Rabu, 11 Februari 2009

Sinopsis II , cerita anak

Bapak/ibu para blogger , ini saya minta komentar lagi , agar karya saya menjadi lebih baik. Makasih.
SI BUNGSU DAN SEPATU TERBANG
Oleh : Trisno Widodo

Bagian 1

Pada zaman dahulu disebuah desa ditepi hutan hiduplah keluarga yang sangat miskin. Keluarga itu adalah pak Warsa istri , dan anak-anaknya yang hidup serba kekurangan dan kelaparan. Pak Warna dan istrinya mempunyai tujuh orang anak yang masih kecil-kecil. Dalam sehari-hari keluarga tersebut hidupnya serba kekurangan , karena sehari makan satu dua hari tidak makan.
Konon di desa tersebut beberapa tahun terakhir ini dilanda kekeringan dan diserang hama tikus yang mengkibatkan selalu gagal panen. Orang-orang di daerah itu beralih dari menanam padi menjadi menanam jagung dan singkong.

Pada suatu hari keluarga Pak Warsa persediaan makannya semakin menipis dan habis, sehingga membuat anak-anak Pak warsa menjadi kelaparan. Anak-anak Pak warsa yang masih kecil-kecil tidak memahami kesulitan yang dialami Pak Warsa dan istrinya untuk selalu menyediakan makanan. Pada saat itu makanan benar-benar habis , agar anak-anak tidak merengek terus meminta makan , maka Bu Warsa melakukan upaya dengan merebus batu. Sehingga dalam rangka menunggu makanan matang sampai mereka tertidur. Hal ini membuat Bu Warsa dan Pak Warsa menangis karena tidak dapat berbuat apa-apa untuk mencari makan .

Pada suatu malam Pak Warsa dan istrinya sedang merencanakan sesuatu. Pak Warsa mempunyai rencana untuk mencari pemecahan akan derita yang ditanggungnya yaitu dengan cara membuang anaknya kehutan agar semua penderitaannya berakhir karena mereka sudah tidak tahan lagi akan rintihan dan tangisan anak-anaknya karena rasa lapar yang tidak berujung. Dalam pembicaraan tersebut ternyata secara tidak sengajar terdengar oleh Si Bungsu , dimana pada waktu itu Si bungsu belum dapat tidur karena menahan lapar yang melilit perutnya.

Si Bungsu adalah anak cerdik , setelah mendengar pembicaraan itu langsung berpikir bagaimana mereka nanti dapat pulang ke rumah kembali setelah dibuang oleh orang tuanya. Biarpun ia mengetahui rencana orang tuanya , ia tidak membicarakan dengan kakak-kakaknya , namun ia berpikir sendirian untuk mencari ide untuk pulang dari hutan nanti. Akhirnya ia mendapatkan ide agar dapat kembali kerumah dengan mencari kerikil batu kali yang banyak disimpan untuk bahan persediaan yang akan ia bawa ke hutan. Secara diam-diam ia mengumpulkan banyak kerikil hingga dirasakan cukup untuk di bawa ke hutan.

Akhirnya tiba pada hari yang telah direncanakan , Pak Warsa mengajak ketujuh anaknya untuk pergi kehutan mencari madu hutan. Orang tuanya akan melaksanakan rencananya akan membuang anak-anaknya tersebut. Semua anak-anaknya nampak senang karena diajak Pak warsa pergi ke hutan , kecuali Si Bungsu yang kelihatan agak tegang. Dalam perjalanan Pak warsa dan anak-anaknya bercanda tawa , sedangkan Si Bungsu dengan hati-hati menjatuhkan batu kali itu satu persatu dari kantongnya yang sengaja telah dilubangi.

Saat ditengah hutan mereka disuruh Pak Warsa untuk beristirahat dahulu . Rupanya anak-anaknya tidak curiga akan sesuatu yang telah direncanakannya , hanya Si Bungsu yang selalu waspada dan banyak diam. Perjalanan yang jauh ke tengah hutan membuat mereka lelah , merekapun istirahat dan akhirnya mereka tertidur . Hal ini pun tidak disia-siakan Pak warsa untuk secepatnya meninggalkan anak-anak mereka dan pergi dari hutan.

