Jumat, 27 Agustus 2010

E-learning

E-LEARNING
MENCIPTAKAN PEMBELAJARAN EFEKTIF
( Oleh : Trisno Widodo , Guru SMP Negeri 11 Kota Bogor)
e-mail : tryswid@gmail.com

I. PENDAHULUAN

Setiap saya mengatakan pada siswa , ” Anak-anak sekarang kalian belajar di Lab. Multimedia !”. Anak-anak selalu bergembira menyambutnya. Kontan mereka menjawab ” Yes –yes – yes ! ” Atau pada saat saya membawa Labtop dan LCD ke kelasnya, mereka langsung menyambutnya dengan antusias. Melihat kenyataan itu sebenarnya mereka sangat senang dan mengharapkan saya mengajar kepada siswa di sekolah dengan menggunakan media seperti itu. Media komputer , LCD, Labtop , TV, DVD , OHP dan sebagainya inilah dapat memberikan semangat siswa dalam belajar. Sudah seharusnya sekolah menyediakan peralatan elektronik dalam membangkitkan pembelajaran siswa . Demikian pula guru guru juga dituntut untuk berinovasi dan berkarya meningkatkan kompetensinya menggunakan alat-alat bertehnologi elektronik yang memang saat membantu dalam proses pembelajaran seperti sekarang ini.
Pembelajaran dengan menggunakan elektronik dalam hal ini perangkat komputer disebut juga Elektronik Learning atau yang dikenal dengan E-Learning. E-Learning secara harfiah berarti segala bentuk alat dan proses pendidikan yang memanfaatkan perkembangan teknologi elektronika saat ini . Dalam konteks ini yang dinaksud dengan elektronik adalah teknologi komputer.

A. Pembelajaran Sistem E-learning
E-learning adalah proses pembelajaran yang disampaikan atau difasilitasi oleh teknologi elektronik, khususnya teknologi informasi dan komunikasi. Benyak sekali manfaat yang dapat diterima dari ketersediaan sistem e-learning antara lain melalui sistem pembelajaran e-learning dapat melakukan pertukaran ide dan ilmu pengetahuan antar perguruan tinggi dan masyarakat yang akan membawa dampak baik pada perkembangan kebudayaan, sosial dan ekonomi masyarakat Indonesia secara menyeluruh.
Sistem pembelajaran e-learning juga akan dapat membuka wawasan siswa dan mahasiswa mengenai perkembangan teknologi. Melalui sistem ini juga penggunan tidak hanya menjadi objek bagi perkembangan ilmu pengetahuan namun penggunan dalam hal ini pelajar dan mahasiswa menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran. Sistem pembelajaran e-learning juga merupakan sistem pembelajaran yang stategis karena interaksi belajar mengajar tidak hanya terbatas diruang kelas dan tata muka.

B. Permasalahan
Tidak semua sekolah mempunyai media pembelajaran yang lengkat sebagai sumber belajar. Disamping itu tidak semua guru menguasai dan menggunakan media belajar yang bervariatif. Sekolah yang mempunyai perangkat komputer dan internet akan dapat mengubah paradogma sistem pendidikan yang ada . Di mana bahan ajar dan sumber belajar dapat kita dapatkan sebanyak-banyaknya apabila sekolah tersebut mempunyai perangkat komputer dan internet , serta guru-guru yang berkualitas dapat menggunakan komputer dan sering mengakses internet dengan baik untuk mencari dan menggunakan internet sebagai bahan ajar yang up-to date. Permasalahan secara umum yang dialami sekolah-sekolah di Indonesia adalah :
a. Tidak semua sekolah dapat mengadakan perangkat komputer dan internet
b. Tidak semua guru dapat menggunakan komputer dan mengakses internet
c. Tidak semua sekolah mempunyai media pembelajaran yang lengkat dan variatif , misalnya media encharta , geogle- art , dan sebagainya

C. Konsep Pemecahan Masalah
Dalam dinamika pendidikan saat ini sudah selayaknya sekolah berusaha semaksimal mungkin mengadakan media pembelajaran yang menggunakan perangkat komputer karena hasilnya sangat nyata bagi perkembangan proses pendidikan di sekolah tersebut. Tuntutan IPTEK dan dunia kerja saat ini mendorong pengadaan komputer , internet dan perangkat elektronik lainnya berada disekolah untuk kemajuan pendidikan secara umum.
Hal yang harus dilakukan sekolah dan guru untuk memecahkan masalah tersebut adalah :
 Sekolah harus berusaha mengadakan peralatan perangkat komputer
 Sekolah harus berusaha memesang jaringan internet
 Guru harus dituntut mampu menggunakan komputer dan mengakses internet
 Guru harus dituntut berkreatif dalam menciptakan media pembelajaran atau menggunakan komputer dan internet , misalnya membuat power pointdan dan mendonlod bahan ajar di internet.
Bahkan saat ini pemerintah juga memberi bantuan perangkat elektronik dan komputer ke sekolah-sekolah , bagi sekolah yang tidak mampu bahkan bantuan pengadaan internet , karena pemerintah menyadari pentingnya dunia informasi yang harus dapat diterima siswa dalam belajar sehingga kita tidak jauh tertinggal dengan bangsa-bangsa lain yang sudah maju.

D. Dasar Pemikiran
Dasar Pemikiran pembuatan karya tulis ini sebagai berikut :

1. Undang-Undang No. 2 Tahun 1989, tentang Sistem Pendidikan Nasional.
2. Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 1990 , tentang Pendidikan Menengah.
3. Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2000, tentang Kewenangan Pemerintah Pusat, Propinsi,dan Kabupaten/Kota dibidang pendidikan dan kebudayaan.
4. UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
5. UU No.14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen , Pasal 4 Kedudukan Guru sebagai tenaga professional
E. Tujuan
1. Meningkatkan kemampuan Guru SMP dalam rangka meningkatkan mutu proses dan hasil belajar siswa, dengan mendayagunakan segala sumber daya dan potensi yang dimilikinya.
2. Meningkatkan kompetensi guru dalam pengembangan kreatifitas dan inovasi metode pembelajaran di SMP.
3. Meningkatkan kemampuan membuat, memilih dan memakai media pembelajaran untuk meningkatkan efektifitas belajar siswa
4. Meningkatkan proses dan hasil belajar siswa serta minat belajar siswa terhadap mata pelajaran IPS

II. E-LEARNING MENCIPTAKAN PEMBELAJARAN EFEKTIF PADA MATA PELAJARAN IPS TERPADU DI SMP NEGERI 11 KOTA BOGOR

Merujuk pada UU No. 14 Tentang Guru dan Dosen pasal 4 guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional yang berfungsi meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran berfungsi meningkatkan mutu pendidikan nasional. Sehingga guru sebagai agen pembelajaran dituntut untuk selalu kreatif dan inovatif terhadap penguasaan materi dan metodologi pembelajarannya.
Konsep dasar yang saya tawarkan untuk mengatasi menciptakan pembelajaran efektif dengan Elektronik Learning atau E-learning antara lain :
 Guru harus dapat menggunakan komputer dengan mengoperasikan MS Word , Power Point, MS Excel dan mengakses internet
 Setiap akan mengajar mempersiapkan bahan ajar power point .
 Setiap mengajar juga dapat menyediakan media lainnya seperti Media Encarta , atau Geogle Art, dan sebagainya
 Memberikan informasi dengan internet
 Guru mempunyai e-mail dan selalu merecovery bahan ajar yang telah disajikan pada siswa ke web-pribadi guru
Kesemuanya ini apabila dilakukan akan dapat menciptakan pembelajaran yang efektif dan akan tercipta interaksi dua arah yang sangat baik dan berkesinambungan dalam proses pembelajaran.
Beberapa contoh pembelajaran efektif pada mata pelajaran IPS Terpadu di SMP Negeri 6 Kota Bogor :
 Pada saat pembahasan materi Bentuk Muka Bumi Kelas 7 Semester 1 , guru menyediakan bahan ajar power point, media encharta, geogle art.
 Pada saat pembahasan materi Sosialisasi Kelas 7 Semester 1 , Guru menyediakan bahan ajar power point , media encharta, kasus-kasus menarik misalnya Sumanto, Gang Motor lewat Berita TV dari internet yang disaksikan dan didiskusikan
 Pada pembahasan materi Lingkungan hidup di Kelas 8 , guru membuat power poin , madia encharta tentang kerusakan lingkungan , dan didiskusikan bersama
 Pada pembahasan materi pasar di Kelas 8 semester dua , guru menyiapkan bahan ajar power point , disertai dengan beberapa media encharta tentang jenis-jenis pasar , kemudian didiskusikan bersama-sama
 Pada pembahasan Negara- Tetangga di Kelas 9 , guru dapat menyediakan power point , media geogle art , membuka internet tentang negara tersebut.
 Pada pembahasan perdagangan internasional di kelas 9 , guru menyiapkan bahan ajar power point , membuka internet tentang perdagangan Indonesia dengan beberapa negara guna mendapatkan data-data up-to date kemudian didiskusikan
 Dan masih banyak lagi pembahasan IPS Terpadu yang lainnya
Kesemuanya itu apabila guru melakukan dengan beberapa tahapan dari uraian diatas saya yakin IPS Terpadu merupakan mata pelajaran yang menarik , siswa tidak bosan atau mengantuk karena kondisi belajar yang menyenangkan dan disajikan dengan menarik .

A. Manfaat E-Learning
Manfaat dari penggunaan Media E-Learning dalam pembelajaran IPS Terpadu di SMP Negeri 6 Kota Bogor antara lain :
 Pembelajaran menjadi menarik dan tidak menjemukan
 Siswa akan lebih interaktif dengan guru maupun bahan ajar
 Siswa lebih berkembang imajinasi, wawasan, dan minat belajarnya terhadap mata pejaran IPS Terpadu
 Guru berkembang kreatifitas mengajarnnya , metode CTL dan metode lainnya
 Guru semakin meningkat penguasaan materi bahan ajar karena semakin kaya wawasan dan kompetensinya dalam KBM
 Sekolah semakin baik hasil prestasi hasil belajar lulusan siswanya
 Sekolah semakin meningkat hasil Akreditasi Sekolah dan mengantarkan sekolah tersebut menjadi sekolah unggulan

Hal yang nyata penulis alami, membuat siswa selalu rindu pada guru dan berharap agar dapat cepat bertemu dengan pelajaran tersebut . Karena sudah tercipta interaktif dan kondisi yang menunjang sehingga dapat menciptakan pembelajaran efektif.


B. Strategi Pelaksanaan

Sebelum guru melakukan pembelajaran dengan E-learning yang harus dipersiapkan guru sebagai berikut :
 Membuat power point pada suatu KD tertentu yang dikaitan dengan indikator-indikator dalam suatu bahan ajar
 Mencarikan media pembelajaran tertentu sesuai indikator-indikator dalam suatu KD
 Mencari sumber bahan ajar yang up-to date pada internet
 Membuat rancangan kegiatan yang akan dilakukan siswa di kelas yang dikaitkan dengan pembelajaran menggunakan E-learning.
 Melakukan penilaian kelas selama kegiatan siswa
 Memberikan penugasan yang berkaitan dengan pelajaran yang telah dan yang akan dilakukan.


III. PENUTUP


Salah satu mutu pendidikan dapat tercermin dari prestasi akademik siswa . Masalah rendahnya mutu pendidikan masih memerlukan perhatian dan penanganan yang serius agar dapat mengatasi serta mencari jalan keluar yang terbaik. Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan menjadi tanggung jawab semua pihak. Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan peran guru sangat penting untuk mengembangkan kreatifitas dan inovasi pembelajaran .
Pengembangan kreatifitas dan inovasi pembelajaran bagi guru sebenarnya merupakan suatu tuntutan pendidikan saat ini. Sehingga guru sebagai tenaga profesional dapat melaksanakan fungsinya suatu agen pembelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional.
Pengembangan pembelajaran dengan menggunakan E-learning dapat memecahkan masalah efektifitas belajar sangat bermanfaat dalam pembelajaran siswa terhadap semua pelajaran. Efektifitas belajar siswa yang penulis ciptakan dengan media pembelajaran E-learning sangat bermanfaat bagi siswa untuk mempercepat penguasaan Kompetensi Dasar pada indikator-indikator yang ada dalam mata pelajaran IPS Terpadu serta hal ini merupakan pengalaman nyata penulis.

A. Saran
Saran penulis untuk semua guru baik pada pelajaran IPS SMP maupun yang lainnya , antara lain :
 Guru harus dapat memanfaatkan media pembelajaran yang sangat banyak dan beragam di internet untuk sumber dan bahan ajar yang baik serta menarik , sehingga akan menambah wawasan baik bagi siswa maupun guru itu sendiri
 Guru harus selalu mengikuti perkembangan zaman dan tuntutan dari perkembangan IPTEK secara global ini sehingga akan tercipta guru yang profesional dan selalu dihargai dan diidolakan siswa-siswanya.
 Pembelajaran efektif disekolah akan dapat terlaksana apabila guru produktif dan terus berkreatif dalam pembelajaran di kelas
 Peran Kepala sekolah maupun Dinas Pendidikan Kota/kab selalu melakukan penghargaan terhadap guru yang produktif, kreatif dan profesional , sehingga memacu guru-guru yang lain meningkatkan profesionalismenya

B. Kesimpulan

Kesimpulan dari karya tulis ini adalah :
 Pembelajaran yang menarik , interaktif dan up to date akan membuat pembelajaran tersebut efektif dengan hasil belajar yang lebih baik
 Perkembangan IPTEK menuntut guru tidak gagah tehnologi , memanfaatkan tehnologi tersebut untuk memudahkan suatu pekerjaan yang menjadikan profesinya
 Sekolah harus menunjang memfasilitasi semua peralatan E-Learning bagi pembelajaran siswa dan gurunya , sehingga kualitas siswa, guru dan sekolah menjadi sangat meningkat



DAFTAR PUSTAKA
1. ____________, 2005, Materi Pelatihan Terintegrasi Ilmu Pengetahuan
Sosial, Jakarta,Depdiknas Dirjen Pendidikan
Dasar Dan Menengah Direktorat PLP
2. Yulmadia Yulir dan Trisno Widodo, 2004, Pengetahuan Sosial Geografi Kelas 1 SMP, Jakarta, Bumi Aksara
3. Heri Suhendri, S.Sn, Penggunaan Microsoft Power Point, sebagai Media Pembelajaran (Makalah E-Learning), internet.
4. __________, 1995, PROSIDING Jumpa Guru SMU Se-Wilayah Jabotabek
Kerjasama Dengan BAKOSURTANAL
DEPDIKBUD, Bogor, Bakosurtanal

Selasa, 24 Agustus 2010

Kartini masa kini

MENGOPTIMALKAN PERANAN WANITA
DI LUAR NEGERI
( Oleh : Trisno Widodo )


Pengantar :

Di Indonesia, tanggal 21 April dikenal sebagai Hari Kartini. Dengan peringatan Hari Kartini kita mencoba menggali lebih dalam makna yang bisa dipelajari dan direnungkan untuk menjadi motivasi belajar agar cita-cita untuk mendapatkan keadilan bagi sesama manusia (khususnya bagi kaum perempuan) dapat kita tingkatkan. Ini hakikat perjuangan dan cita-cita Kartini,”
Tetapi lebih jauh dari itu, sebenarnya Kartini juga memperjuangkan agar dunia pendidikan terbuka luas bagi kaum perempuan, supaya kaum perempuan mempunyai pengetahuan yang lebih luas pula dan bisa berbuat banyak hal dalam masyarakatnya. Menurut Kartini, hanya kalau tingkat pendidikan kaum perempuan lebih tinggi, maka hal itu bisa tercapai. Sebab, bagaimana mungkin kaum perempuan yang selama ini bertugas untuk mendidik anak-anak masa depan bangsa kita, kalau dia sendiri tidak terdidik.
“Pada saat perempuan-perempuan Desa umur 12 tahun sudah harus dipingit untuk segera dikawinkan, Kartini malah memperjuangkan agar dia bisa sekolah. Ini bukan perjuangan sederhana, sebab pada masa itu, anak perempuan ke luar rumah untuk sekolah adalah peristiwa luar biasa dan hampir seperti “pemberontakan” saja. Kartini nasibnya lebih baik, karena dia anak tokoh masyarakat terpandang yakni Bupati Jepara. Tapi kondisi ini masih saja terjadi hingga saat ini, bagi perempuan masih banyak yang belum mendapatkan kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik.
Menurut Angelina Sondak , bagaimana konsep daripada Kartini dan emansipasi itu tetap ada dalam koridor, bahwa kita sebagai perempuan tidak ingin melebihi daripada laki-laki dan ketika kita berkomitmen untuk hidup dalam keluarga, maka ada fungsi-fungsi Ibu dan Istri yang harus dilakukan.

