Hutan Indonesia: Peran Vital, Kerusakan, dan Solusi Pengelolaan Berkelanjutan

Gambar
Hutan merupakan kumpulan tumbuh-tumbuhan dan pohon liar yang dapat menghasilkan bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Hutan sebagai sumber daya alam, yang menghasilkan air, pemasok bahan baku industri, penghasil devisa dan menyediaan lapangan kerja. Hutan memegang peranan penting dan strategis dibidang ekologi yaitu sebagai paru-paru dunia, penghirup karbon dioksida (CO 2 ) dan penghasil oksigen (O 2 ) serta penopang ekosistem pada umumnya. Hutan Tropis (Pexels.com/Andrejcook) Faktor-faktor yang mempengaruhi berbagai jenis flora antara lain adalah tanah, relief, iklim . Berdasarkan kondisi iklim , relief dan kesuburan tanah hutan dibedakan sebagai berikut : a)       Hutan hujan tropis merupakan hutan dengan pepohonan tinggi dan rapat, tingginya mencapai 60m. Ciri-ciri hutan hujan tropis ialah berdaun lebar , selalu hijau, terdapat epifit (tumbuhan menempel pada tumbuhan lain), lumut, palm dan pohon-pohon memanjat.  Hutan ini berada di Sumatera, Kalimantan, Jawa...

Mengenang Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya

Pertempuran 10 November 1945 di Surabaya merupakan salah satu momen paling heroik dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Peristiwa ini bermula dari kedatangan pasukan Sekutu yang berada di bawah bendera AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies) ke Jawa Timur. Pada 25 Oktober 1945, Brigade 49 yang merupakan bagian dari Divisi ke-23 Sekutu, dipimpin oleh Brigjen A.W.S. Mallaby, mendarat di Surabaya dengan tujuan awal menjaga keamanan serta melucuti senjata Jepang.

Pesawat Pengebom (Pexels.com/Ruyan Ayten )


Kesepakatan Awal antara Pemerintah Jawa Timur dan Sekutu

Kedatangan Sekutu pada mulanya ditolak oleh pemerintah Jawa Timur karena dikhawatirkan menjadi jalan masuk kembalinya penjajahan Belanda. Setelah dilakukan perundingan antara Gubernur Jawa Timur R.M.T.A. Suryo dan Brigjen Mallaby, disepakati beberapa poin penting:

  • Inggris berjanji tidak melibatkan angkatan perang Belanda.

  • Terjalin kerja sama untuk menciptakan keamanan dan ketentraman.

  • Akan dibentuk contact bureau sebagai wadah komunikasi.

  • Inggris akan melucuti senjata Jepang dan bukan senjata rakyat Indonesia.

Dengan kesepakatan tersebut, Sekutu diperbolehkan memasuki Surabaya.

Pelanggaran Kesepakatan oleh Sekutu

Namun, kenyataannya Inggris melanggar kesepakatan tersebut. Hal ini terlihat pada:

  • Penyerbuan ke Penjara Kalisosok pada 26 Oktober 1945.

  • Pendudukan pangkalan udara Tanjung Perak pada 27 Oktober 1945.

  • Penyebaran pamflet yang memerintahkan rakyat Surabaya menyerahkan senjata.

Tindakan-tindakan tersebut memicu ketegangan. Kontak senjata pun terjadi sejak 27 Oktober 1945 antara rakyat Surabaya dan pasukan Sekutu.

Untuk meredakan ketegangan, Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta turun langsung ke Surabaya dan melakukan perundingan baru. Hasilnya meliputi:

  • Pamflet dianggap tidak berlaku.

  • Sekutu mengakui keberadaan TKR dan Polisi Indonesia.

  • Pengamanan kota dilakukan bersama.

  • Pangkalan Tanjung Perak dijaga TKR, Sekutu, dan Polisi Indonesia.

Namun, meski perundingan telah disepakati, bentrokan tetap terjadi di beberapa wilayah.

Insiden Jembatan Merah dan Kematian Brigjen Mallaby

Pertempuran besar terjadi di Gedung Bank Internatio di kawasan Jembatan Merah. Pemuda Surabaya mengepung gedung tersebut dan menuntut pasukan Mallaby menyerah, tetapi permintaan itu ditolak. Kontak senjata pun tidak terhindarkan.

Dalam kekacauan pertempuran pada 30 Oktober 1945, Brigjen A.W.S. Mallaby tewas akibat ledakan dan serangan dari jarak dekat. Peristiwa ini kemudian menjadi pemicu kemarahan Inggris.

Ultimatum Inggris dan Penolakan Rakyat Surabaya

Setelah Mallaby tewas, pihak Inggris mengeluarkan ultimatum: rakyat Surabaya harus menyerah dan menyerahkan senjata. Jika tidak, Surabaya akan dihancurkan.

Ultimatum tersebut secara tegas ditolak oleh rakyat dan pemerintah daerah. Penolakan ini disampaikan melalui pidato radio Gubernur Suryo pada 9 November 1945 pukul 23.00 WIB. Dalam pidatonya ia menegaskan:

“Lebih baik hancur daripada dijajah kembali. Kita tetap menolak ultimatum itu!”

Pidato tersebut menggema di seluruh Surabaya dan membangkitkan semangat perlawanan.

Pertempuran 10 November 1945

Pada pagi hari 10 November 1945, pasukan Inggris di bawah komando Jenderal Mansergh melancarkan serangan besar-besaran dari darat, laut, dan udara. Pertempuran berlangsung hebat dan tidak berimbang karena Inggris menggunakan tank, meriam, dan kapal perang modern.

Meski demikian, rakyat Surabaya tidak gentar. Tokoh-tokoh seperti Bung Tomo berdiri di garis depan perlawanan melalui siaran radio yang membakar semangat arek-arek Suroboyo. Selama hampir tiga minggu, rakyat mempertahankan kota dengan senjata seadanya: bambu runcing, senapan rampasan, dan semangat kemerdekaan.

Banyak pejuang gugur, namun perlawanan itu berdampak besar. Dunia melihat bahwa rakyat Indonesia bersungguh-sungguh mempertahankan kemerdekaannya.

Hari Pahlawan: Mengabadikan Semangat Perjuangan

Pertempuran 10 November 1945 meninggalkan jejak mendalam dalam sejarah bangsa. Atas keberanian rakyat Surabaya, tanggal tersebut ditetapkan sebagai Hari Pahlawan. Ini merupakan wujud penghargaan atas pengorbanan besar yang menjadi simbol semangat kebangsaan dan tekad untuk tidak kembali dijajah.

Kata Kunci : Hari Pahlawan, Perang 10 Nopember 1945 Surabaya

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa Itu Tanah? Pengertian, Proses Pembentukan, dan Manfaatnya Bagi Kehidupan

Filosofi 'Ikigai' ala Jepang: Benarkah Kunci Hidup Bahagia & Sukses di Usia Muda?

Meningkatkan Potensi Anak Berkebutuhan Khusus