Setelah akan-anak itu terbangun mereka tidak menemukan Pak warsa didekatnya sehingga resah , takut dan bingung. Mereka menangis dan berteriak-teriak mencari Pak Warsa di tengah hutan. Namun hanya si Bungsu yang kelihatan tenang menghadapi hal itu karena ia yakin bahwa dirinya akan dapat kembali kerumah.

Si Bungsu menenangkan kakak-kakaknya untuk tidak panik dan memberikan jalan pulan karena ia telah menandai rute perjalanan tersebut dengan batu hingga mereka dapat kembali. Selanjutnya Si Bungsi dan kakak-kakaknya mencari jejak batu-batu yang dijatuhkannya di sepanjang perjalanan. Dan akhirnya Si Bungsu sampai ke pinggir hutan dan dapat kembali ke rumah kembali.

Melihat kecerdikan si Bungsu kedua orang tuanya harus mencari cara lagi untuk menyusun rencana selanjutnya. Kali ini dalam benak orang tua tersebut rencana ini harus berhasil untuk membuang anak-anaknya di tengah hutan. Suatu hari Pak warsa mengajak anak-anaknya lagi kehutan mencari madu hutan . Rupanya Pak Warsa telah mengetahui gelagat Si Bungsu akan menggagalkan lagi rencananya. Pak Warsa mengetahui Si Bungsu mengumpulkan kerikil batu kali untuk dibawanya dalam perjalanan ke hutan. Selanjutnya Pak Warsa mencari jagung dan menyimpannya dalam kantung Si Bungsu. Sedangkan kerikil batu kali yang ada kantung Si Bungsu di tukar dan dibuangnya.

Pada suatu pagi yang cerah Pak warsa dan ketujuh anaknya pergi ke hutan mencari madu hutan. Dalam sepanjang perjalanan Si Bungsu sudah mulai resah karena isi kantung yang dibawa Si Bungsu telah berubah menjadi Jagung. Walaupun demikian ia menjatuhkannya satu-persatu dari kantungnya. Setelah menempuh perjalanan yang sangat jauh ditengah hutan mereka kemudian beristirahat sampai akhirnya tertidur. Setelah anak-anak tertidur pulas kemudian Pak warsa meninggalkannya di tengah hutan.

Pada waktu mereka terbangun Pak Warsa sudah tidak ada ditempat dan meninggalkan mereka ditengah hutan. Hal ini membuat panik seperti yang pernah mereka alami sebelumnya. Si Bungsu dan kakaknya langsung mencari jejak untuk menelusuri jalan ke pinggir hutan. Namun saat ini mereka kehilangan jejak karena jagung yang dijatuhkan sepanjang perjalanan ternyata tidak ada , karena sudah dimakan oleh burung maupun binatang lainnya dihutan.

Dalam perjalanan pulang menelusuri hutan bukannya mereka menuju ke tepi hutan namun mereka malah kesasar jauh ke tengah hutan. Mereka benar-benar tersesat ditengah hutan . Di Sepanjang perjalanan mereka menangis dan berteriak-teriak sejadi-jadinya berharap pertolongan jika ada orang yang mendengarnya.

Di tengah hutan itu mereka menemukan istana tua yang besar menyerupai istana kerajaan . Di sana terdapat bangunan-bangunan yang tidak ada penghuninya dan dapat digunakan sementara untuk beristirahat. Sewaktu mereka tidur , mereka dikejutkan suara gaduh dan bergemuruh semakin lama semakin keras menuju ke istana tua tersebut. Mereka segera berajak bangun mengintip dari persembunyiannya . Betapa kagetnya mereka melihat makhluk besar datang menuju istana tua memakai sepatu yang dapat terbang dan mengeluarkan suara desisan dari sepatu tersebut.

Tidak beberapa lama kemudian muncul raksasa yang besar dengan wajah yang menakutkan , tertawa keras memekakan telinga. Ketujuh anak-anak yang berada ditengah hutan tersebut ditangkap oleh raksasa itu dan dikurung untuk makanan raksasa tersebut . Raksasa itu suka memakan manusia yang dijumpainya. Apabila tidak mendapatkan manusia ia juga sering memakan binatang yang dijumpainya di hutan.

Si Bungsu dengan berani dan cerdik mencoba meminta permohonan kepada raksasa bahwa mereka jangan dimakan dulu karena mereka masih kecil-kecil. Si Bungsu menyarankan kepada raksasa agar mereka diberi kesempatan untuk hidup agar cepat besar dan gemuk sehingga nanti raksasa dapat puas memakannya. Untuk itu Si Bungsu berharap kepada raksasa agar mereka diberikan kesempatan hidup dan mereka akan selalu membantu segala keperluan Sang raksasa.
Rupanya raksasa tersebut ternyata bodoh dan bersedia memenuhi permintaan Si bungsu. Mereka diberi makan dan minum secukupnya agar mereka cepat besar dan gemuk. Sewaktu raksasa berada diistana merekapun disuruh membantu menyiapkan keperluan raksasa misalnya menyediakan air panas dan memijat-mijat tubuh raksasa serta keperluan lainnya . Dengan kecerdikan Si Bungsu ketujuh anak tersebut masih hidup bahkan diberi kesempatan makan dan minum di istana tua itu , bahkan dapat makan dan minum sepuasnya. Kakak-kakak Si bungsu sangat berterima kasih pada Si Bungsu karena selalu dapat mengatasi kesulitan mereka. Hari-demi hari Si Bungsu dan saudaranya tinggal di istana tua rumah raksasa menjadi budak raksasa. Keadaan mereka semakin baik , badannya juga menjadi gemuk dibandingkan sewaktu ditinggalkan orang tuanya di tengah hutan. Kegiatan yang dilakukannya sehari-hari membantu keperluan raksasa , namun semuanya dapat dilakukannya dengan baik.


Bagian 2

Selama tinggal menjadi budak raksasa si Bungsu selalu mengawasi dan mempelajari bagaimana untuk mengetahu kelemahan raksasa agar bisa kabur dari istana tua tersebut. Rupanya si Bungsu telah mengetahui satu kelemahan raksasa tersebut sehingga ia mempunyai ide untuk kabur dari istana. Si Bungsu anak pandai yang menjadi tumpuan saudaranya mengatasi kesulitan hidupnya. Mereka menyadari berkat kecerdekan si Bungsu mereka semua masih dapat hidup.

Suatu hari ketika raksasa tidur pulas diistananya , Si Bungsu mengumpulkan saudaranya untuk mengungkapkan idenya. Kakak-kakaknya semua mendengarkan dengan seksama. Si Bungsu mengatakan bahwa ia telah mengetahui kelemahan Sang raksasa. Si Bungsu mengatakan kepada saudaranya apabila ingin kabur mereka harus mencuri sepatu raksasa tersebut karena sepatu tersebut dapat terbang dan raksasa tidak dapat mengejarnya. Namun si bungsu juga menginginkan agar raksasa dapat tidur yang sangat pulas sehingga kesempatan untuk kabur tidak diketahui raksasa.

Kemudian Si Bungsu membagi tugas masing-masing kepada saudaranya untuk mulai menjalankan rencananya. Si Bungsu mendapatkan tugas menyiapkan arak kesukaan raksasa, namun Si Bungsu juga menuangkan racun kedalam arak yang telah dipersiapkan. Pada waktu raksasa bangun tidur Si Bungsu dan saudaranya telah menyiapkan segala persiapan raksasa. Dari memasak makanan, menyediakan minuman, dan menyiapkan araknya.

Raksasa tersebut memakan makanan dan minuman yang dipersiapan dengan lahap. Setelah perut kenyang , raksasa tersebut memanggil Si Bungsu dan saudaranya untuk memijat dan menyediakan arah kesukaannya. Raksasa sangat puas akan pelayanan yang dilakukan Si Bungsu dan saudaranya , hingga pada akhirnya raksasa tersebut tidur kembali dengan pulas.