Bagaimana seharusnya para Kartini saat ini ?
Pada saat ini peranan “para Kartini” sudah mendapat tempat yang sejajar dengan kaum pria. Mereka sudah dapat berpartisipasi dan berkarya untuk keluarga dan negeri ini. Sebut saja tokoh-tokoh wanita yang saat ini berkarya dibidangnya antara lain : Megawati Soekarnoputri , Dr. Mutia Hatta, Dr. Sri Mulyani, Miranda Gultom, Christin Hakim, Moeryati Sudibyo, Dewi Motik , Dr. Fadilah Supari dan lain-lainnya telah menunjukan prestasi yang luar biasa bahkan melebihi kaum pria.
Terutama para Kartini muda harus dapat mencontoh dan meningkatkannya segala peranan mereka dengan lebih baik. Saat ini di Indonesia telah ada kesetaraan gender yang tidak lagi mempersoalkan laki-laki atau perempuan. Dalam segala lini pekerjaan yang dituntut hanyalah kerja keras dan profesionalisme, sehingga banyak perempuan yang saat ini dapat mengemban tugas dan meneruskan cinta-cita Ibu Kartini.
Bagaimana dengan para Kartini yang saat ini berada di luar negeri ?
Bagi anak –anak bangsa yang saat ini di luar negeri adalah para duta bangsa yang harus dapat mengagumkan nama baik Tanah Airnya. Anak-anak bangsa ini tidak memandang laki-laki maupun perempuan harus dapat mengharumkan nama bangsa Indonesia di luar negeri. Sehingga peranan para Kartini di luar negeri saat ini harus dapat mengoptimalkan peranannya di luar negeri . Karena sepak terjangnya yang baik akan dapat mengharumkan nama baik dirinya sendiri, keluarga , dan negaranya Indonesia.
Bagi wanita yang saat ini berada di luar negeri , meningkatkan peranannya secara optimal merupakan hal yang wajib. Saat ini sudah tidak ada rantai yang mengekang wanita berkarya dan berekspresi serta diperlakukan yang sama untuk dapat bersaing dengan kaum pria menduduki suatu ajang kompetisi dalam dunia kerja. Memang saat ini ada kesan para wanita di luar negeri sering mendapatkan kesan buruk , karena keberadaan para wanita itu adalah tenaga kerja yang melakukan pekerjaan sebagai pembantu rumah tangga. Para tenaga kerja wanita (TKW) sering diperlakukan tidak baik oleh majikannya di luar negeri , karena memang pada umumnya berpendidikan rendah dan sering kurang mendapatkan perlindungan hukum. Seperti Kasus Nirmala Bonet jangan sampai terjadi lagi seorang Kartini muda sebagai anak bangsa diperlakukan tidak baik di negeri orang.
Indonesia sering mendapatkan cap “ negara pengekspor pembantu rumah tangga “ , sudah saatnya kita rubah menjadi negara penghasil “wanita hebat dan tangguh”. Peranan wanita Indonesia di luar negeri saat ini harus kita tingkatkan prefesionalismenya, sehingga selalu diperlukan dan didambakan dalam segala sektor kehidupan. Jadi saat ini berkarya dan berekspresilah di luar negeri dengan baik , penuh tanggung jawab dan dapat membanggakan Bangsa Indonesia, karena para Kartini yang di luar negeri ini menjadi duta Bangsa Indonesia.
Stop Kekerasan Dalam Rumah Tangga
Mungkin kesan yang juga luar biasa adalah bahwa keterlibatan di dalam politik maupun di dalam sosial budaya ataupun bisnis, bukan berarti semua permasalahan perempuan selesai, buktinya walaupun ada peningkatan-peningkatan signifikan di dalam bisnis, politik ataupun pemerintah dengan keterlibatan perempuan, walaupun itu belum cukup tapi angka kekerasan dalam berumah tangga tetap saja terjadi.
Surga dibawah telapak kaki ibu , dari ungkapan tersebut hal yang seharusnya seorang wanita di jaga, dilindungi , dihormati , dan dimengerti. Perlakukan terhadap kekerasan dalam rumah tangga , biasanya wanita sebagai korbannya. Seorang istri biasanya dalam hal fisik lebih lemah tidak boleh dijadikan alasan adanya perlakukan kekerasan terhadapnya. Perlindungan hukum tentang kekerasan dalam rumah tangga ini harus benar-benar ditegakkan sehingga tidak ada lagi kasus–kasus penganiayaan suami terhadap istri dan dihentikan sekarang juga.
Pada akhirnya perempuan tidak harus meninggalkan pekerjaan domestiknya, namun tetap bisa berkarya dan berpartisipasi, disini kita memerlukan figur laki-laki yang juga mempunyai perspektif gender dan bisa mengganggap bahwa perempuan bukan saingannya, perempuan bukan figur yang akan mendominasi tetapi perempuan adalah mitra yang kalau dalam hubungannya dapat harmonis, sinerjik dan berpengertian, maka fungsi-fungsi daripada unit terkecil yaitu “Keluarga”, ini bisa diselaraskan dan akhirnya kita membangun Indonesia menjadi lebih baik.

RUJUKAN :
1. Angelina Sondak , 2006 , Seminar Perempuan Indonesia Dalam Kiprah dan Tantangannya , Internet.
2. Saparinah Sadli, 1997, Kemiskinan Melekat Pada Perempuan, Internet.
3. Dephan , 2005 , Siaran Berita Biro Hubungan Masyarakat Setjen Dephan RI Pada Hari Kartini , Internet.
4. SPI Deli Serdang , 2004 , Memperingati Hari Kartini , Internet.

DBE3

PROGRAM PENDAMPINGAN MERUBAH BUDAYA PEMBELAJARAN YANG MENGASIKKAN
Oleh : Trisno Widodo , DF Kota Bogor dan
Guru SMP Negeri 6 Kota Bogor

Follow up suatu pelatihan tidak banyak terjadi dari berbagai pelatihan yang pernah diikuti penulis. Namun tidak seperti pelatihan yang baru-baru ini , Pelatihan Pembelajaran Bermakna (BTL3) yang diselenggarakan DBE 3 memang beda . Karena setelah melakukan pelatihan peserta masih dituntut untuk melaksanakan program tindak lanjut berupa pendampingan.

Menurut Dr Asep S. Muhtadi kegiatan tindak lanjut itu bermakna strategis, sebab kegiatan tersebut menjamin penerapan hasil pelatihan sebagai sesuatu yang mesti berkelanjutan. Kegiatan tindak lanjut yang berupa pendampingan bertujuan untuk menguatkan penerapan hasil pelatihan dalam proses pembelajaran di sekolah.

Kegiatan pembelajaran seperti yang dilaksanakan DBE3 dalam pelatihan tersebut patut mendapatkan acungan jempol. Karena dalam kegiatan pembelajaran tersebut sangat menyenangkan dan bermakna, yang sebenarnya sangat cocok dengan arti pembelajaran yang sebenarnya. Demikian pula pada saat peserta melakukan praktek mengajar mendapatkan respon positif dari seluruh siswa melalui kegiatan refleksi yang telah disampaikan.

Tanpa kita sadari ternyata kegiatan pendampingan sama pentingnya dengan pelatihan guru. Dengan pendampingan guru sebagai agen pembaharu dari paradigma pendidikan benar-benar kita wujudkan. Bagi fasilitator proses pendampingan merupakan alat ukur melihat keberhasilan dimana peserta sebagai guru dapat mengimplementasikan langsung di dalam kelas dan sekolahnya. Sekolah yang mengirimkan guru sebagai peserta pelatihan akan terjadi perubahan yang signifikan bagi pembelajaran di sekolah tersebut. Perubahan pembelajaran dikelas dan sekolah akan mendorong kondisi perubahan tingkah laku pembelajaran.

Perubahan tingkah laku pembelajaran tersebut mengarah dari pembelajaran yang konvensional menuju pembelajaran yang menyenangkan dan bermakna. Pembelajaran menyenangkan dan bermakna merupakan pembelajaran yang mengasikkan.

Kontek pembelajaran yang Mengasikkan terwujud kalau guru dan kepala sekolah berupaya mensukseskan program pendampingan dari tindaklanjut pelatihan. Program pendampingan menimbulkan gerakan memperbaiki pembelajaran disekolah tersebut. Bagi guru dengan pendampingan akan berupaya mempersiapkan perencanaan , metode, media dan proses pembelajaran itu sendiri. Sedangkan kepala sekolah akan lebih mempersiapkan sarana dan media pembelajaran yang kurang disekolah dan berupaya untuk melengkapinya.

Kegiatan pendampingan akan terjadi seting tempat duduk berdasarkan model pembelajaran yang dipakai, Selain itu akan terjadi pemejangan hasil karya yang mendorong siswa lebih kreatif untuk menggali potensi yang ada pada diri siswa tersebut. Perubahan suasana belajar dalam kegiatan pendampingan akan mendorong terjadi perubahan yang permanen pada diri sekolah. Sehingga secara langsung maupun tidak langsung akan mendorong perubahan budaya pembelajaran dari konvensional menuju perubahan pembelajaran yang mengasikkan. Tekat sekolah setelah dikunjungi dari guru dari sekolah lain menimbulkan kesadaran untuk mempercantik dan merubah gaya belajar di sekolah tersebut yang menuju ke arah yang lebih baik dan berkualitas.

Dalam kegiatan pendampingan , para pendamping harus memahami peran mereka lebih sebagai fasilitator dan tidak menjadi supervisor sebagaimana yang dilakukan Kepala Sekolah maupun pengawas. Apabila para pendamping dapat memainkan peranannya , maka para pendamping dan guru yang akan didampingi akan menimbulkan kemitraan yang baik yang akan mendorong tercapainya tujuan meningkatkan pembelajaran yang Mengasikkan.

Dalam kegiatan pendampingan tugas para pendamping harus dapat membuat guru yang didampingi nyaman , dan menerima dengan terbuka karena dilakukan tanpa tekanan dan penuh silahturuhmi. Dengan cara begitu suasana pendampingan akan mendorong meningkatkan pembelajaran yang sebenarnya . Kalau para pendamping berperan seperti supervisor akan membuat guru terasa seram dan menakutkan , sehingga perubahan pembelajaran yang bermakna , menyenangkan dan Mengasikkan akan akan terwujud. Dengan demikian proses pendampingan secara bertahap akan merubah budaya pembelajaran yang Mengasikkan. Untuk itu kegiatan seperti yang dilakukan DBE3 ini dapat terus dilakukan karena sangat bermanfaat .

Pembuatan LKS

LEMBAR KERJA YANG BAIK MENINGKATKAN
KUALITAS PEMBELAJARAN
Oleh : Trisno Widodo
DF. Bogor dan Guru SMP Negeri 6 Kota Bogor

Pendidikan kita tidak hanya dapat menjawab sekerat kata , sehingga terkesan tidak ada apa-apanya. Pandangan ini dapat terlontar karena melihat perkembangan budaya , globalisasi dan perkembangan ilmu pengetahuan , pendidikan kita mengalami kegagalan atau jalan di tempat. Sebagai hasilnya meskipun terdapat unsur positif, unsur negatif menjadi perhatian. Oleh sebab itu paradigma baru pendidikan harus secara nyata dapat mengubah mutu pendidikan kita sejajar dengan bangsa lainnya yang telah maju.

Belajar sebenarnya mencetak orang yang mandiri, sebab orang yang berhasil dalam hidupnya bukan orang yang pintar tetapi orang yang mandiri. Disinilah keberadaan seorang guru hendaknya dapat mengajar dengan baik yaitu dengan membelajarakan anak belajar atau mengajak anak belajar.

Mengajar dengan baik harus prioritas utama guru . Saat ini dengan berlakunya UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen , guru sebagai suatu profesi harus dilakukan dengan profesional. Saat ini guru yang profesional menjadi tuntutan masyarakat, karena guru sebagai ujung tombak meningkatnya mutu pendidikan bangsa dicita-citakan bersama . Untuk meningkatkan harkat dan martabat bangsa sejajar dengan bangsa lain telah maju maka diperlukan upaya nyata dengan meningkatkan kompetensi dan profesionalime guru. Diharapkan guru yang kompeten dan professional akan menghasilkan generasi bangsa yang handal , mewujudkan masyarakat ulet , tangguh dan mandiri di tengah-tengah persaingan dengan bangsa lainnya.

Salah satu upaya nyata dalam meningkatkan profesionalisme guru adalah guru harus melakukan pembuatan bahan ajar untuk kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembuatan bahan ajar mutlak harus dilakukan guru dengan membuat lembar kerja atau lembar tugas dalam setiap pembelajaran.
Memang saat ini telah banyak lembar kerja siswa yang digunakan guru baik dibuat oleh guru sendiri maupun oleh penerbit. Namun semua itu kenyataannya bukanlah membuat pembelajaran menjadi efektif .Karena isi dari lembar kerja siswa bersifat membelenggu siswa dengan banyaknya soal-soal yang harus dikerjakan dan dirasakan banyak membebani siswa. Begitu pula guru juga dibelenggu oleh LKS karena harus memeriksa hasil pekerjaan anak dan pesan dalam kompetensi dasar dan indicator dalam pembelajaran tidak tersampaikan dengan maksimal.

Bagaimana lembar kerja dapat membuat belejar efektif dan meningkatkan kualitas pembelajaran ? Kita harus membuat lembar kerja maupun lembar tugas sendiri yang mengandung kaidah pembuatan lembar kerja efektif. Dalam kegiatan di DBE3 telah mendapatkan cara baru pembuatan lembar kerja yang efektif dan terbukti ampuh untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

Saat ini lembar kerja maupun lembar tugas dibuat guru harus lebih simple , tetapi mempunyai kandungan isi dan kegiatan pembelajaran yang lebih bermakna. Lembar kerja maupun lembar tugas harus dapat menggali potensi wawasan dan ide siswa yang maksimal , dapat mengandung pemecahan masalah atau solusi baik dalam suatu tema /topic pembahasan. Dalam LK maupun LT dapat menampilkan gambar-gambar yang menarik sehingga dapat sebagai sumber belajar yang harus ditanggapi atau didiskusikan. Lembar kerja maupun lembar tugas jangan banyak mengadung pertanyaan pilihan ganda yang sangat banyak. Disetiap LK dan LT sebaiknya hanya mempunyai 3 – 5 pertanyaan / perintah dengan pertanyaan tingkat tinggi dan harus dibahas dan didiskusikan dalam kegiatan proses pembelajaran . Dengan demikian lember kerja maupun lembar tugas dalam meningkatkan kualitas pembelajaran itu sendiri dan pada akhirnya akan meningkatkan mutu kompetensi dan hasil belajar siswa.

Berdasarkan pengalaman penulis lembar kerja yang telah dikembangkan sangat membantu guru dalam menciptakan pembelajaran yang efektif. Disamping itu siswa tidak terbelenggu lagi dengan soal-soal yang harus dikerjakan dan sangat membebani. Begitu juga dalam pembelajaran siswa banyak melakukan penggalian ide, wawasan dan pemecahan masalah dalam proses pembelajaran. Interaksi antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa dalam proses pembelajaran berjalan sangat baik. Diskusi pemecahan masalah dalam pembelajaran semakin sering dilakukan baik dalam kelompok belajar maupun saat presentasi hasil diskusi. Kegiatan berbelanja ke kelompok lain maupun mengomentari kelompok lain semakin sering dilakukan dalam pembelajaran. Begitu pula menilai hasil karya kelompok lain dan menerima saran atau pendapat kelompok lain dapat dilakukan dengan baik dalam proses pembelajaran.

Hal ini berdasarkan catatan jurnal refleksi pembelajaran yang dilakukan guru , dapat terlihat nyata menggunakan lembar kerja maupun lembar tugas yang baik sangat membantu guru melakukan pembelajaran yang efektif dan meningkatkan kualitas proses pembelajarannya. Kemampuan siswa dapat lebih tergali secara total begitu juga guru semakin meningkatkan ketrampilan mengajar dan semakin professional. Secara umum kalau semua guru melakukan terobosan dan inovasinya dalam proses pembelajaran , pemelajaran yang efektif dan bermakna dapat dilakukan oleh guru. Dengan kemampuan guru yang semakin professional , maka cita-cita paradigma baru pendidikan yang dapat mensejajarkan dengan bangsa lainnya yang telah maju dalam meningkatkan harkat dan martabat bangsa dapat segera kita wujudkan bersama.

MGMP

MEMBERDAYAKAN MGMP
( Trisno Widodo, Ketua MGMP IPS SMP Kota Bogor)

Tujuan Dan peran MGMP
Bagaimana eksistensi, peranan, dan kinerja MGMP sesudah meraih legalitas dari pemerintah daerah?. Yang pasti saat MGMP tidak akan lagi dihadang oleh hambatan birokratis seperti yang pernah terjadi, karena sudah mengantongi legitimasi dari Pemerintah Daerah Kota Bogor bahkan dari Pemerintah Pusat . Namun peranan dan kinerja MGMP masih harus ditunggu (wait and see) eksistensinya. Paling tidak, setumpuk asa dicurahkan kepada wadah profesionalisme guru di tingkat SMP,SMA dan SMK Kota Bogor itu dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan di tingkat menengah.

Sebagaimana kita ketahui, Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) merupakan suatu forum atau wadah profesional guru mata pelajaran yang berada pada suatu wilayah kabupaten/kota/kecamatan/sanggar/gugus sekolah. Ruang lingkupnya meliputi guru mata pelajaran pada SMP, SMA dan SMK Negeri dan Swasta, baik yang berstatus PNS maupun swasta. Prinsip kerjanya adalah cerminan kegiatan "dari, oleh, dan untuk guru" dari semua sekolah. Atas dasar ini, maka MGMP merupakan organisasi nonstruktural yang bersifat mandiri, berasaskan kekeluargaan, dan tidak mempunyai hubungan hierarkis dengan lembaga lain.

Tujuan diselenggarakannya MGMP adalah :
1. Untuk memotivasi guru guna meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam merencanakan, melaksanakan, dan membuat evaluasi program pembelajaran dalam rangka meningkatkan keyakinan diri sebagai guru profesional;
2. Untuk meningkatkan kemampuan dan kemahiran guru dalam melaksanakan pembelajaran sehingga dapat menunjang usaha peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan;
3. Untuk mendiskusikan permasalahan yang dihadapi dan dialami oleh guru dalam melaksanakan tugas sehari-hari dan mencari solusi alternatif pemecahannya sesuai dengan karakteristik mata pelajaran masing-masing, guru, kondisi sekolah, dan lingkungannya;
4. Untuk membantu guru memperoleh informasi teknis edukatif yang berkaitan dengan kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi, kegiatan kurikulum, metodologi, dan sistem pengujian yang sesuai dengan mata pelajaran yang bersangkutan;
5. Untuk saling berbagi informasi dan pengalaman dari hasil lokakarya, simposium, seminar, diklat, classroom action research, referensi, dan lain-lain kegiatan profesional yang dibahas bersama-sama;
6. Untuk menjabarkan dan merumuskan agenda reformasi sekolah (school reform), khususnya focus classroom reform, sehingga berproses pada reorientasi pembelajaran yang efektif.
Selain itu pula MGMP juga dituntut untuk berperan sebagai :
1. Reformator dalam classroom reform, terutama dalam reorientasi pembelajaran efektif;
2. Mediator dalam pengembangan dan peningkatan kompetensi guru, terutama dalam pengembangan kurikulum dan sistem pengujian;
3. Supporting agency dalam inovasi manajemen kelas dan manajemen sekolah;
4. Collaborator terhadap unit terkait dan organisasi profesi yang relevan;
5. Evaluator dan developer school reform dalam konteks MPMBS; dan
6. Clinical dan academic supervisor, dengan pendekatan penilaian appraisal.
Berdasarkan tujuan dan peran di atas, maka berikut ini adalah beberapa fungsi yang diemban MGMP, yaitu:
1. Menyusun program jangka panjang, jangka menengah, dan jangka pendek serta mengatur jadwal dan tempat kegiatan secara rutin;
2. Memotivasi para guru untuk mengikuti kegiatan MGMP secara rutin, baik di tingkat sekolah, wilayah, maupun kota;
3. Meningkatkan mutu kompetensi profesionalisme guru dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengujian/evaluasi pembelajaran di kelas, sehingga mampu mengupayakan peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan di sekolah;
4. Mengembangkan program layanan supervisi akademik klinis yang berkaitan dengan pembelajaran yang efektif;
5. Mengembangkan silabus dan melakukan Analisis Materi Pelajaran (AMP), Program Tahunan (Prota), Program Semester (Prosem), Rencana Pelajaran (RPP), dan KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal)
6. Mengupayakan lokakarya, simposium dan sejenisnya atas dasar inovasi manajemen kelas, manajemen pembelajaran efektif (seperti : PAKEM-Pendekatan Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan-, joyful and quantum learning, hasil classroom action research, hasil studi komparasi atau berbagai studi informasi dari berbagai nara sumber, dan lain-lain.);
7. Merumuskan model pembelajaran yang variatif dan alat-alat peraga praktik pembelajaran program Life Skill,
8. Berpartisipasi aktif dalam kegiatan MGMP Propinsi dan MGMP nasional serta berkolaborasi dengan MKKS dan sejenisnya secara kooperatif;
9. Melaporkan hasi kegiatan MGMP secara rutin setiap tahun pelajaran kepada Dinas Pendidikan Kota Bogor;
10. Berpartisipasi membatu Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga Kota Bogor membuat pemetaan guru, SDM , kebutuhan guru dalam mengembangkan profesionalismenya dan berada di garda terdepan dalam meningkatkan kualitas pendidikan Kota Bogor.
Apabila dari fungsi-fungsi di atas dapat dilakukan MGMP , MGMP tersebut berdaya dan akan memenuhi harapan semua guru.


Keterbatasan MGMP

Apabila ditinjau dari tujuan dan peran MGMP seperti diatas, MGMP adalah suatu wadah yang strategis untuk meningkatkan kompetensi guru dan siswa dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan secara umum. Tetapi melihat kenyataan dilapangan keberadaan MGMP masih banyak keterbatasan. Keterbatasan tersebut dapat terlihat dari sumber daya manusia , keterlibatan pengurus dan peserta belum optimal, dana operasional yang terbatas, koordinasi antar MGMP SMP , SMA dan SMK dan pembinaan serta perhatian dari stakeholder pendidikan masih belum optimal
Melihat keterbatasan yang ada , perlu kiranya semua pihak terterlibat dan stakeholder pendidikan berpacu mengatasi secara bersama-sama agar semua keterbatasan yang ada dalam organisasi MGMP dapat dicarikan jalan pemecahannya. Jika dicermati, tampaknya dana menjadi problem serius bagi pengurus MGMP dalam menjalankan program, baik jangka panjang, menengah, maupun pendek. Bagaimana mungkin guru mata pelajaran mampu mengembangkan kompetensi pedagogik dan profesionalnya kalau tak pernah diajak untuk berkiprah mengikuti kegiatan-kegiatan MGMP yang cerdas, kreatif, dan mencerahkan.
Saat ini hal yang penting untuk mengatasi keterbatasan MGMP agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik sesuai dengan tujuan dan peranan, maka harus ada suatu langkah nyata dari semua pihak mengatasi keterbatasan secara bersama-sama.


Langkah Nyata Memberdayakan MGMP
Saat ini merupakan momentum yang sangat baik apabila guru , PGRI , Pemerintah Daerah, DPRD dan pihak-pihak terkait melakukan gerakan bersama-sama memberdayakan MGMP. Kita bersama semakin menyadari betapa strategisnya MGMP terhadap peningkatan mutu pendidikan di Kota Bogor. MGMP sebenarnya telah lama mengemban tugas yang berat dalam menjalankan tujuan dan peranannya. MGMP sebagai wadah para guru meningkatkan profesi dan kemampuannya menjawab tuntutan masyarakat belum dapat melaksanakan tugas dengan optimal.
Langkah nyata yang dapat dilakukan agar MGMP berdaya antara lain sebagai berikut :
1. Bantuan dana operasional MGMP dari Pemerintah Daerah Kota Bogor harus lebih diperbesar , seiring dengan 20% alokasi dana untuk pendidikan dari Pemerintah pusat.
2. Adanya pertemuan rutin dua atau tiga bulan sekali antara Dinas Pendidikan, Pengawas, MKKS dan pengurus MGMP untuk melaporkan program MGMP yang telah dilakukan dan mengevaluasinya secara bersama-sama.
3. Terjalinnya hubungan dan komunikasi yang baik antar pengurus MGMP di tingkat kabupaten/kota dan Propoinsi, sehingga secara bersama-sama dapat saling bekerjasama untuk mengatasi keterbatasan MGMP
4. Mengembangkan dan mengisi informasi serta materi yang terbaru serta menarik dalam website MGMP On line secara berkesinambungan oleh MGMP SMP dan SMA . Dimana anggaran operasionalnya Website on line Kota Bogor dibebankan oleh anggaran dari Pemerintah Daerah Kota Bogor.
5. Adanya pembinaan dari Dinas Pendidikan secara terus-menerus dan berkelanjutan terhadap MGMP di Kota Bogor
6. Meningkatkan keterlibatan MGMP dalam kegiatan bersama Dinas Pendidikan dan MKS dalam meningkatkan kualitas sumber daya pendidikan, misalnya kegiatan lomba bidang study , pemetaan sumber daya guru dan pembinaannya, pelatihan bersama, kegiatan IHT, bintek , simposium karya tulis /PTK, seminar , lomba bidang study siswa SMP dan SMA dan lain-lain.
Dengan langkah nyata semua pihak dalam memberdayakan MGMP , keberadaannya akan mampu melaksanakan tugas dan perannya dengan baik. MGMP akan dapat berjalan sesuai dengan tujuan dan peranan yang diemban , dan MGMP akan berdaya dalam arti yang sebenarnya. Semoga MGMP di Kota Bogor dapat berdaya secara nyata sehingga dapat menjadi garda terdepan dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Kota Bogor.

Senin, 23 Agustus 2010

Model Pembelajaran

MODEL MCK DAPAT MENGEFEKTIFKAN
PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA MAPEL IPS
Oleh : Trisno Widodo , DF Bogor dan Guru SMP Negeri 11 Bogor


Belajar kooperatif merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Belajar kooperatif memberikan kesempatan pada siswa untuk saling berinteraksi. Siswa yang saling menjelaskan pengertian suatu konsep pada temannya sebenarnya sedang mengalami proses belajar yang sangat efektif yang dapat memberikan hasil belajar yang jauh lebih maksimal daripada kalau dia mendengarkan penjelasan guru.

Penerapan pembelajaran kooperatif memberikan ketergantungan positif dalam suatu kelompok dan adanya tanggung-jawab individu dari anggota kelompok belajar. Untuk mencapai tujuan dalam belajar kelompok perlu menggunakan model-model pembelajaran yang sesuai. Model pembelajaran kooperatif saat ini banyak ragamnya. Para ahli pendidikan telah banyak menciptakan model-model pembelajaran, namun belum tentu semua model pembelajaran dapat efektif untuk diterapkan . Selain dibutuhkan ketrampilan guru dalam menerapkan model pembelajaran juga harus didukung kondisi dan ketertarikan siswa dalam suatu proses pembelajaran .

Salah satu model dalam pembelajaran kooperatif yang mendapat respon yang baik dari siswa adalah MCK ( Menulis Cerita Kelompok ). Berdasarkan pengalaman penulis, Model MCK ini membuat siswa terasa geli karena mereka menganggap MCK adalah Mandi Cuci Kakus. Setelah disampaikan bahwa MCK adalah Menulis Cerita Kelompok siswa menyambutnya dengan antusias. Bahkan penulis menyampaikan model pembelajaran MCK disamakan dengan model pembelajaran narik becak, sehingga siswa menjadi semakin antusias .

Berdasarkan pengalaman penulis menerapkan model MCK atau narik becak ini , pertama-tama siswa dalam kelompok belajar diberikan suatu tema pembahasan dimana tiap-tiap kelompok siswa berbeda . Misalnya pembahasan tentang kerusakan lingkungan , kelompok 1 diberikan tema banjir, kelompok 2 diberikan tema kebakaran hutan, kelompok 3 diberikan krisis air/kekeringan,kelompok 4 dengan tema pencemaran air. , dan seterusnya. Kemudian setelah setiap kelompok telah siap maka mulai dari kelua kelompoknya mulai menulis cerita berdasarkan tema selama 3 menit dalam kertas yang telah disediakan . Disini guru memberi aba-aba dengan mengucapkan tarik mang ...mulai ! Seluruh ketua kelompok memulai menulis sedangkan anggota yang lain berpikir keras untuk memberi kontribusi cerita selanjutnya. Setelah 3 menit berlalu guru memerintahkan dengan mengucapkan stop geser mang (maksudnya kertas pekerjaan dari yang dituliskan ketua kelompok suruh untuk digeser /diberikan kepada anggota kelompoknya searah jarum jam). Kemudian guru mengucapkan kembali tarik mang untuk kembali meneruskan cerita yang ditulis temannya selama 3 menit. Setelah 3 menit berlalu guru mengucapkan stop, geser mang ( anggota kelompok memberikan kertas pekerjaannya kepada anggota kelompok seterusnya searah jarum jam. Kemudian guru mengucapkan kembali goes mang untuk kembali meneruskan cerita yang teliskan dari anggota sebelumnya. Hal ini dilakukan berulang-ulang hingga pada waktu yang telah ditentukan, guru mengucapkan stop finis!! ,sehingga seluruh kelompok yang ada dikelas tersebut harus berhenti.
Setelah itu barulah dilakukan presentasi kelompok dan mendapatkan tanggapan dan sekaligus penilaian hasil penulisan cerita dari kelompok lain. Ternyata berdasarkan pengalaman tadi model MCK ini sangat efektif dalam proses pembelajaran. Apabila karakter dari Mata Pelajaran IPS yang bersifat informasi, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan , Model MCK atau Model Narik Becak ini layak dicoba , karena hasilnya nyata terbukti mengefektifpan belajar.

Penulis juga memperkenalkan model ini pada kegiatan pelatihan replikasi guru-guru di Bogor mendapatkan respon yang baik. Bahkan saat ini selain model TGT , model MCK juga ngetren di Bogor. Selain respon dari siswa juga respon dari guru-guru di Bogor sangat baik dan telah banyak pula guru-guru menggunakan model MCK ini dalam proses pembelajaran.

Managemen Sekolah

KEPEMIMPINAN KOLEKTIF MEMPERCEPAT
TERWUJUDNYA SEKOLAH UNGGULAN
Oleh : Trisno Widodo , DF dan Guru SMP Negeri 6 Bogor


Sistem tata kelola sekolah agar dapat melaksanakan visi, misi , dan strategi yang telah ditetapkan harus dapat dilakukan dengan baik. Saat ini sistem pengelolaan sekolah seharusnya dapat menggeser suatu paradigma pengelolaan sekolah konvensional menuju pada sistem pengelolaan sekolah modern . Maju mundurnya suatu pengelolaan sekolah menjadi tanggung jawab seluruh warga sekolah. Dalam pengelolaan sekolah perlu dikaji secara masak-masak berdasarkan analisa lingkungan strategis, sumber daya sekolah, kelemahan dan kekuatan sekolah, hambatan dan peluang, serta kepemimpinan kepala sekolah.

Kepemimpinan sekolah sangat menentukan kemajuan sekolah . Paradigma Kepala sekolah sebagai penguasa sekolah yang merupakan ciri pengoloaan sekolah konvensional harus bergeser pada sistem penataan pengelolaan manajemen sekolah modern , dimana pimpinan sekolah harus visioner dapat menjadi seorang motor , inisiator dan fasilitator perubahan menuju pengelolaan sekolah yang modern, kreatif, inovatif , demokrasi , dapat mengayomi seluruh warga sekolah. Hendaknya seorang pemimpin , termasuk kepala sekolah harus menjunjung tinggi ajaran Bapak Pendidikan kita Ki Hajar Dewantoro “ Ing Ngarso Sun Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani “. Atas dasar itu kepala sekolah harus dapat mengembangkan sistem yang baru dalam mengelola managemen dan operasional sekolah yang baik dam berwawasan jauh kedepan dalam kerangka otonomi sekolah.

Mengkaji ajaran Ki Hajar Dewantoro , seharusnya kepala sekolah harus menjadi agen perubahan menuju pengelolaan sekolah yang lebih baik. Kepala sekolah bersama Wakil Kepala Sekolah Urusan Kurikulum, Wakasek Kesiswaan, Wakasek Humas, Wakasek Sarana Prasarana, Koordinator Laboratorium dan Kepala TU harus bersama-sama memotivasi guru , tenaga TU dan karyawan sekolah lainnya memajukan sekolah. Tugas Kepala sekolah memang berat , namun tugas yang berat itu serasa ringan kalau dibagi dengan para wakil-wakilnya . Disini Kepala sekolah harus dapat mendelegasikan sepenuhnya kepada para wakil kepala sekolah sesuai tupoksi yang telah ada. Dan dalam waktu yang ditentukan misalnya setiap minggu atau setiap bulan pekerjaan yang didelegasikan akan dilaporkan dan dievaluasi bersama dalam rapat pembinaan rutin. Kepala sekolah berfungsi sebagai motivator menciptakan tim yang solid dalam tata kelola menejemen sekolah. Kepala sekolah menciptakan kader-kader pemimpin dalam timnya dengan menciptakan pemimpin kolektif, sehingga pemikiran , ide dan gagasan menjadi semakin banyak serta dalam mengatasi suatu kendala pengelolaan sekolah dapat dilakukan secara bersama-sama.

Dalam pimpinan kolektif sekolah peranan kepala sekolah menjadi koordinator dan motivator dapat memberdayakan seluruh potensi sumber daya guru yang ada dalam membuat dan menjalankan program kegiatan sekolah termasuk didalamnya 8 standar nasional pendidikan. Bahkan dalam penyusunan RAPBS , target-target misi yang telah , sedang dan akan dilakukan serta strategi yang digunakan seluruh warga sekolah dalam menyelenggarakan pengelolaan sekolah. Sistem pembinaan dan evaluasi kegiatan selalu harus dilakukan secara berkala sehingga kemajuan sekolah dari waktu-kewaktu dapat diukur tidak keberhasilannya.


Dalam pembagian kerja , kepala sekolah dapat mendorong dan mengembangkan kemampuan para seluruh guru , staf tata usaha dan karyawan sekolah dalam berbagai inovasi dan terobosan program kegiatan sekolah. Pimpinan kolektif di sekolah akan dapat menciptakan ide , gagasan, inovasi yang semakin banyak sehingga dalam tugas dan tanggung-jawab dapat dilakukan secara bersama-sama. Kebersamaan akan tumbuh dengan baik , menghilangkan kesenjangan, menghilangkan kecurigaan dan begitupula rasa memiliki sekolah juga tumbuh semakin besar dimiliki oleh seluruh komponen sekolah. Pada akhirnya pimpinan kolektif sekolah dapat menjalan tata kelola menejemen sekolah dengan baik. Jalannya operasional sekolah secara nyata akan dapat diukur tingkat kemajuannya sesuatu dengan misi sekolah dan tidak lama lagi terjadi lompatan kemajuan sekolah yang sangat pesat sesuai dengan visi sekolah yang di cita-citakan bersama.


Dalam tata pengelolaan sekolah unsur-unsur pimpinan sekolah mempunyai pembagian kerja sebagai berikut :


1. Kepala Sekolah
Kepala Sekolah adalah guru yang diberikan tugas tambahan yang berfungsi dan bertugas sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor, leader, inovator, dan motivator.
a. Kepala sekolah selaku edukator bertugas melaksanakan proses pembelajaran secara efektif dan efisien. Memfasilitasi guru dan siswa agar dapat belajar, mengembangkan potensi diri secara optimal dan alamiah. Untuk efektivitas dan efisiensi diperlukan standar acuan dan indikator. Standard acuan dapat menggunakan ukuran seperti kecukupan minimum menurut format penilaian akriditasi dan indikator dapat dikembangkan dalam satuan waktu, tenaga, biaya, perolehan nilai siswa, mengukur penampilan pisik bangunan, satuan benda, penampilan administrasi sekolah, prestasi dan sebagainya.

b. Kepala sekolah sebagai manajer mempunyai tugas;
1. mempunyai visi dan misi yang jelas
2. memiliki rencana strategis yang tepat
3. memiliki program Pengembangan penyelenggaraan pendidikan jangka panjang, jangka menengah menyusun perencanaan;
4. mengorganisasikan kegiatan
5. mengarahkan kegiatan
6. mengkoordinasikan kegiatan
7. melaksanakan pengawasan
8. melakukan evaluasi
9. menentukan kebijakan
10. mengadakan rapat
11. mengambil keputusan
12. mengatur proses belajar mengajar
13. mengatur administrasi
a) ketatausahaan
b) kesiswaan
c) ketenagaan
d) sarana/prasarana
e) keuangan
f) pembaharuan

c. Kepala Sekolah sebagai administrator bertugas menyelenggarakan administrasi.
1) perencanaan
2) pengorganisasian
3) pengarahan
4) pengkoordinasian
5) pengawasan
6) kurikulum
7) kesiswaan
8) ketatausahaan
9) ketenagaan
10) kantor
11) keuangan
12) perpustakaan.
13) Labolatorium
14) Ruangan keterampilan dan kesenian
15) Bimbingan konseling
16) UKS
17) OSIS dan sebagainya.

d. Kepala Sekolah selaku supervisor bertugas menyelenggarakan supervisi mengenai;
1) proses belajar mengajar
2) kegiatan bimbingan dan konseling
3) kegiatan ekstra kurikuler
4) kegiatan ketatausahaan
5) kegiatan kerja sama dengan masyarakat
6) sarana-prasarana
7) osis
8) pembaharuan pengelolaan sekolah
9) ketercapaian program
10) keuangan

e. Kepala sekolah sebagai leader/pemimpin yang visioner bertugas mempunyai pola fakir ke depan dalam menggerakkan orang-orang untuk mencapai tujuan sekolah dengan mengartikulasikan visi ,misi dan strategi , meningkatkan komitmen, upaya, dan daya juang anggota komunitas sekolah, meningkatkan mutu dan produktivitas untuk meningkatkan prestasi dan citra sekolah.
f. Kepala sekolah sebagai inovator bertugas untuk mengelola perubahan atau pembaharuan bukan hanya menyangkut individu namun menyangkut konteks social yang luas, memberdayakan secara optimal energi siswa dan guru untuk memperoleh peluang yang terbatas secara terus menerus berbasis kultur masayarakat di mana siswa itu hidup. Pembaharuan merupakan realitas objektif dengan melibatkan orang-orang dalam merumuskan perubahan menyangkut tujuan, keterampilan, pilosofi atau kepercayaan, perilaku yang akan dikembangkan sekolah, melibatkan guru-guru mengembangkan ide-ide baru yang diarahkan pada pembelajaran siswan dalam rangka mengembangkan kompetensi, komunikasi dan pembaharuan metode pengajaran.

g. Kepala sekolah sebagai motivator bertugas memberi dorongan agar seluruh personal di sekolah melaksanakan tugas tanpa merasa terpaksa. Bekerja seperti atas kemauan sendiri karena mengejar tercapainya visi. Berkembangnya motivasi bergantung pada iklim kerja, kepuasan kerja, perasaan, suasana berpikir, imbalan, penghargaan, dan keterlibatan dalam tugas. Besar kecilnya motivasi bergantung pada tinggi rendahnya tujuan yang ingin dicapai dan penghargaan terhadap setiap individu sehingga merasa bernilai sehingga punya arti.
2. Wakil Kepala Sekolah ( Wakasek )
Wakil Kepala Sekolah adalah guru yang mempunyai tugas tambahan membantu Kepala Sekolah dalam menjalankan tugasnya memimpin sekolah. Wakil Kepala Sekolah mempunyai fungsi strategis menjembatani Kepala sekolah dengan guru sehingga jalannya operasional sekolah dapat kondusif dan nyaman. Jumlah Wakil Kepala Sekolah dalam pelaksanaan dengan menggunakan pendekatan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah dapat ditentukan oleh sekolah itu sendiri tergantung pada kebutuhan. Oleh karena itu, mengaturan pendistribusian tugas dapat dibuat melalui penetapan kebijakan pada tingkat sekolah.

Wakil kepala sekolah memiliki umum sebagai berikut:
a. menyusun perencanaan program , menjalankan dan mengawasi program kegiatan sekolah, dan laporan kegiatan serta bertanggung jawab kepada Kepala Sekolah.
b. Menerima pendelegasian tugas dari Kepala Sekolah untuk melaksanakan :
 Pengorganisasian
 Pengarahan
 Pengkoordinasian
 Pengawasan
 Penilaian
 Pendataan
 Pengorganisasian data
 Pelaporan
Wakil Kepala Sekolah terdiri dari bidang-bidang urusan pengembangan sekolah antara lain Bidang Kurikulum , Bidang Kesiswaan, Bidang Hubungan Masyarakat, dan Bidang Sarana Prasarana. Namun sekolah dapat berinovasi dengan terobosan managemen sekolah menambahkan bidang urusan berdasarkan PP. No. 19 Tahun 2005.

2.1 Wakasek Bidang kurikulum bertugas membantu kepala sekolah
 Menyusun program pengajaran
 Menyusun dan memiliki sistem informasi kurikulum yang dapat diakses oleh semua guru
 Menyusun sistem diteksi terhadap kemajuan/kemunduran hasil belajar.
 Menyusun tugas guru dan jadwal pelajaran.
 Menyusun jadwal piket harian guru.
 Menyusun kriteria indikator pencapaian program, kenaikan dan kelulusan.
 Jadwal kegiatan akademis
 Menuyusun sistem diteksi terhadap pencapaian tingkat kurikulum yang harus dicapai dan analisis hasil belajar siswa
 Menyusun laporan kegiatan akademis
 Mengembangkan MGMP
 Mengatur pendayagunaan guru dengan sistem diteksi terhadap guru-guru yang telah memiliki program pelaksanaan dan evaluasi belajar mengajar dan sistem diteksi terhadap guru yang kurang menguasai dalam mengajar serta sistem diteksi terhadap guru yang tidak memanfaatkan waktu belajar dengan baik
 Mengelola data kehadiran guru dalam melaksanakan tugas mengajar.
 Membina lomba bidang akademis
 Mengembangkan system evaluasi
 Mengkoordinir Pengembangan Guru dalam memperoleh informasi baru mengenai pembelajaran .
Bidang Urusan Kurikulum dalam melaksanakan tugasnya bersama Tim Pengembang Kurikulum.

2.2 Wakasek Bidang Kesiswaan
Membantu kepala sekolah dalam :
 Menyusun program pembinaan kesiswaan yang tepat
 Menyusun Sistem MOS yang jelas
 Menyusun tata tertib siswa yang baik dan edukatif
 Menyusun sistem diteksi terhadap siswa yang melakukan pelanggaran disiplin siswa perbuatan yang tidak senonoh,tercela,merusak nama baik sekolah dan guru
 Mengkoordinir pembinaan kesiswaan dalam meningkatkan prestasi akademik dan non akademik
 Mengkoordinasikan data kehadiran siswa.
 Mengatur perijinan siswa untuk melaksanakan kegiatan di luar sekolah.
 Melaksanakan bimbingan, pengarahan dan pengendalian kegiatan kesiswaan.
 Memberdayakan organisasi kesiswaan untuk pengembangan kecerdasan sosial, mengembangkan sikap demokratis, kerjasama, tolong-menolong, dan kepemimpinan.
 Menetapkan dan menyelaraskan jadwal kegiatan kesiswaan kalender pendidikan untuk mengoptimalkan penggunaan waktu belajar siswa.
 Membina dan mengkoordinasiskan pengembangan disiplin, keamanan, ketertiban, dan kerja sama siswa.
 Merencanakan seleksi dan pelaksanaan penerimaan siswa baru.
 Mengembangkan pola dan melaksanakan pergantian kepemimpinan pada organisasi kesiswaan.
 Mengkoordinasikan pengiriman delegasi siswa untuk melakukan kerja sama atau mengikuti kegiatan di luar sekolah.
 Menyusun program dan mengkoordinasikan penerimaan siswa baru dan pelaksanaan orientasi belajar siswa baru.
 Mengembangkan kerja sama siswa melalui kegiatan siswa antar-individu, antar-kelas, antar-angkatan, dan antar-sekolah dalam membina kesatuan dan persatuan sekolah.
 Mengembangkan tempat dan kegiatan peribadatan sebagai pusat pembudayaan sekolah
 Menyusun laporan kegiatan kesiswaan yang dapat diakses oleh pihak-pihak yang membutuhkan
Bidang urusan kesiswaan dapat dibantu oleh Jajaran Pembina OSIS dalam melaksanakan tugasnya.

2.3 Wakasek Bidang Hubungan Masyarakat membantu kepala sekolah dalam :
 Perencanaan dan program kerja sama dengan masyarakat luas.
 Mengembangkan konsep anggaran dasar dan anggaran rumah tangga bagi kelancaran kerja sama dengan komite sekolah.
 Memfasilitasi hubungan antar sekolah
 Mengembangkan peluang kerja sama siswa, guru dengan sumber daya yang tersedia di lingkungan masyarakat untuk meningkatkan kompetensinya.
 Mengembangkan kerja sama dengan orang tua siswa.
 Mengembangkan kerja sama sekolah dengan masyarakat sekitar.
 Mengembangkan kerja sama sekolah dengan para alumni dan memiliki sistem yang dapat membangkitkan semua alumni untuk cinta almameternya dan turut mengembangkan sekolah kedepan
 Memfasilitasi pengembangan media komunikasi siswa, majalah dinding, pameran hasil karya siswa.
 Menyusun sistem publikasi dan promosi sekolah yang tepat
 Mengkoordinasikan pertemuan orang tua siswa.
 Mengatur penyusunan dan penyimpanan agenda rapat-rapat.
 Mengembangkan manajemen informasi sesuai dengan sumber daya yang tersedia sehingga potensi sekolah dapat diketahui publik secara transparan.
 Menyusun laporan pelaksanaan program hubangan dengan masyarakat dan dapat diakses oleh pihak-pihak yang membutuhkan

2.4 Wakasek Bidang Sarana dan Prasarana membantu kepala sekolah dalam :
 Mengembangkan disain penataan lingkungan sekolah sesuai dengan nilai-nilai dasar pendidikan.
 Mengatur penataan tanaman di lingkungan sekolah.
 Mengatur penataan dan pemeliharaan pendukung ketersediaan udara bersih dan lingkungan bersih di sekolah.
 Mengembangkan sekolah sebagai ekosistem yang sehat serta edukatif.
 Mengatur jadwal piket serta sistem penyelenggaraan pemeliharaan kebersihan sekolah.
 Mengkoordinasikan pembangunan dan pemiliharaan bangunan.
 Mengkoordinasikan penyediaan dan mengatur penggunaan sarana.
 Memfasilitasi penyediaan sarana guru dan siswa.
 Menyusun program pemeliharaan dan pemberdayaan, serta penyimpanan sarana kantor dan sarana belajar.
 Menyusun program penyediaan atau pemanfaatan sarana sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memungkinkan sesuai dengan sumber daya yang ada di sekolah maupun di luar sekolah.
 Membantu guru-guru dalam mengembangkan media belajar.
 Menyusun laporan pelaksanaan pengadaan sarana prasarana.
3. Tata Usaha
Tata Usaha membantu Kepala Sekolah dalam kegiatan system administrasi sekolah . Tata Usaha di pimpin oleh Kepala Urusan Tata Usaha .Kepala tata usaha dibantu staf bertanggung jawab kepada kepala sekolah dan melaksanakan tugas ketatausahaan sekolah yang meliputi kegiatan-kegiatan berikut:
• Menyusun program tata usaha sekolah.
• Mengelola administrasi keuangan sekolah (data perkembangan keuangan sekolah dan siswa)
• Mengelola administrasi ketenagaan.
• Mengelola administrasi kesiswaan (data base siswa secara lengkap, data nilai akademik siswa, dan data siswa yang mendapat bea siswa, yang naik kelas, tidak naik kelas, siswa peserta USBN yang lulus dan tidak lulus )
• Mengelola administrasi perlengkapan (sistem administrasi yang akurat, data/file surat masuk , surat keluar sekolah dan file surat-surat berharga baik siswa maupun sekolah )
• Mengelola data statistik sekolah.
• Mengatur dan memberi layanan administrasi kepada siswa, guru, dan masyarakat serta sistem pelaporan yang dapat diakses oleh semua yang terkait.
• Menata dan melaksanakan pemeliharaan dan peningkatan kebersihan dan keindahan sekolah.
• Melalui Kepala Sekolah, memfasilitasi guru dalam pelaksanaan tugasnya.
• Menyusun laporan ketatausahaan secara berkala.


Secara pasti menciptakan kepemimpinan kolektif di sekolah lebih baik dari pada pemikiran individual seorang kepala sekolah . Apabila hal ini dapat dilakukan seluruh sekolah di Indonesia ini tidak mustahil dapat mempercepat terwujudnya visi sekolah yang diharapkan bersama . Sekolah yang visinya cepat tercapai adalah sekolah yang unggul. Untuk apabila ingin mempercepat sekolah unggulan harus dipimpin , digagas dan diterapkan secara kolektif dengan penuh kebersamaan.