate: A Signaling
Metabolite"
Penulis: Newman, J. C., & Verdin, E. (2017)
Jurnal: Annual Review of Nutrition (Volume 37, 2017,
Halaman 51-76)
DOI: 10.1146/annurev-nutr-071816-064916
3. Puasa, Ritme Sirkadian, dan Panjang Umur
Judul: "Fasting, Circadian Rhythms, and
Time-Restricted Feeding in Healthy Lifespan"
Penulis: Longo, V. D., & Panda, S. (2016)
Jurnal: Cell Metabolism (Volume 23, 2016, Halaman
1048-1059)
DOI: 10.1016/j.cmet.2016.06.001
Tidak ada komentar:
Posting Komentar