Sewaktu raksasa tidur , Si Bungsu mengajak saudaranya untuk ramai-ramai melepaskan sepatu raksasa. Rupanya saudaranya sangat takut untuk mencopot sepatu raksasa itu karena dengkuran raksasa memang sangat menyeramkan. Namun Si Bungsu meyakinkan saudaranya agar tidak takut karena Si Bungsu telah memberikan bubuk racun ke dalam arak tersebut sehingga raksasa akan tidur sangat lama atau mungkin akan mati. Mendengar perkataan Si Bungsu saudaranya tersebut mulai punya nyali dan bersama-sama mencopot sepatu raksasa tersebut.

Setelah kedua sepatu tersebut copot , maka si bungsu dan saudaranya kabur dengan sepasang sepatu terbang. Si Bungsu dan saudaranya dapat kabur dengan sepatu terbang untuk pulang mencari orang tuanya dengan membawa persediaan makanan untuk beberapa hari. Kedua pasang sepatu tersebut terbang berdesis di tengah hutan mencari jalan untuk dapat menuju ke pinggir hutan rumah orang tuanya.

Beberapa hari perjalanan sepasang sepatu raksasa tersebut akhirnya dapat menuntun mereka pulang sampai ke rumah orang tuanya. Kedua orang tuanya sangat terkejut tetapi menyambutnya dengan baik . Si Bungsu dan saudaranya sampai ke rumah orang tuanya disambut dengan penuh haru dan gembira. Disamping itu Si Bungsu dan saudaranya membawa bahan makanan yang sangat banyak yang dapat dijadikan makanan selama beberapa hari ke depan.

Setelah beberapa hari makanan sudah hampir habis , Si Bungsu mengajak sudaranya pergi ke hutan untuk menuju ke istana tua tersebut. Pada mulanya saudaranya tidak bersedia untuk kembali kehutan . Begitu pula Pak Warsa dan istrinya melarangnya untuk menemui raksasa. Si Bungsu menyakinkan saudaranya bahwa raksasa tersebut telah beberapa hari ditinggalkan dan ia telah mati karena minum arak yang diberikan bubuk racun. Akhirnya saudaranya si Bungsu bersedia menemaninya menuju ke istana tua tersebut. Kalau hanya si Bungsi yang ke sana , sepatu tersebut tidak dapat terbang karena tidak ada pasangannya, sehingga saudaranya tersebut bersedia ikut ke istana tua rumah raksasa.

Selang beberapa hari kemudian raksasa tersebut didapati telah mati. Ternyata benar perkiraan si Bungsu bahwa raksasa tersebut telah mati. Mereka segera menguburnya dengan membakar raksasa tersebut . Kemudiaan setelah itu Si Bungsu mengungkapkan pendapatnya kepada saudaranya , bahwa ia akan memboyong bapak dan ibunya serta penduduk disekitarnya untuk membuka hidup baru ditengah hutan karena di istana tersebut banyak bangunan -bangunan yang bagus dan dapat digunakan untuk keluarga dan penduduk sekitarnya di pinggir hutan. Dan saudaranya juga menyetujui karena di istana tua dan sekitarnya lebih layak dibandingkan daerah pinggir hutan yang selalu banyak bencana kekeringan dan hama tikus sehingga penduduknya hidup dalam kelaparan dan kemiskinan. Jika hidup di istana tua tersebut dapat digunakan keluarga Pak Warsa dan penduduk sekitarnya untuk hidup yang lebih baik .

Akhirnya dengan kedua pasang sepatu terbang si Bungsu dan saudaranya memboyong orang tuanya dan penduduk sekitarnya untuk pindah ditempat baru yang lebih baik. Dalam beberapa tahun kemudian kehidupan keluarga Pak Warsa dan penduduk sekitarnya hidup dalam sejahtera dan damai. Akhirnya setelah Si Bungsu dan saudaranya telah beranjak dewasa penduduk di Istana tua tersebut mengangkat Si Bungsu sebagai pimimpin istani tua ditengah hutan. Istana tua di tengah hutan tersebut menjadi lebih makmur , damai dan sejahtera menapak hari depan .


------0000------

Tidak ada komentar: