Translate

Minggu, 13 April 2025

Gaya Busana Minimalis, Bukan Hanya Tren, Tapi Filosofi Hidup Generasi Z

Minimalisme dalam berbusana kini telah melampaui sekadar pilihan estetika. Di kalangan anak muda perkotaan, gaya ini berkembang menjadi simbol gaya hidup yang mengutamakan kesederhanaan, kesadaran lingkungan, dan efisiensi.

Jika sebelumnya tren fashion dipenuhi warna neon dan motif ekstrem, palet warna netral seperti krem, taupe, sage, dan abu-abu kini mendominasi unggahan gaya anak muda. Siluet yang diusung pun lebih sederhana—potongan oversized, garis lurus, dan desain tanpa detail berlebihan menjadi ciri khas.

Peran Media Sosial dalam Mendefinisikan Ulang Gaya
Platform digital seperti Instagram, TikTok, dan Pinterest menjadi katalis utama penyebaran gaya minimalis. Konten kreatif yang ditampilkan tidak hanya menginspirasi, tetapi juga membuat tren ini mudah diakses dan diterapkan.

Instagram: Ruang Visual yang Terkonsep
Tagar seperti #MinimalistFashion dan #NeutralPalette telah mengumpulkan jutaan unggahan yang menampilkan kombinasi outfit bernuansa monokrom atau earthy. Figur internasional seperti Matilda Djerf dan Alyssa Lenore menjadi referensi gaya bagi anak muda Indonesia, sementara kreator lokal seperti Anaz Siantar dan Ayla Dimitri menawarkan interpretasi gaya minimalis dengan sentuhan budaya lokal.

TikTok: Edukasi Gaya dalam 60 Detik
Konten singkat seperti:

  • “5 Gaya dengan 1 Kemeja Putih”
  • “Tutorial Mix & Match 3 Item untuk Seminggu”
  • “GRWM ala Minimalis Hemat Waktu”
    menjadi favorit karena informatif dan mudah diadaptasi. Akun seperti @minimalwear.id membuktikan bahwa tampilan elegan bisa dicapai tanpa budget besar.

Pinterest: Gudang Inspirasi Tanpa Batas
Platform ini menjadi tempat anak muda menggali ide gaya minimalis untuk berbagai kebutuhan, mulai dari outfit kampus hingga busana kerja profesional. Pencarian seperti “minimalist office look” atau “neutral casual outfit” menghasilkan ribuan ide yang bisa disesuaikan dengan selera pribadi.

 

Gaya Busana Anak Muda Selalu Mengikuti Trend ( Pexels.com/NRDE Project)

Alasan Dibalik Popularitas Gaya Minimalis di Media Sosial

  1. Estetika yang Instagramable: Desain bersih dan warna kalem cocok dengan algoritma visual platform.
  2. Aksesibilitas Tinggi: Konten yang ditampilkan realistis, tidak terkesan eksklusif atau mahal.
  3. Nilai Edukasinya: Banyak kreator menyisipkan pesan tentang pentingnya slow fashion dan konsumsi berkelanjutan.

Panduan Membangun Gaya Minimalis dari Nol
Bagi pemula, berikut langkah praktis untuk mengadopsi gaya ini tanpa stres:

  1. Basis Warna Netral
    Mulai dengan koleksi item berwarna putih, hitam, krem, atau abu-abu. Contoh kombinasi:

·       Kaus krem + celana linen hitam + sandal kulit

·       Kemeja putih + rok midi abu-abu + sneakers

  1. Investasi pada Potongan Klasik
    Pilih desain yang tak lekang waktu:

·         Blazer polos

·         Celana wide-leg

·         Dress shift tanpa detail
Hindari model terlalu rumit seperti ruffles atau motif grafis besar.

  1. Prioritaskan Bahan Berkualitas
    Pilih material tahan lama seperti katun organik, linen, atau wool ringan. Contoh: Satu blazer linen netral bisa dipakai untuk rapat, kencan, atau acara semi-formal.
  2. Konsep Lemari Kapsul
    Buat koleksi 20-30 item serbaguna yang saling bisa dipadankan. Contoh versi mini:

·         3 kaus polos (putih, hitam, krem)

·         2 celana (jeans straight-cut dan celana kain)

·         1 jaket denim

·         2 pasang sepatu (slip-on dan ankle boots)

  1. Aksesori sebagai Penghias Subtil
    Batasi aksesori maksimal 2 item per outfit. Pilih desain sederhana seperti:

·         Gelang kulit polos

·         Tas tote kanvas

·         Anting kecil berbentuk geometris

  1. Kustomisasi Sesuai Karakter
    Jangan takut menambahkan sentuhan personal, misalnya:

·         Roll-up lengan kemeja untuk kesan kasual

·         Ikat pinggang minimalis untuk menonjolkan siluet

  1. Transisi Bertahap
    Mulai dengan mengganti 1-2 item per bulan. Misal:

·         Ganti kaos bergambar dengan versi polos

·         Tambahkan celana tailored ke dalam koleksi

Lebih dari Sekadar Gaya,  Sebuah Gerakan
Minimalisme dalam fashion tidak hanya tentang penampilan, tetapi juga komitmen mengurangi limbah tekstil dan konsumsi berlebihan. Seperti disampaikan desainer Stella McCartney, “Fashion seharusnya tidak merusak planet.” Di era 2025, gaya hidup ini menjadi bentuk perlawanan halus terhadap budaya fast fashion yang masif.

Dengan mengadopsi prinsip “less is more”, generasi muda tidak hanya tampil stylish, tetapi juga berkontribusi pada perubahan pola konsumsi yang lebih bertanggung jawab. Bukankah elegan itu sederhana?

 Sumber:

  1. “Intip Tren Dress Well Ala Gen Z yang Populer di 2025.” Antaranews.com, 2025.

https://www.antaranews.com/berita/4656069/intip-tren-dress-well-ala-gen-z-yang-populer-di-2025

  1. “7 Tren Fesyen yang Akan Ramai di Tahun 2025.” Kompas Lifestyle, 2025.

https://lifestyle.kompas.com/read/2025/01/05/102021420/7-tren-fesyen-yang-akan-ramai-di-tahun-2025?page=all#google_vignette

  1. Observasi tren media sosial TikTok dan Instagram, 2024–2025.

https://www.rumahmedia.com/insights/10-tren-media-sosial-yang-diprediksi-muncul-di-2025


Buat Konten Edukasi Malah Kena Bullying, Tantangan & Solusi Digital

Era digital membuka peluang besar bagi konten edukasi untuk berkembang pesat. Platform seperti YouTube, TikTok, dan Instagram ramai diisi kreator yang berbagi pengetahuan, mulai dari sains hingga kesehatan mental. Laporan We Are Social 2023 mengungkap, 62,3% pengguna internet Indonesia mengonsumsi konten edukasi secara rutin. Namun, di balik manfaatnya, banyak kreator justru menjadi sasaran cibiran, ujaran kebencian, bahkan ancaman doxxing. Mengapa niat baik berbagi ilmu berujung pada perundungan? Apa dampaknya, dan bagaimana solusinya?

Sedang membuat konten edukasi (Pexels.com/River-Augustin)

Ketika Edukator Jadi Target Bullying

Contoh nyata terjadi pada Maret 2024, ketika dokter muda @DokterAini di TikTok mendapat hinaan terkait penampilannya, padahal kontennya fokus pada edukasi kesehatan reproduksi. Kasus serupa menimpa YouTuber sejarah @NusantaraHistoria yang dituduh menyebarkan "informasi sesat" saat mengulas dinamika politik era Orde Baru.

Data Survei APJII 2023 menunjukkan, 49,8% pengguna internet Indonesia pernah mengalami perundungan daring, dengan 34% korbannya berasal dari kalangan profesional, termasuk edukator. Komnas Perlindungan Anak (PA) juga mencatat kenaikan 20% laporan cyberbullying pada 2023, di mana banyak korban adalah kreator konten edukasi.

Mengapa Mereka Dijadikan Sasaran?

  1. Efek "Topeng" Anonimitas
    Psikolog John Suler dalam teori Online Disinhibition Effect (2004) menyebut, anonimitas daring membuat orang merasa bebas melanggar norma. "Identitas virtual" memberi keberanian untuk bersikap agresif tanpa takut konsekuensi.
  2. Pertentangan dengan Keyakinan Audiens
    Konten edukasi kerap mengusik keyakinan yang sudah mapan. Misalnya, edukator perubahan iklim kerap dihujani komentar negatif dari kelompok yang menolak fakta ilmiah. Pew Research Center (2021) menemukan, 56% masyarakat AS percaya pada misinformasi iklim—tren serupa terjadi di Indonesia.
  3. Algoritma yang Mengadu Domba
    Konten provokatif cenderung mendapat engagement tinggi, sehingga algoritma media sosial secara tak langsung "memprioritaskan" komentar negatif. Riset Nature Communications (2022) membuktikan, cuitan bermuatan kebencian memiliki peluang 3x lebih besar untuk viral dibanding konten positif.
  4. Proyeksi Rasa Tidak Mampu
    Menurut psikolog Dr. Novi Qonitatin, M.Psi., "Bullying sering muncul dari rasa inferior pelaku. Edukator yang dianggap kompeten bisa memicu kecemburuan."

Dampak yang Mengkhawatirkan
Bullying tidak hanya menyakiti secara personal, tetapi juga menghambat distribusi ilmu. Survei KemenPPPA (2023) terhadap 500 korban cyberbullying mengungkap:

  • 45% mengalami gangguan kecemasan.
  • 30% kehilangan semangat membuat konten.
  • 15% memutuskan menghapus akun media sosial.

"Banyak edukator memilih mundur karena takut dihujat. Ini ancaman bagi literasi digital," tegas Aulia Putri, konselor dari Into the Light Indonesia.

Langkah Solutif, dari Individu hingga Sistem

  1. Strategi Bertahan bagi Kreator
    • Manfaatkan fitur penyaring komentar (seperti keyword filter di Instagram).
    • Bentuk aliansi dengan komunitas pendukung, seperti Sobat Edukasi yang aktif melaporkan akun perundung.
  2. Tanggung Jawab Platform
    Meski TikTok dan YouTube telah memperkuat fitur auto-moderation, laporan SAFEnet (2023) menyebut 60% aduan bullying belum ditangani optimal. Perlu peningkatan transparansi dan responsivitas.
  3. Edukasi Literasi Digital
    Kolaborasi Kominfo dan ICT Watch lewat program #InternetBaik menjadi langkah awal. Di sekolah, materi etika digital perlu diintegrasikan ke pelajaran seperti PPKN.
  4. Penegakan Hukum Progresif
    Meski UU ITE Pasal 27 ayat 3 menjerat pelaku bullying dengan hukuman hingga 6 tahun, LBH Jakarta mencatat hanya 15% korban yang melapor karena proses hukum yang rumit.

Bersama Lawan Bullying
Konten edukasi adalah investasi masa depan. Membiarkan kreatornya terus diteror sama dengan membunuh gairah belajar masyarakat. Upaya kolektif diperlukan: kreator harus bangkit, platform lebih tegas, dan publik aktif mendukung. Seperti disampaikan Najelaa Shihab (pendiri Kampus Guru Cikal), "Edukasi adalah tentang menumbuhkan rasa hormat, bukan sekadar mentransfer pengetahuan."

Referensi:

  1. APJII. (2023). Profil Pengguna Internet Indonesia.

https://apjii.or.id/berita/d/apjii-jumlah-pengguna-internet-indonesia-tembus-221-juta-orang

  1. Suler, J. (2004). The Online Disinhibition Effect.

https://www.researchgate.net/publication/8451443_The_Online_Disinhibition_Effect

  1. Komnas PA. (2023). Laporan Tahunan Perlindungan Anak.

https://www.antaranews.com/infografik/3893148/catatan-komnas-perlindungan-anak-2023

  1. KemenPPPA. (2023). Dampak Cyberbullying pada Kesehatan Mental.

https://jurnal.kopusindo.com/index.php/jipk/article/view/568#

  1. Nature Communications. (2022). Viralitas Konten Negatif di Media Sosial.

https://www.komdigi.go.id/berita/sorotan-media/detail/melindungi-keluarga-dari-konten-negatif-dunia-maya



Rabu, 02 April 2025

Konser Taeyeon di Jakarta, Legenda K-Pop Siap Meriahkan Panggung dengan "The TENSE"

Penyanyi K-pop legendaris sekaligus mantan leader Girls' Generation, Taeyeon, bersiap mengadakan konser solo bertajuk "The TENSE" di Indonesia Arena, Jakarta, pada 12 April 2025. Konser ini merupakan bagian dari rangkaian tur dunia yang digadang sebagai salah satu pertunjukan paling dinanti di kawasan Asia Tenggara . 

Konser K-Pop selalu dinanti (Unplash.com/Jihoo-tan)

Rincian Acara dan Persiapan Tur

Berdasarkan rilis resmi SM Entertainment, agensi Taeyeon, Jakarta masuk dalam daftar destinasi utama tur Asia Tenggara setelah Seoul, Tokyo, dan Singapura. Nama tur diambil dari album terbaru Taeyeon yang diluncurkan November 2023, dengan penjualan mencetak rekor lebih dari 1 juta kopi secara global. Indonesia Arena, venue berkapasitas 16.000 kursi, diproyeksikan ramai oleh SONE (fandom Girls' Generation) dan TAEYEONism, basis penggemar solo Taeyeon.

