Kenapa Hidup Berkelanjutan Itu Penting? Ini Jawaban dan Langkah Nyatanya !
Halo, Saya Tryswid, blogger yang suka berbagi pengetahuan dan pengalaman seputar pendidikan, sains dan gaya hidup. Blog ini saya buat sejak tahun 2008 sebagai tempat belajar dan berbagi hal-hal menarik tentang dunia kita. Terima kasih sudah berkunjung semoga tulisan di sini bermanfaat buat kalian semua. Salam hangat, Tryswid
Era digital membuka peluang besar bagi konten edukasi untuk berkembang pesat. Platform seperti YouTube, TikTok, dan Instagram ramai diisi kreator yang berbagi pengetahuan, mulai dari sains hingga kesehatan mental. Laporan We Are Social 2023 mengungkap, 62,3% pengguna internet Indonesia mengonsumsi konten edukasi secara rutin. Namun, di balik manfaatnya, banyak kreator justru menjadi sasaran cibiran, ujaran kebencian, bahkan ancaman doxxing. Mengapa niat baik berbagi ilmu berujung pada perundungan? Apa dampaknya, dan bagaimana solusinya?
![]() |
| Sedang membuat konten edukasi (Pexels.com/River-Augustin) |
Ketika Edukator Jadi Target Bullying
Contoh nyata terjadi pada Maret 2024, ketika dokter muda @DokterAini di
TikTok mendapat hinaan terkait penampilannya, padahal kontennya fokus pada
edukasi kesehatan reproduksi. Kasus serupa menimpa YouTuber sejarah
@NusantaraHistoria yang dituduh menyebarkan "informasi sesat" saat
mengulas dinamika politik era Orde Baru.
Data Survei APJII 2023 menunjukkan, 49,8%
pengguna internet Indonesia pernah mengalami perundungan daring, dengan 34%
korbannya berasal dari kalangan profesional, termasuk edukator. Komnas
Perlindungan Anak (PA) juga mencatat kenaikan 20% laporan
cyberbullying pada 2023, di mana banyak korban adalah kreator konten edukasi.
Mengapa
Mereka Dijadikan Sasaran?
Dampak
yang Mengkhawatirkan
Bullying tidak hanya menyakiti secara personal, tetapi juga menghambat
distribusi ilmu. Survei KemenPPPA (2023) terhadap 500 korban
cyberbullying mengungkap:
"Banyak edukator memilih mundur karena takut dihujat.
Ini ancaman bagi literasi digital," tegas Aulia Putri, konselor dari Into
the Light Indonesia.
Langkah
Solutif, dari Individu hingga Sistem
Bersama
Lawan Bullying
Konten edukasi adalah investasi masa depan. Membiarkan kreatornya terus diteror
sama dengan membunuh gairah belajar masyarakat. Upaya kolektif diperlukan:
kreator harus bangkit, platform lebih tegas, dan publik aktif mendukung.
Seperti disampaikan Najelaa Shihab (pendiri Kampus Guru Cikal),
"Edukasi adalah tentang menumbuhkan rasa hormat, bukan sekadar mentransfer
pengetahuan."
Referensi:
https://apjii.or.id/berita/d/apjii-jumlah-pengguna-internet-indonesia-tembus-221-juta-orang
https://www.researchgate.net/publication/8451443_The_Online_Disinhibition_Effect
https://www.antaranews.com/infografik/3893148/catatan-komnas-perlindungan-anak-2023
https://jurnal.kopusindo.com/index.php/jipk/article/view/568#
Komentar