Proses perkembangan kolonialime dan imperialisme Barat di Indonesia tidak dapat dipisahkan dari kompetisi dan konflik serta aliansi yang terjadi sejak abat ke 16. Belanda terlibat konflik dengan Portugis di kepulauan Indonesia sebelum VOC didirikan seperti terjadi ketika bersama orang-orang Hitu di Malaku melawan Portugis. Belanda yang merasa belum mampu bersaing dengan portugis , berhasil memanfaatkan hubungan dagang dengan orang Hitu , ketika orang Hitu konflik dengan Portugis , Belanda berhasil menanfatkannya dengan membantu orang Hitu mengusir Portugis.
Belanda datang ke Indonesia ( Encarta , 2006 ) |
Tindakan Portugis menghalangi para pedagang dari Jawa, Melayu dan Makasar memicu ketegangan dengan pedagang Asia dan sekaligus membuka kesempatan kepada Belanda untuk melawan Portugis. Kompetisi dan konflik itu diteruskan yang berakhir dengan pendudukan orang Hitu bersama-sama VOC atas Benteng Portugis di Ambon pada Tahun 1605. Sementara Ternate dan Tidore berhasil diduduki Spanyol. Namun keberhasilan Spanyol bersifat sementara karena di kepulauan Maluku terjebak dalam kompetisi dan konflik yang silh berganti sampai akhirnya jatuh ke tangan Belanda.
Kerajaan dan masyarakat di
berbagai wilayah kepulauan Indonesia harus berhadapan dengan perubahan
strategi VOC yang merasa perlu membangun
sebuah koloni dan mengggunakan kekuatan senjata dan pena untuk memaksakan dan
mempertahankan monopoli atas pulau-pulau yang mampu memberikan rempah-rempah di
tengah semakin tingginya derajat kompetisi dan konflik, upaya memperlancar
aktivitas organisasi VOC pada Tahun 1610 memutuskan membentuk jabatan
Gouverneur Generaal sebagai wakil Heeren XVII di Asia yang pada waktu itu
berkedudukan di Malaku.
Upaya mempertahankan monopoli dan melarang keterlibatan baik bangsa Barat maupun pedagang Asia dalam perdagangan rempah-rempah di Kepulauan Maluku, VOC melakukan intervensi militer ke berbagai daerah yang menimbulkan banyak korban seperti yang dilakukan terhadap Lontor yang didukung Portugis dan Inggris pada tahun 1621. VOC juga memindahkan , mengusir , menyiksa dan membunuh hampir semua penduduk di Pulau Banda dan menggantikannya mereka dengan tenaga kerja budak dalam usaha mengakhiri hubungan penduduk lokal dengan para pedagangan selain VOC.
Sementara pada saat yang
hampir bersamaan kerajaan dan masyarakat di
Indonesia juga harus menghadapi tekanan tambahan seiring berkembangnya
keinginan yang sama didalam company Inggris. Inggris tidak hanya berhasil mendirikan
pos perdagangan di Maluku, tetapi mereka juga mulai membangun kekuatan lain di
Kalimantan, Sulawesi , Sumatera , dan Jawa , seperti : Sukadana, Makasar, Aceh,
Jayakarta, dan Jepara antara tahun 1611 sampai tahun 1617. Akibat dari konflik
tersebut menjadi semakin tampak selalu menempatkan kerajan dan masyarakat lokal
setempat yang menjadi korban.
Ekspansi ekonomi dan politik VOC semakin lancar ketika compagnie secara cerdas memanfaatkan konflik dan kompetisi antar kerajaan-kerajaan lokal serta internal dalam kerajaan-kerajaan lokal. Ketika Sulatan Agung melakukan ekspansi kekuasaannya di seluruh Jawa , sebagian korbannya telah berpaling kepada VOC untuk meminta bantuan dengan imbalan berbagai jenis konsesi. Selain Mataram dibawah Sultan Agung harus berhadapan dengan VOC di pantai utara Jawa. Setelah Sultan Agung gagal dua kali serangan untuk mengusir VOC dari Batavia, secara perlahan tapi pasti compagnie itu terlibat dalam persoalan intern di Mataram. VOC juga berhasil memanfaatkan kompetisi dan konflik di Makasar ketika terjadinya kompetisi dan konflik terbuka antara Kerajaan Goa dan Kerajaan Bone .
Dengan politik pecah belah dan memanfaatkan konflik internal atau eksternal antara penguasa dan masyarakat lokal di kerajaan-kerajaan kepulaun Indonesia sangat menguntungkan VOC untuk mencapai tujuannya.
Sumber : ( Yulmadia Yulir dan Trisno Widodo, Buku Geografi Kelas 1 SMP, Bumi Aksara, 2003 )
Kata Kunci : VOC, Belanda, Portugis, Kumpeni.