Pendaftaran tiket telah dibuka secara daring mulai 15 Maret 2025 melalui Loket.com dan SM Global Shop, dengan kisaran harga Rp 1,2 juta hingga Rp 5 juta. Untuk mencegah penimbunan tiket ilegal, panitia menerapkan sistem verifikasi identitas ketat, sebagaimana ditegaskan promotor lokal, Mecima Pro, dalam keterangan pers.

Eforia Penggemar dan Makna Penting Konser

Pengumuman konser langsung memicu euforia di kalangan penggemar Tanah Air. Akun komunitas @TAEYEON_UpdateID di Twitter, yang diikuti lebih dari 50.000 akun, mencatat ribuan retweet dan komentar hanya dalam beberapa jam. "Ini adalah mimpi yang akhirnya terwujud. Taeyeon adalah ikon K-pop, dan kami telah menantikan konser solonya di Jakarta selama hampir satu dekade," ungkap Rina, perwakilan SONE Indonesia, dalam sesi wawancara virtual.

Konser ini juga menjadi momen kembalinya Taeyeon ke Indonesia setelah terakhir kali tampil bersama Girls' Generation di SMTown Live World Tour VI pada 2017. Merujuk data Korea Creative Content Agency (KOCCA), popularitas K-pop di Indonesia terus melesat, dengan 42% generasi Z mengakui sebagai penggemar musik Korea. "Taeyeon merepresentasikan ketangguhan industri K-pop. Kehadirannya di Jakarta menegaskan posisi Indonesia sebagai pasar potensial di Asia Tenggara," papar Dian Kusumawardhani, analis industri musik dari Nielsen Music Indonesia.

Tantangan dan Upaya Mitigasi

Meski dinanti, konser ini berisiko menghadapi masalah klasik seperti praktik calo tiket. Kasus serupa pernah terjadi saat konser BLACKPINK di Stadion GBK 2023, di mana tiket VIP dijual hingga Rp 25 juta di pasar gelap. "Kami berkoordinasi dengan aparat keamanan untuk mengawasi aktivitas mencurigakan dan memastikan tiket hanya dibeli penggemar," tegas Andi Prasetyo dari Mecima Pro.

Di balik panggung, Taeyeon dikabarkan sedang menyiapkan daftar lagu istimewa yang memadukan hits solo seperti "INVU", "Four Seasons", serta lagu-lagu hits Girls' Generation. "Saya ingin menciptakan momen spesial bagi penggemar yang telah mendukung dari jarak jauh," tutur Taeyeon dalam konferensi pers virtual, seperti dilaporkan Soompi.

Konser "The TENSE" Taeyeon di Jakarta tidak sekadar pertunjukan musik, tetapi juga bukti ekspansi budaya K-pop yang terus menjangkau penggemar lintas usia dan geografi. Dengan persiapan intensif dan antusiasme luar biasa, April 2025 diprediksi menjadi bulan bersejarah bagi industri hiburan Indonesia.

Penyanyi K-pop legendaris sekaligus mantan leader Girls' Generation, Taeyeon, bersiap mengadakan konser solo bertajuk "The TENSE" di Indonesia Arena, Jakarta, pada 12 April 2025. Konser ini merupakan bagian dari rangkaian tur dunia yang digadang sebagai salah satu pertunjukan paling dinanti di kawasan Asia Tenggara tahun depan.

Rincian Acara dan Persiapan Tur

Berdasarkan rilis resmi SM Entertainment, agensi Taeyeon, Jakarta masuk dalam daftar destinasi utama tur Asia Tenggara setelah Seoul, Tokyo, dan Singapura. Nama tur diambil dari album terbaru Taeyeon yang diluncurkan November 2023, dengan penjualan mencetak rekor lebih dari 1 juta kopi secara global. Indonesia Arena, venue berkapasitas 16.000 kursi, diproyeksikan ramai oleh SONE (fandom Girls' Generation) dan TAEYEONism, basis penggemar solo Taeyeon.

Pendaftaran tiket telah dibuka secara daring mulai 15 Maret 2025 melalui Loket.com dan SM Global Shop, dengan kisaran harga Rp 1,2 juta hingga Rp 5 juta. Untuk mencegah penimbunan tiket ilegal, panitia menerapkan sistem verifikasi identitas ketat, sebagaimana ditegaskan promotor lokal, Mecima Pro, dalam keterangan pers.

Eforia Penggemar dan Makna Penting Konser

Pengumuman konser langsung memicu euforia di kalangan penggemar Tanah Air. Akun komunitas @TAEYEON_UpdateID di Twitter, yang diikuti lebih dari 50.000 akun, mencatat ribuan retweet dan komentar hanya dalam beberapa jam. "Ini adalah mimpi yang akhirnya terwujud. Taeyeon adalah ikon K-pop, dan kami telah menantikan konser solonya di Jakarta selama hampir satu dekade," ungkap Rina, perwakilan SONE Indonesia, dalam sesi wawancara virtual.

Konser ini juga menjadi momen kembalinya Taeyeon ke Indonesia setelah terakhir kali tampil bersama Girls' Generation di SMTown Live World Tour VI pada 2017. Merujuk data Korea Creative Content Agency (KOCCA), popularitas K-pop di Indonesia terus melesat, dengan 42% generasi Z mengakui sebagai penggemar musik Korea. "Taeyeon merepresentasikan ketangguhan industri K-pop. Kehadirannya di Jakarta menegaskan posisi Indonesia sebagai pasar potensial di Asia Tenggara," papar Dian Kusumawardhani, analis industri musik dari Nielsen Music Indonesia.

Tantangan dan Upaya Mitigasi

Meski dinanti, konser ini berisiko menghadapi masalah klasik seperti praktik calo tiket. Kasus serupa pernah terjadi saat konser BLACKPINK di Stadion GBK 2023, di mana tiket VIP dijual hingga Rp 25 juta di pasar gelap. "Kami berkoordinasi dengan aparat keamanan untuk mengawasi aktivitas mencurigakan dan memastikan tiket hanya dibeli penggemar," tegas Andi Prasetyo dari Mecima Pro.

Di balik panggung, Taeyeon dikabarkan sedang menyiapkan daftar lagu istimewa yang memadukan hits solo seperti "INVU", "Four Seasons", serta lagu-lagu hits Girls' Generation. "Saya ingin menciptakan momen spesial bagi penggemar yang telah mendukung dari jarak jauh," tutur Taeyeon dalam konferensi pers virtual, seperti dilaporkan Soompi.

Konser "The TENSE" Taeyeon di Jakarta tidak sekadar pertunjukan musik, tetapi juga bukti ekspansi budaya K-pop yang terus menjangkau penggemar lintas usia dan geografi. Dengan persiapan intensif dan antusiasme luar biasa, April 2025 diprediksi menjadi bulan bersejarah bagi industri hiburan Indonesia.

Penyanyi K-pop legendaris sekaligus mantan leader Girls' Generation, Taeyeon, bersiap mengadakan konser solo bertajuk "The TENSE" di Indonesia Arena, Jakarta, pada 12 April 2025. Konser ini merupakan bagian dari rangkaian tur dunia yang digadang sebagai salah satu pertunjukan paling dinanti di kawasan Asia Tenggara tahun depan.

Rincian Acara dan Persiapan Tur

Berdasarkan rilis resmi SM Entertainment, agensi Taeyeon, Jakarta masuk dalam daftar destinasi utama tur Asia Tenggara setelah Seoul, Tokyo, dan Singapura. Nama tur diambil dari album terbaru Taeyeon yang diluncurkan November 2023, dengan penjualan mencetak rekor lebih dari 1 juta kopi secara global. Indonesia Arena, venue berkapasitas 16.000 kursi, diproyeksikan ramai oleh SONE (fandom Girls' Generation) dan TAEYEONism, basis penggemar solo Taeyeon.

Pendaftaran tiket telah dibuka secara daring mulai 15 Maret 2025 melalui Loket.com dan SM Global Shop, dengan kisaran harga Rp 1,2 juta hingga Rp 5 juta. Untuk mencegah penimbunan tiket ilegal, panitia menerapkan sistem verifikasi identitas ketat, sebagaimana ditegaskan promotor lokal, Mecima Pro, dalam keterangan pers.

Eforia Penggemar dan Makna Penting Konser

Pengumuman konser langsung memicu euforia di kalangan penggemar Tanah Air. Akun komunitas @TAEYEON_UpdateID di Twitter, yang diikuti lebih dari 50.000 akun, mencatat ribuan retweet dan komentar hanya dalam beberapa jam. "Ini adalah mimpi yang akhirnya terwujud. Taeyeon adalah ikon K-pop, dan kami telah menantikan konser solonya di Jakarta selama hampir satu dekade," ungkap Rina, perwakilan SONE Indonesia, dalam sesi wawancara virtual.

Konser ini juga menjadi momen kembalinya Taeyeon ke Indonesia setelah terakhir kali tampil bersama Girls' Generation di SMTown Live World Tour VI pada 2017. Merujuk data Korea Creative Content Agency (KOCCA), popularitas K-pop di Indonesia terus melesat, dengan 42% generasi Z mengakui sebagai penggemar musik Korea. "Taeyeon merepresentasikan ketangguhan industri K-pop. Kehadirannya di Jakarta menegaskan posisi Indonesia sebagai pasar potensial di Asia Tenggara," papar Dian Kusumawardhani, analis industri musik dari Nielsen Music Indonesia.

Tantangan dan Upaya Mitigasi

Meski dinanti, konser ini berisiko menghadapi masalah klasik seperti praktik calo tiket. Kasus serupa pernah terjadi saat konser BLACKPINK di Stadion GBK 2023, di mana tiket VIP dijual hingga Rp 25 juta di pasar gelap. "Kami berkoordinasi dengan aparat keamanan untuk mengawasi aktivitas mencurigakan dan memastikan tiket hanya dibeli penggemar," tegas Andi Prasetyo dari Mecima Pro.

Di balik panggung, Taeyeon dikabarkan sedang menyiapkan daftar lagu istimewa yang memadukan hits solo seperti "INVU", "Four Seasons", serta lagu-lagu hits Girls' Generation. "Saya ingin menciptakan momen spesial bagi penggemar yang telah mendukung dari jarak jauh," tutur Taeyeon dalam konferensi pers virtual, seperti dilaporkan Soompi.

Konser "The TENSE" Taeyeon di Jakarta tidak sekadar pertunjukan musik, tetapi juga bukti ekspansi budaya K-pop yang terus menjangkau penggemar lintas usia dan geografi. Dengan persiapan intensif dan antusiasme luar biasa, April 2025 diprediksi menjadi bulan bersejarah bagi industri hiburan Indonesia.

Sumber Referensi:

  1. Wawancara Eksklusif dengan Komunitas SONE Indonesia (10 Oktober 2024)

            https://www.instagram.com/wowfakta.izone48/?locale=nl&hl=el

  1. Data Tren K-pop oleh KOCCA (2023)

https://www.kompas.com/hype/read/2024/09/23/194553566/kocca-akan-hadirkan-3-musisi-kpop-di-k-festival-2024

  1. Konferensi Pers Mecima Pro (10 Oktober 2024)

https://www.instagram.com/fyi.korea/p/C-rqeoHyNWP/?img_index=1

  1. Laporan Soompi: "Taeyeon Umumkan Tur Dunia 'The TENSE'" (9 Oktober 2024)

https://www.google.com/search?sca_esv=f8fb27e7be66e9fd&sxsrf=AHTn8zp5VSOG8-

Terobosan CRISPR Bagi Penderita Anemia Sel Sabit dengan Penyuntingan Gen

Selama bertahun-tahun, Ade (15) asal Nigeria harus bergantung pada transfusi darah bulanan untuk bertahan dari anemia sel sabit, penyakit genetik yang mengubah sel darah merahnya menjadi kaku dan berbentuk sabit. Rasa nyeri hebat, kerusakan organ, dan ancaman hidup pendek menjadi bagian dari kesehariannya. Namun, sejak awal 2023, remaja ini merasakan kehidupan baru setelah menjalani terapi gen CRISPR-Cas9, teknologi revolusioner yang memungkinkan penyuntingan DNA. “Sekarang saya bisa bermain dan belajar seperti teman-teman,” ujarnya dengan senyum lega. Kisah Ade adalah bukti nyata bagaimana sains sedang menulis ulang masa depan pengobatan penyakit genetik.

Anemia Sel Sabit,  Beban Global yang Terabaikan

Anemia sel sabit, kelainan genetik akibat mutasi pada gen HBB, menyebabkan hemoglobin, protein pembawa oksigen, kehilangan bentuk normalnya. Data WHO menyebutkan, lebih dari 300.000 bayi lahir dengan kondisi ini tiap tahun, dengan 75% kasus terkonsentrasi di Afrika Sub-Sahara. Sebelum CRISPR, pilihan terapi terbatas pada transfusi darah yang berisiko kelebihan zat besi atau transplantasi sumsum tulang dengan donor yang sulit ditemukan.

“Selain rasa sakit fisik, pasien sering mengalami diskriminasi karena dianggap tidak produktif,” ungkap Dr. Siti Rahayu, ahli hematologi di RSUP Cipto Mangunkusumo, Jakarta.

Penderita Anemia Sel Sabit dapat disembuhkan (Pexels.com/Tima Miroshnichenko)


CRISPR-Cas9, Teknologi Penyunting Gen Penyelamat

CRISPR-Cas9, sistem penyunting gen yang terinspirasi dari mekanisme pertahanan bakteri, memungkinkan ilmuwan memodifikasi DNA dengan akurasi tinggi. Untuk anemia sel sabit, teknologi ini difokuskan pada pengaktifan kembali gen hemoglobin fetal (HbF)—jenis hemoglobin yang biasanya hanya aktif pada janin. HbF mampu mencegah pembentukan sel sabit dan menjaga aliran oksigen tetap lancar.

Hasil uji klinis fase III oleh Vertex Pharmaceuticals dan CRISPR Therapeutics (2022) membawa kabar menggembirakan: 97% peserta (30 dari 31 pasien) terbebas dari episode nyeri kritis selama setahun pascaterapi. Kesuksesan ini mendorong Badan Pengawas Obat AS (FDA) menyetujui terapi exagamglogene autotemcel (exa-cel) pada akhir 2023—terapi CRISPR pertama di dunia untuk anemia sel sabit.

Prosedur Terapi,  Transformasi Sel Punca Menjadi Penyembuh

Terapi CRISPR untuk anemia sel sabit melibatkan empat tahap krusial:

  1. Isolasi Sel Punca: Sel punca pembentuk darah diambil dari sumsum tulang pasien.
  2. Modifikasi Genetik: Di laboratorium, CRISPR digunakan untuk mengaktifkan produksi HbF dalam sel tersebut.
  3. Persiapan Tubuh: Pasien menjalani kemoterapi ringan untuk membersihkan sumsum tulang yang bermasalah.
  4. Infusi Sel: Sel yang telah dimodifikasi dimasukkan kembali ke tubuh, lalu membentuk sel darah merah sehat.

“Proses ini seperti mengembalikan ‘pabrik’ darah ke kondisi optimalnya saat masa bayi,” jelas Prof. David Liu, pakar biologi sintetis di Broad Institute MIT-Harvard.

Dilema di Balik Kesuksesan,  Mahalnya Terapi dan Kesenjangan Global

Meski efektif, terapi ini masih menghadapi tantangan besar: biaya. Exa-cel diprediksi memakan biaya hingga USD 2,2 juta per pasien—harga yang fantastis bagi negara berkembang. Di Nigeria, kurang dari 1% penderita anemia sel sabit memiliki akses ke pengobatan dasar, apalagi terapi mutakhir seperti CRISPR.

Isu etis juga mengemuka, terutama terkait risiko penyuntingan gen tidak sengaja (off-target effects) dan kesenjangan akses antara negara kaya dan miskin. Dr. Haydar Frangoul, peneliti utama uji klinis, menegaskan, “Kami berkomitmen bekerja sama dengan organisasi global untuk meningkatkan keterjangkauan.”

Peluang bagi Indonesia,  Mempersiapkan Infrastruktur dan SDM

Di Indonesia, anemia sel sabit sering kali tertukar diagnosis dengan malaria atau talasemia. Kementerian Kesehatan mencatat sekitar 1.500 kasus baru per tahun, terutama di wilayah timur Indonesia.

Dr. Siti Rahayu mengungkapkan, RSUP Cipto Mangunkusumo sedang menjajaki kerja sama dengan institusi internasional untuk mengadopsi terapi gen. “Infrastruktur laboratorium biosafety level 3 dan regulasi ketat menjadi prasyarat utama,” tegasnya.

Masa Depan CRISPR,  Dari Penyakit Genetik hingga Terapi Universal

Keberhasilan CRISPR pada anemia sel sabit membuka pintu bagi terapi penyakit genetik lain, seperti talasemia beta dan distrofi otot. Perusahaan seperti Intellia Therapeutics bahkan mengembangkan CRISPR in vivo—penyuntingan gen langsung di dalam tubuh tanpa perlu transplantasi sel.

“Dalam satu dekade, CRISPR bisa menjadi solusi untuk puluhan penyakit yang sebelumnya dianggap tak tersembuhkan,” ujar Prof. Jennifer Doudna, peraih Nobel Kimia 2020 untuk penemuan CRISPR.


Sumber dan Referensi

1.        Hasil Uji Klinis (2022): New England Journal of MedicineEfektivitas CRISPR untuk Anemia Sel Sabit, https://respiratory--therapy-com.translate.goog/disorders-diseases/chronic-pulmonary-disorders/chronic-diseases/fda-approves-crispr-sickle-cell-disease/

2.        Persetujuan FDA (2023):  Siaran Resmi FDA: Persetujuan Terapi Gen Pertama, https://investorrelations.sarepta.com/news-releases/news-release-details/sarepta-therapeutics-announces-fda-approval-elevidys-first-gene

3.        Laporan WHO (2023): WHO: Strategi Penanganan Anemia Sel Sabit di Afrika, https://www.afro.who.int/health-topics/sickle-cell-disease

4.        Wawancara Prof. David Liu (2023): NaturePerkembangan Terkini CRISPR. https://www.nature.com/collections/cpzkghhnlg

5.        Analisis Biaya Terapi (2023): Health AffairsTantangan Ekonomi Terapi Gen. https://www.healthaffairs.org/doi/10.1377/hlthaff.2020.01560

Sabtu, 29 Maret 2025

Surat Cinta untuk Ramadan Mendatang, Renungan dan Asa di Ujung Waktu

Ramadan bukan sekadar ritual ibadah, tetapi juga momen yang merefleksikan dinamika sosial, lingkungan, dan kemajuan teknologi. Setelah Ramadan 1446 H (2025 M) pergi, tersimpan kesan mendalam, kebersamaan yang kembali menguat usai pandemi, tumpukan sampah plastik yang tak terbendung, serta gelombang digitalisasi yang mengubah cara beribadah. Di penghujung Ramadan, surat ini menjadi wujud kerinduan dan komitmen untuk Ramadan tahun depan, sebuah ikhtiar menuju Ramadan yang lebih bermartabat.

Saat kau perlahan meninggalkan kami tahun ini, aku ingin menyampaikan kesan yang mendalam atas kehadiranmu. Kau datang dengan penuh kemuliaan, membawa keberkahan dan kesempatan untuk memperbaiki diri. Selama satu bulan, kami berusaha lebih mendekatkan diri kepada Allah, menahan diri dari segala hal yang membatalkan puasa, dan meningkatkan ibadah.

Namun, Ramadan juga mengajarkan bahwa waktu adalah sesuatu yang tidak bisa diulang. Banyak yang ingin memaksimalkan ibadah, tetapi tak sedikit pula yang merasa belum optimal dalam menjalankannya. Kesibukan duniawi kadang membuat beberapa ibadah terlewat, dan ini menjadi refleksi agar di Ramadan berikutnya, persiapan lebih matang dapat dilakukan.

Solat Tarwih di Bulan Ramadan (Unplash.com/Ibrahim Abdullah)

 

Kilas Balik Ramadan 2025,  Solidaritas, Limbah, dan Transformasi Digital

1. Kebangkitan Tradisi Komunal

Ramadan 2025 menjadi saksi kebersamaan yang pulih setelah tiga tahun terkungkung pandemi. Laporan Ramadan Trends Report 2025 dari PPIM UIN Jakarta mencatat, partisipasi masyarakat dalam buka bersama, salat tarawih berjamaah, dan takbir keliling meningkat. Masyarakat tidak hanya mencari pahala, tetapi juga ruang untuk memulihkan ikatan sosial yang sempat terputus. Namun, euforia ini menyimpan tantangan: bagaimana mempertahankan semangat kebersamaan tanpa mengabaikan kewaspadaan kesehatan.

2. Krisis Sampah,  Dampak Tak Terduga dari Berbagi Takjil

Di balik kemeriahan berbagi takjil, Ramadan 2025 meninggalkan jejak kelam. Data Waste4Change mengungkapkan, volume sampah plastik di Jabodetabek meningkat selama Ramadan, terutama dari kemasan makanan dan minuman. Padahal, laporan United Nations Environment Programme (UNEP) 2022 menempatkan Indonesia sebagai penyumbang sampah plastik laut terbesar kedua di dunia. "Tradisi berbagi kerap tak sejalan dengan prinsip keberlanjutan," ujar Ahmad Rizaldi, aktivis Zero Waste Indonesia.

3. Era Baru Ibadah,  Antara Kemudahan dan Distraksi

Teknologi semakin erat menyatu dengan praktik ibadah. Aplikasi seperti "Quran Kemenag" dan "Muslim Pro" mencatat kenaikan pengguna hingga 40% selama Ramadan (Data Kitabisa, 2023). Platform donasi digital seperti Kitabisa juga melaporkan peningkatan transaksi zakat dan infak sebesar 75%, untuk tahun ini belum mendapatkan data terbaru. Namun, di balik manfaatnya, media sosial menjadi pisau bermata dua. Survei PPIM UIN Jakarta menyebutkan, 52% generasi muda menghabiskan lebih dari tiga jam per hari mengakses konten hiburan selama puasa.

Asa untuk Ramadan 2025,  Ramadan Berkelanjutan dan Inklusif

1. Gerakan "Ramadan Hijau",  Menyelamatkan Bumi dari Piring Takjil

Para pegiat lingkungan mendesak inisiatif berkelanjutan di Ramadan mendatang, seperti kampanye "Bawa Wadah Sendiri" (BYOT) atau penggunaan kemasan ramah lingkungan untuk takjil. Surabaya menjadi contoh dengan program 5.000 paket takjil berbahan daun pisang pada 2023, hasil kolaborasi Pemkot dan UMKM. Tahun depan, gerakan serupa diharapkan meluas dengan dukungan regulasi daerah dan insentif bagi pelaku usaha.

2. Ramadan sebagai Jembatan Dialog Lintas Agama

Kasus penolakan buka bersama lintas iman di beberapa daerah pada 2023 menjadi tamparan. Untuk itu, tokoh agama seperti KH. Yahya Cholil Staquf mengusulkan program "Pesantren Ramadan" yang mengintegrasikan nilai toleransi dalam kajian keagamaan. "Ramadan harus menjadi momentum merajut persaudaraan, bukan memupuk prasangka," tegasnya.

3. Teknologi yang Memberdayakan, Bukan Sekadar Hiburan

Kementerian Kominfo berencana menggelar Digital Ramadan Festival 2024, menggabungkan webinar edukatif, konten kreatif bertema ibadah, dan kompetisi inovasi teknologi. Langkah ini sejalan dengan rekomendasi Center for Digital Society UGM agar masyarakat tidak terjebak sebagai konsumen pasif, tetapi aktif memanfaatkan teknologi untuk penguatan literasi agama.

4. Memutus Mata Rantai Inflasi Ramadan

Inflasi bahan pangan selama Ramadan 2023 yang mencapai 5,2% (Bank Indonesia) memberatkan masyarakat miskin, namun data terbaru untuk tahun ini belum ada. Dompet Dhuafa mengusulkan sistem distribusi logistik berbasis data real-time untuk memastikan bantuan tepat sasaran. "Zakat dan sedekah harus menjadi instrumen pengentasan ketimpangan, bukan sekadar ritual," tegas Imam Rulyawan, CEO Dompet Dhuafa.

Ramadan 2025, Saatnya Menanam Benih Perubahan

Refleksi Ramadan 2025 mengajarkan bahwa kemuliaan bulan suci tak hanya diukur dari kuantitas ibadah, tetapi juga dampaknya bagi lingkungan dan kemanusiaan. Surat cinta ini adalah janji untuk bertindak nyata dengan  mengurangi jejak karbon, menjadikan teknologi sebagai sarana edukasi, dan memperluas akses kesejahteraan. Sebagaimana pesan dalam kitab Nashaih al-'Ibad, "Amal yang utama adalah yang memberi manfaat bagi banyak orang."

Ramadan, aku akan menunggumu dengan kesiapan yang lebih baik. Semoga Allah mempertemukan kita kembali dalam keadaan yang lebih baik dan penuh berkah. Dengan penuh harapan, Seorang hamba yang merindukanmu.

 Sumber Referensi:

1.        Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 185.

2.        Artikel "Makna Ramadan dalam Kehidupan Sehari-hari" , Majalah Islam Rahmatan, edisi April 2024.

         https://klasika.kompas.id/baca/makna-dan-keutamaan-ramadhan-yang-perlu-diketahui/

3.        Waste4Change. (2023). Laporan Sampah Ramadan 2023.

         https://www.instagram.com/cepatresponjkt/p/DHIRCdJyRvq/?img_index=1

4.        PPIM UIN Jakarta. (2023). Survei Perilaku Sosial-Medial Selama Ramadan.

         https://kemenag.go.id/nasional/riset-ppim-uin-jakarta-ungkap-sikap-umat-beragama-terhadap-kepedulian-lingkungan-iAEJG

5.        Kitabisa. (2023). Laporan Donasi Digital Ramadan 2023.

         https://kitabisa.com/about-us

6.        United Nations Environment Programme (UNEP). (2022). Global Plastic Waste Assessment.

         https://www.unep.org/plastic-pollution

Jumat, 28 Maret 2025

Ramadan Bulan yang Menebar Manfaat dan Menyatukan Umat dalam Berkah

Ramadan tak hanya menjadi bulan penuh ibadah, tetapi juga periode yang menghadirkan keajaiban sosial, spiritual, dan kesehatan. Dari peningkatan empati hingga pemulihan ekonomi kelompok rentan, berkah Ramadan bersifat nyata dan multidimensi. Berikut bukti konkretnya.

Transformasi Spiritual,  Puasa Membentuk Kedisiplinan dan Empati

Al-Qur’an Surat Al-Baqarah Ayat 183 menegaskan, puasa bertujuan membentuk ketakwaan. Namun, dampaknya lebih luas: melatih pengendalian diri dan kepekaan sosial.

Penelitian Dr. Andrew Newberg, ahli neurosains dari Universitas Thomas Jefferson, AS, dalam buku How God Changes Your Brain (2009), mengungkap bahwa ritual keagamaan seperti puasa merangsang korteks prefrontal otak—area yang mengatur pengambilan keputusan dan empati. Temuan ini sejalan dengan survei Majelis Ulama Indonesia (2023), di mana 80% responden mengaku lebih mudah berbagi dan mengontrol emosi selama Ramadan.

Puasa Ramadan tidak hanya menahan lapar dan dahaga, tetapi juga melatih self-regulation (pengaturan diri) melalui kontrol terhadap hawa nafsu. Menurut psikolog Roy Baumeister dalam buku Willpower: Rediscovering the Greatest Human Strength (2012), latihan pengendalian diri seperti puasa dapat memperkuat "otot mental" yang berpengaruh pada pengambilan keputusan jangka panjang. Hal ini terlihat dalam tradisi ngabuburit di Indonesia, di mana masyarakat memanfaatkan waktu jelang berbuka untuk kegiatan positif seperti mengaji bersama atau berburu takjil gratis, bukan sekadar bersantai.

“Puasa mengajarkan kita untuk peka. Saat lapar, kita ingat mereka yang kerap tak punya makanan,” ujar Ustazah Maria Ulfah, pengasuh pondok pesantren di Bogor.

Di Pesantren Al-Falah, Bandung, santri diajarkan "puasa digital" — tidak menggunakan gadget selama Ramadan. Hasilnya, 85% santri melaporkan peningkatan konsentrasi belajar dan kedekatan dengan keluarga (Laporan Pesantren Al-Falah, 2023). Praktik ini sejalan dengan temuan University of California (2018) yang menyebut bahwa detoks digital meningkatkan produktivitas hingga 40%.

Berbuka Puasa membentuk disiplin dan empati (Pexels.com/Thirdman)


Dampak Sosial,  Zakat dan Sedekah yang Menggerakkan Ekonomi

Ramadan menjadi puncak pengumpulan zakat. Menurut Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), dana zakat Indonesia pada 2023 mencapai Rp 16,2 triliun, dengan 65% disalurkan untuk bantuan pendidikan, kesehatan, dan penguatan UMKM.

Mekanisme zakat di Ramadan tidak hanya bersifat karitatif (memberi sedekah), tetapi juga produktif. Baznas menerapkan model zakat community development (ZCD), di mana dana zakat digunakan untuk pelatihan keterampilan dan modal usaha. Misalnya, di Lombok, Nusa Tenggara Barat, dana zakat senilai Rp 1,2 miliar pada 2023 dialokasikan untuk membangun 20 unit usaha tenun tradisional yang melibatkan 150 perempuan. Hasilnya, pendapatan per kapita di daerah tersebut naik 25% dalam setahun (Baznas, 2023).

Contoh nyata terjadi di Desa Cipta Karya, Lampung. Melalui program Gerakan Berbagi Sahur, warga mengumpulkan 2 ton beras dan 500 paket sembako untuk 200 keluarga prasejahtera. “Dana ini juga dipakai membuka lapangan kerja bagi ibu-ibu melalui usaha kerajinan tangan,” jelas Ahmad, ketua takmir setempat.

Bank Dunia dalam laporan Poverty and Shared Prosperity (2022) menyebut, negara dengan sistem zakat terstruktur (seperti Indonesia dan Arab Saudi) mengalami penurunan angka kemiskinan ekstrem 1,5% lebih cepat daripada negara tanpa mekanisme serupa.

Organisasi Pangan Dunia (FAO) dalam laporan 2022 menyebut, donasi pangan global meningkat 35% selama Ramadan, membantu 3 juta orang di daerah rawan kelaparan.

Manfaat Medis,  Puasa Memperbaiki Kesehatan Fisik dan Mental

Puasa Ramadan tak sekadar menahan lapar, tetapi juga memberi manfaat biologis. Riset terbitan Journal of the American Medical Association (2020) membuktikan, puasa intermiten selama 30 hari menurunkan kadar gula darah dan kolesterol jahat (LDL) hingga 20%. Proses autophagy—pembersihan sel rusak—juga meningkat setelah 12-14 jam berpuasa, mengurangi risiko kanker.

Puasa Ramadan memiliki keunikan karena menggabungkan pembatasan asupan kalori dengan pengaturan waktu tidur dan ibadah. Dr. Jason Fung, ahli ginjal dan penulis The Complete Guide to Fasting (2016), menjelaskan bahwa puasa 13-14 jam dalam Ramadan memicu fase ketosis — kondisi di mana tubuh membakar lemak sebagai energi. Ini berbeda dengan diet ketat biasa yang berisiko menyebabkan malnutrisi.

Di sisi mental, studi Universitas Indonesia (2021) menunjukkan, partisipan yang berpuasa mengalami penurunan 30% tingkat stres berkat kebiasaan refleksi diri dan shalat malam.

Penelitian terbaru di RS Hasan Sadikin Bandung (2023) terhadap 100 pasien pradiabetes menunjukkan, puasa Ramadan menurunkan kadar HbA1c (penanda gula darah) dari 6,2% menjadi 5,8% dalam sebulan. Efek ini setara dengan konsumsi obat metformin dosis rendah tanpa efek samping gastrointestinal.

“Pasien saya dengan obesitas mengalami penurunan berat badan rata-rata 3-5 kg setelah Ramadan, tanpa efek samping,” ungkap Dr. Rina Wijayanti, spesialis gizi RS Fatmawati.

Mekanisme puasa juga merangsang produksi BDNF (Brain-Derived Neurotrophic Factor), protein yang memperbaiki sel otak. Studi National Institute of Mental Health (2021) membuktikan, partisipan yang berpuasa Ramadan memiliki level BDNF 20% lebih tinggi, mengurangi gejala depresi ringan hingga sedang.

Ramadan sebagai Simpul Perubahan Holistik

Data ilmiah dan realitas sosial membuktikan, Ramadan bukan sekadar ritual. Ia adalah solusi holistik: menyucikan jiwa, menyembuhkan tubuh, dan memutus rantai ketimpangan. Sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW dalam Hadis Riwayat Tirmidzi: “Puasa adalah perisai, pelindung dari api neraka.”

Dari sudut pandang sains hingga kemanusiaan, Ramadan mengajarkan bahwa berbagi dan mengontrol hawa nafsu bukan hanya bernilai ibadah, tetapi juga investasi untuk kesehatan dan harmoni sosial.

Jika ada laboratorium sosial paling efektif di dunia, itu mungkin Ramadan. Selama 30 hari, lebih dari 1,9 miliar Muslim global serentak berlatih disiplin, empati, dan kedermawanan — menghasilkan perubahan yang jarang terlihat dalam program pemerintah mana pun.

Ramadan mengajarkan bahwa solusi untuk masalah modern,  dari kesenjangan hingga kesehatan mental , mungkin tidak selalu memerlukan teknologi canggih. Terkadang, jawabannya ada pada tradisi kuno yang direvitalisasi dengan kebijaksanaan kolektif.

Subhanallah .

Referensi:

1.      1.  Al-Qur’an, QS. Al-Baqarah: 183

2.     2.  Laporan Baznas (2023). Statistik Zakat Nasional.

   https://baznas.go.id/laporan-zakat-nasional

3.      3. Setara Institute (2022). Toleransi Antarumat Beragama di Indonesia.

   https://www.voaindonesia.com/a/setara-kondisi-toleransi-di-indonesia-masih-stagnan/7040384.html

4. FAO (2022). Global Food Donation Report.

    https://www.fao.org/publications/fao-flagship-publications/the-state-of-food-security-and-nutrition- 

    in-the-world/2022/en

5.      5. Universitas Indonesia (2021). Studi Kesehatan Mental dan Puasa.

   https://www.ui.ac.id/pakar-psikologi-ui-aktivitas-ibadah-selama-puasa-berperan-dalam-tingkatkan-

   kualitas-kesehatan-mental/

6. JAMA (2020). Health Benefits of Intermittent Fasting.

    https://jamanetwork.com/journals/jama/fullarticle/2784658

7.      7.  Newberg, A. (2009). How God Changes Your Brain. Ballantine Books.

    https://psycnet.apa.org/record/2009-03943-000 

Kamis, 27 Maret 2025

Dari Dapur ke Layar, Inovasi Transformasi Makanan & Kue Lebaran di Era Digital

Lebaran tidak lagi sekadar momen berkumpul keluarga. Di era serba digital, hidangan khas seperti ketupat, rendang, hingga kue nastar telah menjelma menjadi konten yang mendominasi linimasa media sosial. Dari resep warisan hingga kemasan aestetik, bagaimana kuliner Lebaran bertransformasi menjadi bagian dari gaya hidup modern?

  • Contoh ,  Nastar dengan kemasan warna-warni atau ketupat yang dihias seperti karya seni mencerminkan kebutuhan akan konten yang "layak diunggah" (shareable content).

Resep Warisan Menjadi Konten yang Viral
Jika dapur ibunda dulu menjadi tempat rahasia resep turun-temurun, kini generasi Z dan milenial membagikan rahasia itu lewat TikTok atau Instagram Reels. Data We Are Social & Hootsuite (2023) mengungkap, 63% masyarakat Indonesia mencari inspirasi memasak melalui platform digital, terutama saat Ramadan. Kue kering seperti kastengel atau putri salju tak hanya diolah dengan teknik tradisional, tetapi juga dikreasikan dengan sentuhan kekinian—seperti nastar isian salted caramel atau lapis legit rasa ube.

“Tren ini menunjukkan dialog antara tradisi dan modernitas. Masyarakat ingin menjaga akar budaya, tetapi juga merangkul selera baru,” papar Dr. Siti Nurhaliza, antropolog kuliner Universitas Indonesia, dalam diskusi virtual (April 2024). Inovasi ini, menurutnya, adalah cara untuk memastikan kuliner Lebaran tetap relevan di tengah perubahan zaman.

Perpaduan rasa tradisional dan modern (contoh: nastar salted caramel) bukan sekadar eksperimen, tetapi strategi untuk menarik pasar urban yang multikultural. Inovasi ini adalah bentuk "glokalisasi"—mengadaptasi produk lokal ke selera global tanpa kehilangan identitas aslinya.

Media Sosial,  Panggung Baru untuk Berbagi Kebahagiaan
Tak hanya resep, cara berbagi kue Lebaran pun berubah. Parsel yang dulu diantarkan langsung ke tetangga, kini lebih sering dipesan lewat aplikasi seperti GoFood atau ShopeeFood. Laporan Kemenparekraf (2023) menyebut, transaksi kue Lebaran di e-commerce melonjak 78% sejak pandemi, dengan kemasan menarik sebagai faktor utama.

Bagi generasi muda, mengunggah foto hidangan Lebaran ke Instagram atau TikTok adalah ritual baru. Survei Populix (2023) menemukan, 72% milenial menganggap makanan Lebaran bukan hanya untuk dinikmati, tapi juga jadi bahan konten. “Ini bentuk syukur sekaligus ekspresi identitas. Semakin aestetik tampilannya, semakin tinggi engagement-nya,” ujar Rendra Pratama, food influencer dengan 300 ribu followers.

Makanan khas lebaran tersaji menarik di Medsos (Unplash.com/K Azwan)

Tantangan di Balik Gemerlap Digital

Meski digitalisasi membuka peluang, bukan berarti tanpa hambatan. Pelaku UMKM seperti Dian Sastro, pemilik usaha kue rumahan di Yogyakarta, mengaku kesulitan bersaing dengan brand besar yang menguasai iklan digital. “Kami mengandalkan cerita autentik, seperti proses handmade atau resep keluarga, untuk menarik pelanggan,” tuturnya.

Di sisi lain, komunitas seperti Komunitas Pelestari Kuliner Tradisional (KPKT) justru memanfaatkan teknologi untuk melestarikan hidangan langka. Mereka membuat video tutorial kue basah seperti wajik atau dodol di YouTube, agar resep tak punah ditelan zaman.

Penutup, Tradisi yang Tetap Hidup di Setiap Like dan Share
Transformasi kuliner Lebaran di era digital bukanlah pengkhianatan terhadap tradisi, melainkan bukti adaptasi. Dari dapur keluarga ke layar ponsel, setiap gigitan kue nastar atau sepiring ketupat tetap membawa makna kebersamaan—hanya saja, kini kebersamaan itu menjangkau lebih luas. Seperti kata pepatah, “Tak ada rotan, akar pun jadi.” Di dunia digital, akar tradisi justru tumbuh subur.

Sumber Referensi:

  1. Laporan Digital 2023: Indonesia oleh We Are Social & Hootsuite.

https://wearesocial.com/id/blog/2023/01/digital-2023/

  1. Hasil wawancara dengan Dr. Siti Nurhaliza, Antropolog Universitas Indonesia (April 2024).

https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/67740/1/20105040084_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf

  1. Publikasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI terkait tren kuliner 2023.

https://www.kemenparekraf.go.id/berita/siaran-pers-sebanyak-20-pelaku-usaha-kuliner-indonesia-ikuti-pitching-day-indostar-2023

  1. Survei Kebiasaan Konsumen Selama Ramadan oleh Populix (2023).

          https://www.instagram.com/populix.co/p/DHSfwq7zJGF/?img_index=1