Minggu, 23 Maret 2025

Hallyu 5.0: Obsesi Anak Muda pada Perpaduan Nostalgia dan Futurisme pada K-pop

Gelombang budaya Korea atau Hallyu telah memasuki fase kelima (Hallyu 5.0), di mana K-pop tidak hanya sekadar menghadirkan musik, tetapi juga menjadi laboratorium kreatif yang memadukan nostalgia masa lalu dengan imajinasi futuristik. Fenomena ini memikat generasi muda global, yang terjebak dalam daya tarik kontras: kedalaman emosional dari retro dan terobosan teknologi yang membawa mereka ke masa depan.

Nostalgia
Tren retro menjadi senjata ampuh dalam strategi kreatif K-pop era 2020-an. Grup seperti NewJeans dan IVE menggali estetika Y2K (tahun 2000-an) lewat video musik, busana, dan sampel suara yang mengingatkan pada lagu-lagu pop tahun 90-an. Lagu “Ditto” (NewJeans) menggunakan filter visual VHS dan melodinya menyentuh memori kolektif generasi millennials. Sementara itu, “After LIKE” (IVE) menyisipkan sampel ikonik dari “I Will Survive” Gloria Gaynor, menciptakan resonansi lintas generasi.

Analisis Tren Nostalgia
Menurut Kim Young-dae, analis musik Korea, tren ini adalah respons terhadap kejenuhan audiens akan produksi musik yang terlalu futuristik. “Nostalgia adalah pelarian dari kompleksitas dunia digital. K-pop mengambil elemen retro untuk membangun kedekatan emosional dengan pendengar, terutama Gen-Z yang rindu akan sesuatu yang autentik,” ujarnya dalam wawancara dengan Billboard Korea (2023).

Futurisme
Di sisi lain, K-pop terus mendobrak batas teknologi. Grup aespa dari SM Entertainment menjadi pionir dengan konsep “metaverse avatar”, di mana anggota grup memiliki versi digital yang hidup di dunia virtual. Lagu “Next Level” dan “Girls” menggabungkan narasi fiksi ilmiah dengan grafis CGI canggih, menciptakan alam semesta paralel yang imersif.

Contoh Inovasi Teknologi
BTS juga menggebrak dengan konser virtual di platform Fortnite, dihadiri 50 juta penonton global. Sementara itu, HYBE (rumah produksi BTS) mengakuisisi perusahaan AI Supertone untuk menciptakan vokal sintetis yang nyaris tak bisa dibedakan dari suara manusia. “Teknologi bukan pengganti seni, tapi alat untuk memperluas kreativitas,” kata CEO HYBE, Park Ji-won, dalam konferensi pers Agustus 2023.

Konser Musik dapat dilakukan Luring dan Daring Luar Biasa
 ( Pexels .com/Wendy Wei )

Psikologi di Balik Tren

Psikolog budaya populer, Dr. Lee Soo-jin, menjelaskan bahwa kombinasi nostalgia dan futurisme di Hallyu 5.0 memenuhi kebutuhan psikologis Gen-Z. “Mereka hidup di era ketidakpastian, sehingga mencari kenyamanan dari masa lalu sekaligus ingin menjadi bagian dari inovasi masa depan,” paparnya dalam jurnal Youth Culture Studies .

Peran Media Sosial
Platform seperti TikTok memperkuat tren ini. Challenge dance retro-futuristik ala LE SSERAFIM (“Unforgiven”) atau SEVENTEEN (“Super”) menjadi viral karena memadukan gerakan klasik tahun 80-an dengan efek AR (Augmented Reality). Hashtag #RetroFutureKPOP sendiri telah mencapai 2,3 miliar views di TikTok .(data: TikTok Music Report).

Dampak Ekonomi
Berdasarkan laporan Korea Creative Content Agency (KOCCA), nilai ekspor konten K-pop mencapai rekor USD 13,4 miliar pada 2023, didorong oleh kolaborasi musik, merchandise bertema retro-futuristik, dan konser virtual. Brand fashion seperti Nerdy dan Mardi Mercredi turut menunggangi tren ini dengan merilis koleksi “Y2K Cyberpunk” yang dipakai idol seperti Jungkook (BTS) dan Jennie (BLACKPINK).

Dampak Lokal di Indonesia
Di Indonesia, riset Populix (2023) menunjukkan 68% Gen-Z mengaku gaya busana dan musik mereka terinspirasi K-pop. “Saya suka nuansa retro di lagu NewJeans, tapi juga kagum dengan teknologi di konser aespa. Ini seperti dua dunia yang menyatu,” kata Devina, 19 tahun, mahasiswi di Jakarta.

Tantangan dan Masa Depan
Hallyu 5.0 membuktikan bahwa K-pop bukan sekadar fenomena musik, melainkan ekosistem budaya yang terus berevolusi. Namun, tantangan seperti kelelahan audiens (content oversaturation) dan isu plagiarisme estetika retro harus diantisipasi. Bang Si-hyuk, pendiri HYBE, optimistis: “Kunci Hallyu adalah adaptasi. Selama kami bisa merangkul masa lalu dan masa depan, K-pop akan tetap menjadi suara generasi muda.”

Dengan kombinasi nostalgia yang menghangatkan hati dan visi futuristik yang memukau, Hallyu 5.0 tidak hanya merefleksikan identitas Gen-Z, tetapi juga membentuknya. Di tangan kreator K-pop, masa lalu dan masa depan bukanlah dua kutub yang bertolak belakang, melainkan bahan baku untuk menciptakan budaya pop yang abadi.

Sumber Referensi:

  1. Billboard Korea – Wawancara Kim Young-dae (2023)
  2. KOCCA – Laporan Ekspor Konten Korea 2023
  3. TikTok Music Report (2023)
  4. Konferensi Pers HYBE – Agustus 2023
  5. Youth Culture Studies – Analisis Dr. Lee Soo-jin

Tidak ada komentar: