Gelombang budaya Korea atau Hallyu telah memasuki fase kelima (Hallyu 5.0), di mana K-pop tidak hanya sekadar menghadirkan musik, tetapi juga menjadi laboratorium kreatif yang memadukan nostalgia masa lalu dengan imajinasi futuristik. Fenomena ini memikat generasi muda global, yang terjebak dalam daya tarik kontras: kedalaman emosional dari retro dan terobosan teknologi yang membawa mereka ke masa depan.
Nostalgia
Tren retro menjadi senjata ampuh dalam strategi kreatif K-pop era 2020-an. Grup
seperti NewJeans dan IVE menggali estetika
Y2K (tahun 2000-an) lewat video musik, busana, dan sampel suara yang
mengingatkan pada lagu-lagu pop tahun 90-an. Lagu “Ditto” (NewJeans)
menggunakan filter visual VHS dan melodinya menyentuh memori kolektif generasi
millennials. Sementara itu, “After LIKE” (IVE) menyisipkan
sampel ikonik dari “I Will Survive” Gloria Gaynor, menciptakan
resonansi lintas generasi.
Analisis
Tren Nostalgia
Menurut Kim Young-dae, analis musik Korea, tren ini adalah respons
terhadap kejenuhan audiens akan produksi musik yang terlalu futuristik. “Nostalgia
adalah pelarian dari kompleksitas dunia digital. K-pop mengambil elemen retro
untuk membangun kedekatan emosional dengan pendengar, terutama Gen-Z yang rindu
akan sesuatu yang autentik,” ujarnya dalam wawancara dengan Billboard
Korea (2023).
Futurisme
Di sisi lain, K-pop terus mendobrak batas teknologi. Grup aespa dari
SM Entertainment menjadi pionir dengan konsep “metaverse avatar”,
di mana anggota grup memiliki versi digital yang hidup di dunia virtual.
Lagu “Next Level” dan “Girls” menggabungkan
narasi fiksi ilmiah dengan grafis CGI canggih, menciptakan alam semesta paralel
yang imersif.
Contoh
Inovasi Teknologi
BTS juga menggebrak dengan konser virtual di platform Fortnite,
dihadiri 50 juta penonton global. Sementara itu, HYBE (rumah
produksi BTS) mengakuisisi perusahaan AI Supertone untuk
menciptakan vokal sintetis yang nyaris tak bisa dibedakan dari suara
manusia. “Teknologi bukan pengganti seni, tapi alat untuk memperluas
kreativitas,” kata CEO HYBE, Park Ji-won, dalam konferensi pers
Agustus 2023.
![]() |
Konser Musik dapat dilakukan Luring dan Daring Luar Biasa ( Pexels .com/Wendy Wei ) |
Psikologi di Balik Tren
Psikolog budaya populer, Dr. Lee Soo-jin, menjelaskan bahwa
kombinasi nostalgia dan futurisme di Hallyu 5.0 memenuhi kebutuhan psikologis
Gen-Z. “Mereka hidup di era ketidakpastian, sehingga mencari kenyamanan
dari masa lalu sekaligus ingin menjadi bagian dari inovasi masa depan,” paparnya
dalam jurnal Youth Culture Studies .
Peran
Media Sosial
Platform seperti TikTok memperkuat tren ini. Challenge dance
retro-futuristik ala LE SSERAFIM (“Unforgiven”)
atau SEVENTEEN (“Super”) menjadi viral karena memadukan
gerakan klasik tahun 80-an dengan efek AR (Augmented Reality). Hashtag #RetroFutureKPOP sendiri
telah mencapai 2,3 miliar views di TikTok .(data: TikTok Music Report).
Dampak
Ekonomi
Berdasarkan laporan Korea Creative Content Agency (KOCCA), nilai
ekspor konten K-pop mencapai rekor USD 13,4 miliar pada 2023, didorong oleh
kolaborasi musik, merchandise bertema retro-futuristik, dan konser virtual.
Brand fashion seperti Nerdy dan Mardi Mercredi turut
menunggangi tren ini dengan merilis koleksi “Y2K Cyberpunk” yang
dipakai idol seperti Jungkook (BTS) dan Jennie (BLACKPINK).
Dampak
Lokal di Indonesia
Di Indonesia, riset Populix (2023) menunjukkan 68% Gen-Z
mengaku gaya busana dan musik mereka terinspirasi K-pop. “Saya suka
nuansa retro di lagu NewJeans, tapi juga kagum dengan teknologi di konser
aespa. Ini seperti dua dunia yang menyatu,” kata Devina, 19 tahun,
mahasiswi di Jakarta.
Tantangan
dan Masa Depan
Hallyu 5.0 membuktikan bahwa K-pop bukan sekadar fenomena musik,
melainkan ekosistem budaya yang terus berevolusi. Namun, tantangan seperti
kelelahan audiens (content oversaturation) dan isu plagiarisme estetika
retro harus diantisipasi. Bang Si-hyuk, pendiri HYBE,
optimistis: “Kunci Hallyu adalah adaptasi. Selama kami bisa merangkul
masa lalu dan masa depan, K-pop akan tetap menjadi suara generasi muda.”
Dengan kombinasi nostalgia yang menghangatkan hati dan visi
futuristik yang memukau, Hallyu 5.0 tidak hanya merefleksikan identitas Gen-Z,
tetapi juga membentuknya. Di tangan kreator K-pop, masa lalu dan masa depan
bukanlah dua kutub yang bertolak belakang, melainkan bahan baku untuk
menciptakan budaya pop yang abadi.
Sumber Referensi:
- Billboard Korea – Wawancara Kim
Young-dae (2023)
- KOCCA – Laporan Ekspor Konten Korea
2023
- TikTok Music Report (2023)
- Konferensi Pers HYBE – Agustus 2023
- Youth Culture Studies – Analisis Dr.
Lee Soo-jin
Tidak ada komentar:
Posting Komentar