Translate

Jumat, 29 Oktober 2010

Gunung Meletus Pengetahuan anak

Apakah letusan gunungapi mengancam kehidupan manusia ?


Gunung Meletus ( Pexels.com/Felipe Perez)

Letusan gunungapi bisa menimbulkan korban jiwa dan harta benda yang sangat besar disekitar daerah tersebut. Pengaruh letusan gunungapi akan mengancam kehidupan disekitar letusan. Ancaman letusannya akan membahayakan bagi :
  
1. Mahluk hidup dan harta benda yang ada disekitar pusat letusan atau kawasan rawan bencana .
2. Semua bangunan dapat terbakar atau rubuh dilanda material letusan .
3. Atap rumah terutama yang terbuat dari seng mudah korosif akibat hujan abu dan mengandung sulfur.
4. Atap dan rumah yang terbuat dari kayu atau dari bahan yang mudah terbakar lainnya .
5. Sumber air minum terutama yang terbuka mudah tercemar oleh debu gunungapi .
6. Atap bangunan yang lemah tidak tahan terhadap endapan abu .
7. Tamanan rusak menimbulkan gagal panen dan cadangan pangan dapat terganggu .
8. Material letusan mengakibatkan gangguan pernapasan atau ispa dan sakit mata.

Gunung Meletus Pengetahuan anak

Apasaja material yang keluar dari letusan gunungapi ?


Gunung Meletus ( Pexels.com/Felipe Perez)

Gunung api meletus, terjadi akibat endapan magma di dalam perut bumi yang didorong keluar oleh gas yang bertekanan tinggi. Dari letusan-letusan seperti inilah gunung api terbentuk. Hasil letusan gunung berapi berupa : gas vulkanik , lava dan aliran pasir serta batu panas , lahar , tanah longsor , gempa bumi , abu letusan , awan panas . Letusannya yang membawa abu dan batu dapat menyembur dengan keras hingga sejauh radius 18 km atau lebih, sedang lavanya bisa membanjiri daerah sejauh radius 90 km. Letusan gunung berapi bisa menimbulkan korban jiwa dan harta benda yang besar hingga sampai ribuan kilometer jauhnya dan bahkan bisa mempengaruhi putaran iklim di bumi ini.

Gunung Meletus Pengetahuan anak

Bagaimana Gunungapi meletus?

Gunung Meletus ( Pexels.com/Felipe Perez)

Gunung meletus merupakan peristiwa yang berhubungan dengan naiknya magma dari dalam perut bumi. Aktifitas magma yang mempunyai suhu yang sangat tinggi di dalam perut bumi berusaha keluar sehingga dapat terjadi retakan-retakan dan pergeseran lempeng kulit bumi. Pada saat magma keluar itulah disebut gunung melutus atau vulkanisme . Jenis dan bentuk gunungapi bermacam-macam karena derajat kekentalan dan kedalaman magma terbentuknya gunungapi berbeda-beda.

STRATEGI PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI INDONESIA
( Drs. Trisno Widodo , Guru SMP Negeri 11 Bogor )

1. Pengelolaan Lingkungan Hidup Mendatang
Pengelolaan lingkungan hidup sebagai usaha sadar untuk memelihara dan atau melestarikan serta memperbaiki mutu lingkungan agar dapat memenuhi kebutuhan manusia sebaik-baiknya. Pengelolaan lingkungan hidup mempunyai ruang lingkup yang secara luas dengan cara beraneka ragam pula. Secara garis besar ada 4 (empat) lingkup pengelolaan lingkungan hidup menurut Otto Sumarwoto meliputi :
a. Pengelolaan lingkungan secara rutin.
b. Perencanaan dini dalam pengelolaan lingkungan suatu daerah yang menjadi dasar dan tutunan bagi perencana pembangunan.
c. Perencanaan pengelolaan lingkungan berdasarkan perkiraan dampak lingkungan yang akan terjadi sebagai akibat suatu proyek pembangunan yang direncanakan.
d. Perencanaan pengelolaan lingkungan untuk memperbaiki lingkungan yang mengalami kerusakan karena alamiah maupun ulah manusia sendiri

Sampah harus dibersihkan (Pexels.com/Thirdman)



Manusia secara rutin mengolah lingkungannya, yang dilaksanakan oleh masyarakat secara sehari-hari. Misalnya pembuangan sampah, penyaluran limbah rumah tangga, petani secara rutin memelihara sengkedan, pengairan sawah, memberantas hama, penyakit dan sebagainya. Walaupun kegiatan pengelolaan lingkungan secara rutin namun kegiatan itu sering tidak disebut sebagai pengelolaan rutin.
Perencanaan pengelolaan secara dini perlu dikembangkan untuk dapat memberikan petunjuk pembangunan apa yang sesuai disuatu daerah, tempat pembangunan itu dilakukan dan bagaimana pembangunan itu dilaksanakan. Karena sifatnya bersifat dini, konflik antara lingkungan dan pembangunan dapat dihindari atau dikurangi dengan pemecahan secara dini. Dengan demikian pengelolaan lingkungan bukan merupakan hambatan pembangunan, melainkan pendukung pembangunan.
Perencanaan lingkungan yang akhir-akhir ini banyak mendapat perhatian yaitu mencakup aspek ketiga dan keempat, berturut-turut untuk rencana proyek pembangunan dan untuk memperbaiki lingkungan yang mengalami kerusakan. Perencanaan pengelolaan lingkungan untuk rencana proyek pembangunan umumnya dilakukan berdasarkan perkiraan dampak apa yang diakibatkan dari proyek tersebut. Metode perencanaan dampak lingkungan yang demikian ini disebut Analisis Dampak Lingkungan (ANDAL), yang merupakan sarana untuk memeriksa kelayakan rencana proyek dari segi lingkungan.

2. Pembangunan Berwawasan Lingkungan Hidup
Masalah pembangunan dan pengembangan lingkungan hidup adalah rutin dan komplek. Karena itu sulit ditanggulangi dan harus ditangani oleh pemerintah dan masyarakat. Untuk itu perlu adanya kesadaran pelaksanaan program dan pemahaman tentang apa yang mau dicapai dan harus mendorong masyarakat untuk membangun pengembangan lingkungan.
Sekarang ini ada hambatan pembangunan yang mengakibatkan lingkungan kemiskinan, ada 3 (tiga) hal yaitu :
a. Kemampuan mengerahkan tabungan yang cukup, tidak dipunyai.
b. Taraf pendidikan, pengetahuan dan kemahiran masyarakat relatif rendah.
c. Kurangnya perangsang untuk menanamkan modal.
Sehingga kemiskinan melanda dimana-mana baik di kota maupun di desa, berakibat mendorong untuk pengurasan kekayaan alam semena-mena dan merusak lingkungan untuk mencukupi kebutuhan hidup. Sedangkan kebodohan atau ketidaktahuan menyebabkan merusak lingkungan, karena belum ada kesadaran menjaga dan melestarikannya.
Untuk mengatasi permasalahan diatas, pembangunan yang dilaksanakan perlu adanya pendekatan ekologis. Pembangunan yang memperhatikan kelestarian dan menghindari kerusakan lingkungan yang sangat diperlukan dalam roda pembangunan, dengan pembangunan berwawasan lingkungan (berdasarkan UU No. 4 tahun 1982 tentang lingkungan hidup).
Pembangunan berwawasan lingkungan diterapkan dengan tujuan untuk dapat mengolah sumber daya alam secara bijaksana. Hal ini agar pembangunan yang dilaksanakan dapat menopang pembangunan yang berkelanjutan bagi peningkatan kwalitas hidup rakyat, dari generasi ke generasi sepanjang masa. Sehingga dengan pembangunan berwawasan lingkungan, dapat menunjang lingkungan hidup yang lestari dan serasi. Akhirnya pembangunan dapat dilaksanakan berkelanjutan yang terus menerus mengadakan peningkatan kwalitas manusia dan lingkungannya.

3. Pendidikan Lingkungan Hidup
Pendidikan lingkungan hidup adalah suatu jalan bagi pemecahan dalam masalah lingkungan hidup. Dengan jalan pendidikan lingkungan dapat meningkatkan kesadaran, pengetahuan, pengertian umum dalam melaksanakan pembangunan dan pengelolaan sumber daya lingkungan hidup. Pendidikan lingkungan itu dalam penerapannya meliputi pendidikan formal dan pendidikan non formal agar meningkatkan kesadaran masyarakat dalam lingkungan hidup secara luas.
Tujuan pendidikan lingkungan antara lain untuk mencari pemikiran baru dan perhatian terhadap masalah lingkungan yang dihadapi serta mencari alternatif pemecahan sehingga kita dapat menentukan arah dan tujuan bagi pembangunan dimasa kini dan yang akan datang. Sehingga dapat diharapkan dapat mencegah masalah dan kerusakan lingkungan yang lebih parah dan lebih jauh adanya usaha perbaikan ke arah keselarasan dan kelestarian lingkungan.
Bentuk pendidikan yang dilaksanakan dalam rangka meningkatkan kesadaran keberadaan lingkungan dilaksanakan dalam berbagai bentuk. Dalam pendidikan formal penekanan terhadap penyelenggaraan pendidikan lingkungan lebih nyata wujudnya yang diajarkan diberbagai jenjang pendidikan dan dimasukkan dalam kurikulum pendidikan formal. Sedangkan dalam pendidikan non formal diterapkan dalam hal-hal yang nyata perilakunya dilapangan, baik di kota maupun di pedesaan. Dengan demikian dapat memberikan kekompakan disegala masyarakat untuk mensikapi dan berperilaku sehari-hari. Sehingga dapat menumbuhkan generasi penerus yang sadar dan memahami keberadaan lingkungan untuk melaksanakan pembangunan yang berkelanjutan.
Dengan pendidikan lingkungan hidup diharapkan juga dapat meningkatkan kesadaran terhadap hukum dan tegaknya hukum lingkungan yang telah ada yaitu UU No. 4 tahun 1982. Pelaksanaan supremasi hukum lingkungan oleh aparat penegak hukum harus dilaksanakan secara jelas dan nyata, sehingga ditaati oleh segala jenis masyarakat bersama-sama mematuhi dan menjunjung tinggi keberadaannya. Sehingga dengan penegakan dan kesadaran hukum memberi sumbangan besar yang dapat menciptakan kelestarian fungsi lingkungan untuk sumber kehidupan bagi generasi mendatang.

4. Industri Indonesia Yang Ramah Lingkungan
Dalam pembangunan industri harus mengkaji ulang berbagai pendekatan dan metode industrialisasi dengan memperhatikan keberadaan lingkungan. Pendekatan tersebut seharusnya mengarah pada pembangunan industri yang ramah lingkungan, yang merupakan industri bertumpu pada manajemen yang selalu memperhatikan kaidah kelestarian lingkungan.
Di negara-negara maju penerapan industri ramah lingkungan sudah dilaksanakan cukup lama setelah mengetahui dan merasakan sendiri segala dampak yang ditimbulkan dari industrialisasi. Masalah lingkungan hidup merupakan masalah global, artinya masalah lingkungan yang terjadi disuatu negara dapat dirasakan pengaruhnya oleh negara lain pada permukaan bumi ini. Misalnya hujan asam yang membuat pencemaran dan rusaknya lingkungan hidup di danau-danau Canada akibat industri di Amerika serikat, bocornya reaktor nuklir Cernobyle Rusia mengancam kehidupan di Eropa, kebakaran hutan di Indonesia mengganggu kehidupan di Singapura dan Malaysia dan sebagainya.
Bahkan ancaman masalah lingkungan dunia ini yang akan menimbulkan banyak kekhawatiran penghuninya muncul beberapa gagasan ahli lingkungan dunia untuk bersama-sama saling memecahkan atau mengurangi permasalahan lingkungan. Antara lain dengan koferensi lingkungan hidup dunia di Swedia tahun 1972 yang banyak membantu meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan hidup. Hal ini ditindak lanjuti lagi dengan konferansi lingkungan hidup di Rio De Jainero Brasil tahun 1990 yang dikenal dengan Konferensi Bumi.
Dalam beberapa dekade ini bermunculan pula beberapa organisasi pecinta alam, yang selalu mengkampanyekan lingkungan secara semangat, baik didirikan oleh pemerintah maupun LSM dibanyak negara. Misalnya saja Greenpeace yang didanai kerajaan Inggris yang sangat giat memperjuangkan kelestarian lingkungan dibeberapa negara. Demikian juga di Indonesia banyak bermunculan LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) dan pecinta alam yang saat ini sangat berperan dalam usaha mengontrol beberapa lingkungan. Hanya saja peran pemerintah saat ini belum mendukung sepenuhnya usaha pemerhati lingkungan ini, karena berkaitan dengan kebijaksanaan politik dan kebijaksanaan lainnya.
Oleh karena itu sudah saatnya pembangunan industrialisasi ini harus menuju pada industri yang ramah lingkungan. Pembangunan industri yang ramah lingkungan ini tidak hanya kebijaksanaan dan penerapan hanya dikontrol oleh pemerintah saja, tetapi perlu memberi kesempatan yang seluas-luasnya bagi komponen bangsa yaitu warga masyarakat untuk ikut aktif mengontrol pelaksanaannya. Masyarakat harus dilibatkan semua, artinya yang sangat peduli tentang keberadaan lingkungan. Misalnya masyarakat umum, masyarakat kampus, lembaga swadaya masyarakat, pemerhati lingkungan dan organisasi pecinta alam. Sehingga masyarakat dapat mengadakan penentangan terhadap industri yang tidak ramah lingkungan dikemudian hari.
Industri ramah lingkungan ini harus diperhatikan banyak hal yang mengarah pada segala sepak terjangnya dan memacu pada kelestarian lingkungan serta tidak ada upaya merusak lingkungan. Misalnya industri yang ada atau pendirian industri harus lolos dalam kelayakan rencana industri dari segi lingkungan atau Analisa Dampak Lingkungan (ANDAL).
Diharuskan industri yang ada di Indonesia memiliki sarana pembuangan limbah dan cerobong asap yang baik sekaligus penetralisir terhadap masalah lingkungan yang dapat ditimbulkan. Memang jika melihat hal ini menganggap bahwa pengelolaan limbah hal yang sepele, tetapi dampaknya sangat besar terhadap lingkungan secara global.
Dalam segi bahan baku diharapkan industri mendatang mengurangi atau meninggalkan segala jenis bahan yang dapat merusak lingkungan seperti gas CFC, Feom, Neon, Metanol, Plastik dan sebagainya yang merusak lingkungan. Tentang bahan bakar yang digunakan harus dapat dikurangi dan diganti dengan bahan bakar yang tidak merusak lingkungan. Selain itu seyogyanya pemerintah melarang industri memproduksi barang yang menambah kerusakan lingkungan. Untuk itu peran generasi mendatang yang akan menentukan keberadaan lingkungan.
Disamping itu pendirian industri harus diperhatikan kaidah ekonomi, adanya sentralisasi industri yang banyak terjadi di kota-kota besar harus dirubah dengan adanya pembatasan pendirian industri di daerah tersebut. Selanjutnya perlu dipikirkan pengalihan lokasi daerah baru ke tempat lain agar mengurangi masalah yang ada. Dengan mengalihkan ke pedesaan atau di wilayah yang masih kosong atau sedikit industrinya. Hal ini juga perlu adanya keseimbangan keberadaan industri. Maksud keseimbangan ini adalah keberadaan industri di perkotaan dan di pedesaan, antara industri perkotaan dan pedesaan harus ada pembagian produksi yang merata. Misalnya industri pedesaan bergerak dalam industri primer seperti hasil pertanian, peternakan, perkebunan, kehutanan dan sebagainya, yang langsung dimanfaatkan masyarakat konsumen atau industri ringan atau industri kecil. Sedangkan industri di perkotaan merupakan industri lanjutan yang mengolah bahan baku menjadi barang jadi atau disebut industri berat atau industri besar. Sehingga dalam kegiatan industri tidak saling mematikan, tetapi saling mendukung agar Indonesia menjadi negara industri yang tangguh dan sebagai perwujudan pembangunan yang berwawasan lingkungan hidup.

Rujukan :

1. Amsari, Fuad, 1976. Prinsip-prinsip Masalah Pencemaran Lingkungan. Surabaya : Ghalia Indonesia.
2. Bintarto, dan Surastopo Hadisumarno, 1985. Metode Analisa Geografi. Jakarta :
LP3ES
3. Hardjasumantri, Koesnadi, 1988. Hukum Tata Lingkungan. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.
4. Riyadi, Slamet, 1981. Ekologi Ilmu Lingkungan Dasar-dasar Pengertiannya. Surabaya : Usaha Nasional.
5. Sandi, I. Made, 1990. Dimensi Lingkungan dan Sumbangannya Dalam Mengantisipasi Pembangunan Berkelanjutan (disajikan dalam seminar nasional). Malang : Geografi IKIP Malang.
6. Salim, Emil, 1981. Pembangunan Berwawasan Lingkungan Hidup. Bandung : Alumni.
7. Siahaan, N. H. T, 1985. Ekologi Pembangunan dan Tata Lingkungan. Jakarta : Erlangga.
8. Sumarwoto, Otto, 1985. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Bandung : Djambatan.

Pentingnya LKS

LEMBAR KERJA YANG BAIK MENINGKATKAN
KUALITAS PEMBELAJARAN
Oleh : Trisno Widodo
DF. Bogor dan Guru SMP Negeri 11 Kota Bogor



Pendidikan kita tidak hanya dapat menjawab sekerat kata , sehingga terkesan tidak ada apa-apanya. Pandangan ini dapat terlontar karena melihat perkembangan budaya , globalisasi dan perkembangan ilmu pengetahuan , pendidikan kita mengalami kegagalan atau jalan di tempat. Sebagai hasilnya meskipun terdapat unsur positif, unsur negatif menjadi perhatian. Oleh sebab itu paradigma baru pendidikan harus secara nyata dapat mengubah mutu pendidikan kita sejajar dengan bangsa lainnya yang telah maju.

Belajar sebenarnya mencetak orang yang mandiri, sebab orang yang berhasil dalam hidupnya bukan orang yang pintar tetapi orang yang mandiri. Disinilah keberadaan seorang guru hendaknya dapat mengajar dengan baik yaitu dengan membelajarakan anak belajar atau mengajak anak belajar.

Mengajar dengan baik harus prioritas utama guru . Saat ini dengan berlakunya UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen , guru sebagai suatu profesi harus dilakukan dengan profesional. Saat ini guru yang profesional menjadi tuntutan masyarakat, karena guru sebagai ujung tombak meningkatnya mutu pendidikan bangsa dicita-citakan bersama . Untuk meningkatkan harkat dan martabat bangsa sejajar dengan bangsa lain telah maju maka diperlukan upaya nyata dengan meningkatkan kompetensi dan profesionalime guru. Diharapkan guru yang kompeten dan professional akan menghasilkan generasi bangsa yang handal , mewujudkan masyarakat ulet , tangguh dan mandiri di tengah-tengah persaingan dengan bangsa lainnya.

Salah satu upaya nyata dalam meningkatkan profesionalisme guru adalah guru harus melakukan pembuatan bahan ajar untuk kegiatan pembelajaran. Kegiatan pembuatan bahan ajar mutlak harus dilakukan guru dengan membuat lembar kerja atau lembar tugas dalam setiap pembelajaran.
Memang saat ini telah banyak lembar kerja siswa yang digunakan guru baik dibuat oleh guru sendiri maupun oleh penerbit. Namun semua itu kenyataannya bukanlah membuat pembelajaran menjadi efektif .Karena isi dari lembar kerja siswa bersifat membelenggu siswa dengan banyaknya soal-soal yang harus dikerjakan dan dirasakan banyak membebani siswa. Begitu pula guru juga dibelenggu oleh LKS karena harus memeriksa hasil pekerjaan anak dan pesan dalam kompetensi dasar dan indicator dalam pembelajaran tidak tersampaikan dengan maksimal.

Bagaimana lembar kerja dapat membuat belejar efektif dan meningkatkan kualitas pembelajaran ? Kita harus membuat lembar kerja maupun lembar tugas sendiri yang mengandung kaidah pembuatan lembar kerja efektif. Dalam kegiatan di DBE3 telah mendapatkan cara baru pembuatan lembar kerja yang efektif dan terbukti ampuh untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.

Saat ini lembar kerja maupun lembar tugas dibuat guru harus lebih simple , tetapi mempunyai kandungan isi dan kegiatan pembelajaran yang lebih bermakna. Lembar kerja maupun lembar tugas harus dapat menggali potensi wawasan dan ide siswa yang maksimal , dapat mengandung pemecahan masalah atau solusi baik dalam suatu tema /topic pembahasan. Dalam LK maupun LT dapat menampilkan gambar-gambar yang menarik sehingga dapat sebagai sumber belajar yang harus ditanggapi atau didiskusikan. Lembar kerja maupun lembar tugas jangan banyak mengadung pertanyaan pilihan ganda yang sangat banyak. Disetiap LK dan LT sebaiknya hanya mempunyai 3 – 5 pertanyaan / perintah dengan pertanyaan tingkat tinggi dan harus dibahas dan didiskusikan dalam kegiatan proses pembelajaran . Dengan demikian lember kerja maupun lembar tugas dalam meningkatkan kualitas pembelajaran itu sendiri dan pada akhirnya akan meningkatkan mutu kompetensi dan hasil belajar siswa.

Berdasarkan pengalaman penulis lembar kerja yang telah dikembangkan sangat membantu guru dalam menciptakan pembelajaran yang efektif. Disamping itu siswa tidak terbelenggu lagi dengan soal-soal yang harus dikerjakan dan sangat membebani. Begitu juga dalam pembelajaran siswa banyak melakukan penggalian ide, wawasan dan pemecahan masalah dalam proses pembelajaran. Interaksi antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa dalam proses pembelajaran berjalan sangat baik. Diskusi pemecahan masalah dalam pembelajaran semakin sering dilakukan baik dalam kelompok belajar maupun saat presentasi hasil diskusi. Kegiatan berbelanja ke kelompok lain maupun mengomentari kelompok lain semakin sering dilakukan dalam pembelajaran. Begitu pula menilai hasil karya kelompok lain dan menerima saran atau pendapat kelompok lain dapat dilakukan dengan baik dalam proses pembelajaran.

Hal ini berdasarkan catatan jurnal refleksi pembelajaran yang dilakukan guru , dapat terlihat nyata menggunakan lembar kerja maupun lembar tugas yang baik sangat membantu guru melakukan pembelajaran yang efektif dan meningkatkan kualitas proses pembelajarannya. Kemampuan siswa dapat lebih tergali secara total begitu juga guru semakin meningkatkan ketrampilan mengajar dan semakin professional. Secara umum kalau semua guru melakukan terobosan dan inovasinya dalam proses pembelajaran , pemelajaran yang efektif dan bermakna dapat dilakukan oleh guru. Dengan kemampuan guru yang semakin professional , maka cita-cita paradigma baru pendidikan yang dapat mensejajarkan dengan bangsa lainnya yang telah maju dalam meningkatkan harkat dan martabat bangsa dapat segera kita wujudkan bersama.

Pengelolaan sekolah

KEPEMIMPINAN KOLEKTIF MEMPERCEPAT
TERWUJUDNYA SEKOLAH UNGGULAN
Oleh : Trisno Widodo , DF dan Guru SMP Negeri 11 Bogor


Sistem tata kelola sekolah agar dapat melaksanakan visi, misi , dan strategi yang telah ditetapkan harus dapat dilakukan dengan baik. Saat ini sistem pengelolaan sekolah seharusnya dapat menggeser suatu paradigma pengelolaan sekolah konvensional menuju pada sistem pengelolaan sekolah modern . Maju mundurnya suatu pengelolaan sekolah menjadi tanggung jawab seluruh warga sekolah. Dalam pengelolaan sekolah perlu dikaji secara masak-masak berdasarkan analisa lingkungan strategis, sumber daya sekolah, kelemahan dan kekuatan sekolah, hambatan dan peluang, serta kepemimpinan kepala sekolah.

Kepemimpinan sekolah sangat menentukan kemajuan sekolah . Paradigma Kepala sekolah sebagai penguasa sekolah yang merupakan ciri pengoloaan sekolah konvensional harus bergeser pada sistem penataan pengelolaan manajemen sekolah modern , dimana pimpinan sekolah harus visioner dapat menjadi seorang motor , inisiator dan fasilitator perubahan menuju pengelolaan sekolah yang modern, kreatif, inovatif , demokrasi , dapat mengayomi seluruh warga sekolah. Hendaknya seorang pemimpin , termasuk kepala sekolah harus menjunjung tinggi ajaran Bapak Pendidikan kita Ki Hajar Dewantoro “ Ing Ngarso Sun Tulodo, Ing Madyo Mangun Karso, Tut Wuri Handayani “. Atas dasar itu kepala sekolah harus dapat mengembangkan sistem yang baru dalam mengelola managemen dan operasional sekolah yang baik dam berwawasan jauh kedepan dalam kerangka otonomi sekolah.

Mengkaji ajaran Ki Hajar Dewantoro , seharusnya kepala sekolah harus menjadi agen perubahan menuju pengelolaan sekolah yang lebih baik. Kepala sekolah bersama Wakil Kepala Sekolah Urusan Kurikulum, Wakasek Kesiswaan, Wakasek Humas, Wakasek Sarana Prasarana, Koordinator Laboratorium dan Kepala TU harus bersama-sama memotivasi guru , tenaga TU dan karyawan sekolah lainnya memajukan sekolah. Tugas Kepala sekolah memang berat , namun tugas yang berat itu serasa ringan kalau dibagi dengan para wakil-wakilnya . Disini Kepala sekolah harus dapat mendelegasikan sepenuhnya kepada para wakil kepala sekolah sesuai tupoksi yang telah ada. Dan dalam waktu yang ditentukan misalnya setiap minggu atau setiap bulan pekerjaan yang didelegasikan akan dilaporkan dan dievaluasi bersama dalam rapat pembinaan rutin. Kepala sekolah berfungsi sebagai motivator menciptakan tim yang solid dalam tata kelola menejemen sekolah. Kepala sekolah menciptakan kader-kader pemimpin dalam timnya dengan menciptakan pemimpin kolektif, sehingga pemikiran , ide dan gagasan menjadi semakin banyak serta dalam mengatasi suatu kendala pengelolaan sekolah dapat dilakukan secara bersama-sama.

Dalam pimpinan kolektif sekolah peranan kepala sekolah menjadi koordinator dan motivator dapat memberdayakan seluruh potensi sumber daya guru yang ada dalam membuat dan menjalankan program kegiatan sekolah termasuk didalamnya 8 standar nasional pendidikan. Bahkan dalam penyusunan RAPBS , target-target misi yang telah , sedang dan akan dilakukan serta strategi yang digunakan seluruh warga sekolah dalam menyelenggarakan pengelolaan sekolah. Sistem pembinaan dan evaluasi kegiatan selalu harus dilakukan secara berkala sehingga kemajuan sekolah dari waktu-kewaktu dapat diukur tidak keberhasilannya.


Dalam pembagian kerja , kepala sekolah dapat mendorong dan mengembangkan kemampuan para seluruh guru , staf tata usaha dan karyawan sekolah dalam berbagai inovasi dan terobosan program kegiatan sekolah. Pimpinan kolektif di sekolah akan dapat menciptakan ide , gagasan, inovasi yang semakin banyak sehingga dalam tugas dan tanggung-jawab dapat dilakukan secara bersama-sama. Kebersamaan akan tumbuh dengan baik , menghilangkan kesenjangan, menghilangkan kecurigaan dan begitupula rasa memiliki sekolah juga tumbuh semakin besar dimiliki oleh seluruh komponen sekolah. Pada akhirnya pimpinan kolektif sekolah dapat menjalan tata kelola menejemen sekolah dengan baik. Jalannya operasional sekolah secara nyata akan dapat diukur tingkat kemajuannya sesuatu dengan misi sekolah dan tidak lama lagi terjadi lompatan kemajuan sekolah yang sangat pesat sesuai dengan visi sekolah yang di cita-citakan bersama.


Dalam tata pengelolaan sekolah unsur-unsur pimpinan sekolah mempunyai pembagian kerja sebagai berikut :


1. Kepala Sekolah
Kepala Sekolah adalah guru yang diberikan tugas tambahan yang berfungsi dan bertugas sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor, leader, inovator, dan motivator.
a. Kepala sekolah selaku edukator bertugas melaksanakan proses pembelajaran secara efektif dan efisien. Memfasilitasi guru dan siswa agar dapat belajar, mengembangkan potensi diri secara optimal dan alamiah. Untuk efektivitas dan efisiensi diperlukan standar acuan dan indikator. Standard acuan dapat menggunakan ukuran seperti kecukupan minimum menurut format penilaian akriditasi dan indikator dapat dikembangkan dalam satuan waktu, tenaga, biaya, perolehan nilai siswa, mengukur penampilan pisik bangunan, satuan benda, penampilan administrasi sekolah, prestasi dan sebagainya.

b. Kepala sekolah sebagai manajer mempunyai tugas;
1. mempunyai visi dan misi yang jelas
2. memiliki rencana strategis yang tepat
3. memiliki program Pengembangan penyelenggaraan pendidikan jangka panjang, jangka menengah menyusun perencanaan;
4. mengorganisasikan kegiatan
5. mengarahkan kegiatan
6. mengkoordinasikan kegiatan
7. melaksanakan pengawasan
8. melakukan evaluasi
9. menentukan kebijakan
10. mengadakan rapat
11. mengambil keputusan
12. mengatur proses belajar mengajar
13. mengatur administrasi
a) ketatausahaan
b) kesiswaan
c) ketenagaan
d) sarana/prasarana
e) keuangan
f) pembaharuan

c. Kepala Sekolah sebagai administrator bertugas menyelenggarakan administrasi.
1) perencanaan
2) pengorganisasian
3) pengarahan
4) pengkoordinasian
5) pengawasan
6) kurikulum
7) kesiswaan
8) ketatausahaan
9) ketenagaan
10) kantor
11) keuangan
12) perpustakaan.
13) Labolatorium
14) Ruangan keterampilan dan kesenian
15) Bimbingan konseling
16) UKS
17) OSIS dan sebagainya.

d. Kepala Sekolah selaku supervisor bertugas menyelenggarakan supervisi mengenai;
1) proses belajar mengajar
2) kegiatan bimbingan dan konseling
3) kegiatan ekstra kurikuler
4) kegiatan ketatausahaan
5) kegiatan kerja sama dengan masyarakat
6) sarana-prasarana
7) osis
8) pembaharuan pengelolaan sekolah
9) ketercapaian program
10) keuangan

e. Kepala sekolah sebagai leader/pemimpin yang visioner bertugas mempunyai pola fakir ke depan dalam menggerakkan orang-orang untuk mencapai tujuan sekolah dengan mengartikulasikan visi ,misi dan strategi , meningkatkan komitmen, upaya, dan daya juang anggota komunitas sekolah, meningkatkan mutu dan produktivitas untuk meningkatkan prestasi dan citra sekolah.
f. Kepala sekolah sebagai inovator bertugas untuk mengelola perubahan atau pembaharuan bukan hanya menyangkut individu namun menyangkut konteks social yang luas, memberdayakan secara optimal energi siswa dan guru untuk memperoleh peluang yang terbatas secara terus menerus berbasis kultur masayarakat di mana siswa itu hidup. Pembaharuan merupakan realitas objektif dengan melibatkan orang-orang dalam merumuskan perubahan menyangkut tujuan, keterampilan, pilosofi atau kepercayaan, perilaku yang akan dikembangkan sekolah, melibatkan guru-guru mengembangkan ide-ide baru yang diarahkan pada pembelajaran siswan dalam rangka mengembangkan kompetensi, komunikasi dan pembaharuan metode pengajaran.

g. Kepala sekolah sebagai motivator bertugas memberi dorongan agar seluruh personal di sekolah melaksanakan tugas tanpa merasa terpaksa. Bekerja seperti atas kemauan sendiri karena mengejar tercapainya visi. Berkembangnya motivasi bergantung pada iklim kerja, kepuasan kerja, perasaan, suasana berpikir, imbalan, penghargaan, dan keterlibatan dalam tugas. Besar kecilnya motivasi bergantung pada tinggi rendahnya tujuan yang ingin dicapai dan penghargaan terhadap setiap individu sehingga merasa bernilai sehingga punya arti.
2. Wakil Kepala Sekolah ( Wakasek )
Wakil Kepala Sekolah adalah guru yang mempunyai tugas tambahan membantu Kepala Sekolah dalam menjalankan tugasnya memimpin sekolah. Wakil Kepala Sekolah mempunyai fungsi strategis menjembatani Kepala sekolah dengan guru sehingga jalannya operasional sekolah dapat kondusif dan nyaman. Jumlah Wakil Kepala Sekolah dalam pelaksanaan dengan menggunakan pendekatan Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah dapat ditentukan oleh sekolah itu sendiri tergantung pada kebutuhan. Oleh karena itu, mengaturan pendistribusian tugas dapat dibuat melalui penetapan kebijakan pada tingkat sekolah.

Wakil kepala sekolah memiliki umum sebagai berikut:
a. menyusun perencanaan program , menjalankan dan mengawasi program kegiatan sekolah, dan laporan kegiatan serta bertanggung jawab kepada Kepala Sekolah.
b. Menerima pendelegasian tugas dari Kepala Sekolah untuk melaksanakan :
 Pengorganisasian
 Pengarahan
 Pengkoordinasian
 Pengawasan
 Penilaian
 Pendataan
 Pengorganisasian data
 Pelaporan
Wakil Kepala Sekolah terdiri dari bidang-bidang urusan pengembangan sekolah antara lain Bidang Kurikulum , Bidang Kesiswaan, Bidang Hubungan Masyarakat, dan Bidang Sarana Prasarana. Namun sekolah dapat berinovasi dengan terobosan managemen sekolah menambahkan bidang urusan berdasarkan PP. No. 19 Tahun 2005.

2.1 Wakasek Bidang kurikulum bertugas membantu kepala sekolah
 Menyusun program pengajaran
 Menyusun dan memiliki sistem informasi kurikulum yang dapat diakses oleh semua guru
 Menyusun sistem diteksi terhadap kemajuan/kemunduran hasil belajar.
 Menyusun tugas guru dan jadwal pelajaran.
 Menyusun jadwal piket harian guru.
 Menyusun kriteria indikator pencapaian program, kenaikan dan kelulusan.
 Jadwal kegiatan akademis
 Menuyusun sistem diteksi terhadap pencapaian tingkat kurikulum yang harus dicapai dan analisis hasil belajar siswa
 Menyusun laporan kegiatan akademis
 Mengembangkan MGMP
 Mengatur pendayagunaan guru dengan sistem diteksi terhadap guru-guru yang telah memiliki program pelaksanaan dan evaluasi belajar mengajar dan sistem diteksi terhadap guru yang kurang menguasai dalam mengajar serta sistem diteksi terhadap guru yang tidak memanfaatkan waktu belajar dengan baik
 Mengelola data kehadiran guru dalam melaksanakan tugas mengajar.
 Membina lomba bidang akademis
 Mengembangkan system evaluasi
 Mengkoordinir Pengembangan Guru dalam memperoleh informasi baru mengenai pembelajaran .
Bidang Urusan Kurikulum dalam melaksanakan tugasnya bersama Tim Pengembang Kurikulum.

2.2 Wakasek Bidang Kesiswaan
Membantu kepala sekolah dalam :
 Menyusun program pembinaan kesiswaan yang tepat
 Menyusun Sistem MOS yang jelas
 Menyusun tata tertib siswa yang baik dan edukatif
 Menyusun sistem diteksi terhadap siswa yang melakukan pelanggaran disiplin siswa perbuatan yang tidak senonoh,tercela,merusak nama baik sekolah dan guru
 Mengkoordinir pembinaan kesiswaan dalam meningkatkan prestasi akademik dan non akademik
 Mengkoordinasikan data kehadiran siswa.
 Mengatur perijinan siswa untuk melaksanakan kegiatan di luar sekolah.
 Melaksanakan bimbingan, pengarahan dan pengendalian kegiatan kesiswaan.
 Memberdayakan organisasi kesiswaan untuk pengembangan kecerdasan sosial, mengembangkan sikap demokratis, kerjasama, tolong-menolong, dan kepemimpinan.
 Menetapkan dan menyelaraskan jadwal kegiatan kesiswaan kalender pendidikan untuk mengoptimalkan penggunaan waktu belajar siswa.
 Membina dan mengkoordinasiskan pengembangan disiplin, keamanan, ketertiban, dan kerja sama siswa.
 Merencanakan seleksi dan pelaksanaan penerimaan siswa baru.
 Mengembangkan pola dan melaksanakan pergantian kepemimpinan pada organisasi kesiswaan.
 Mengkoordinasikan pengiriman delegasi siswa untuk melakukan kerja sama atau mengikuti kegiatan di luar sekolah.
 Menyusun program dan mengkoordinasikan penerimaan siswa baru dan pelaksanaan orientasi belajar siswa baru.
 Mengembangkan kerja sama siswa melalui kegiatan siswa antar-individu, antar-kelas, antar-angkatan, dan antar-sekolah dalam membina kesatuan dan persatuan sekolah.
 Mengembangkan tempat dan kegiatan peribadatan sebagai pusat pembudayaan sekolah
 Menyusun laporan kegiatan kesiswaan yang dapat diakses oleh pihak-pihak yang membutuhkan
Bidang urusan kesiswaan dapat dibantu oleh Jajaran Pembina OSIS dalam melaksanakan tugasnya.

2.3 Wakasek Bidang Hubungan Masyarakat membantu kepala sekolah dalam :
 Perencanaan dan program kerja sama dengan masyarakat luas.
 Mengembangkan konsep anggaran dasar dan anggaran rumah tangga bagi kelancaran kerja sama dengan komite sekolah.
 Memfasilitasi hubungan antar sekolah
 Mengembangkan peluang kerja sama siswa, guru dengan sumber daya yang tersedia di lingkungan masyarakat untuk meningkatkan kompetensinya.
 Mengembangkan kerja sama dengan orang tua siswa.
 Mengembangkan kerja sama sekolah dengan masyarakat sekitar.
 Mengembangkan kerja sama sekolah dengan para alumni dan memiliki sistem yang dapat membangkitkan semua alumni untuk cinta almameternya dan turut mengembangkan sekolah kedepan
 Memfasilitasi pengembangan media komunikasi siswa, majalah dinding, pameran hasil karya siswa.
 Menyusun sistem publikasi dan promosi sekolah yang tepat
 Mengkoordinasikan pertemuan orang tua siswa.
 Mengatur penyusunan dan penyimpanan agenda rapat-rapat.
 Mengembangkan manajemen informasi sesuai dengan sumber daya yang tersedia sehingga potensi sekolah dapat diketahui publik secara transparan.
 Menyusun laporan pelaksanaan program hubangan dengan masyarakat dan dapat diakses oleh pihak-pihak yang membutuhkan

2.4 Wakasek Bidang Sarana dan Prasarana membantu kepala sekolah dalam :
 Mengembangkan disain penataan lingkungan sekolah sesuai dengan nilai-nilai dasar pendidikan.
 Mengatur penataan tanaman di lingkungan sekolah.
 Mengatur penataan dan pemeliharaan pendukung ketersediaan udara bersih dan lingkungan bersih di sekolah.
 Mengembangkan sekolah sebagai ekosistem yang sehat serta edukatif.
 Mengatur jadwal piket serta sistem penyelenggaraan pemeliharaan kebersihan sekolah.
 Mengkoordinasikan pembangunan dan pemiliharaan bangunan.
 Mengkoordinasikan penyediaan dan mengatur penggunaan sarana.
 Memfasilitasi penyediaan sarana guru dan siswa.
 Menyusun program pemeliharaan dan pemberdayaan, serta penyimpanan sarana kantor dan sarana belajar.
 Menyusun program penyediaan atau pemanfaatan sarana sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang memungkinkan sesuai dengan sumber daya yang ada di sekolah maupun di luar sekolah.
 Membantu guru-guru dalam mengembangkan media belajar.
 Menyusun laporan pelaksanaan pengadaan sarana prasarana.
3. Tata Usaha
Tata Usaha membantu Kepala Sekolah dalam kegiatan system administrasi sekolah . Tata Usaha di pimpin oleh Kepala Urusan Tata Usaha .Kepala tata usaha dibantu staf bertanggung jawab kepada kepala sekolah dan melaksanakan tugas ketatausahaan sekolah yang meliputi kegiatan-kegiatan berikut:
• Menyusun program tata usaha sekolah.
• Mengelola administrasi keuangan sekolah (data perkembangan keuangan sekolah dan siswa)
• Mengelola administrasi ketenagaan.
• Mengelola administrasi kesiswaan (data base siswa secara lengkap, data nilai akademik siswa, dan data siswa yang mendapat bea siswa, yang naik kelas, tidak naik kelas, siswa peserta USBN yang lulus dan tidak lulus )
• Mengelola administrasi perlengkapan (sistem administrasi yang akurat, data/file surat masuk , surat keluar sekolah dan file surat-surat berharga baik siswa maupun sekolah )
• Mengelola data statistik sekolah.
• Mengatur dan memberi layanan administrasi kepada siswa, guru, dan masyarakat serta sistem pelaporan yang dapat diakses oleh semua yang terkait.
• Menata dan melaksanakan pemeliharaan dan peningkatan kebersihan dan keindahan sekolah.
• Melalui Kepala Sekolah, memfasilitasi guru dalam pelaksanaan tugasnya.
• Menyusun laporan ketatausahaan secara berkala.


Secara pasti menciptakan kepemimpinan kolektif di sekolah lebih baik dari pada pemikiran individual seorang kepala sekolah . Apabila hal ini dapat dilakukan seluruh sekolah di Indonesia ini tidak mustahil dapat mempercepat terwujudnya visi sekolah yang diharapkan bersama . Sekolah yang visinya cepat tercapai adalah sekolah yang unggul. Untuk apabila ingin mempercepat sekolah unggulan harus dipimpin , digagas dan diterapkan secara kolektif dengan penuh kebersamaan.

Model pembelajaran MCK

MODEL MCK DAPAT MENGEFEKTIFKAN
PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA MAPEL IPS
Oleh : Trisno Widodo , DF Bogor dan Guru SMP Negeri 11 Bogor


Belajar kooperatif merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Belajar kooperatif memberikan kesempatan pada siswa untuk saling berinteraksi. Siswa yang saling menjelaskan pengertian suatu konsep pada temannya sebenarnya sedang mengalami proses belajar yang sangat efektif yang dapat memberikan hasil belajar yang jauh lebih maksimal daripada kalau dia mendengarkan penjelasan guru.

Penerapan pembelajaran kooperatif memberikan ketergantungan positif dalam suatu kelompok dan adanya tanggung-jawab individu dari anggota kelompok belajar. Untuk mencapai tujuan dalam belajar kelompok perlu menggunakan model-model pembelajaran yang sesuai. Model pembelajaran kooperatif saat ini banyak ragamnya. Para ahli pendidikan telah banyak menciptakan model-model pembelajaran, namun belum tentu semua model pembelajaran dapat efektif untuk diterapkan . Selain dibutuhkan ketrampilan guru dalam menerapkan model pembelajaran juga harus didukung kondisi dan ketertarikan siswa dalam suatu proses pembelajaran .

Salah satu model dalam pembelajaran kooperatif yang mendapat respon yang baik dari siswa adalah MCK ( Menulis Cerita Kelompok ). Berdasarkan pengalaman penulis, Model MCK ini membuat siswa terasa geli karena mereka menganggap MCK adalah Mandi Cuci Kakus. Setelah disampaikan bahwa MCK adalah Menulis Cerita Kelompok siswa menyambutnya dengan antusias. Bahkan penulis menyampaikan model pembelajaran MCK disamakan dengan model pembelajaran narik becak, sehingga siswa menjadi semakin antusias .

Berdasarkan pengalaman penulis menerapkan model MCK atau narik becak ini , pertama-tama siswa dalam kelompok belajar diberikan suatu tema pembahasan dimana tiap-tiap kelompok siswa berbeda . Misalnya pembahasan tentang kerusakan lingkungan , kelompok 1 diberikan tema banjir, kelompok 2 diberikan tema kebakaran hutan, kelompok 3 diberikan krisis air/kekeringan,kelompok 4 dengan tema pencemaran air. , dan seterusnya. Kemudian setelah setiap kelompok telah siap maka mulai dari kelua kelompoknya mulai menulis cerita berdasarkan tema selama 3 menit dalam kertas yang telah disediakan . Disini guru memberi aba-aba dengan mengucapkan tarik mang ...mulai ! Seluruh ketua kelompok memulai menulis sedangkan anggota yang lain berpikir keras untuk memberi kontribusi cerita selanjutnya. Setelah 3 menit berlalu guru memerintahkan dengan mengucapkan stop geser mang (maksudnya kertas pekerjaan dari yang dituliskan ketua kelompok suruh untuk digeser /diberikan kepada anggota kelompoknya searah jarum jam). Kemudian guru mengucapkan kembali tarik mang untuk kembali meneruskan cerita yang ditulis temannya selama 3 menit. Setelah 3 menit berlalu guru mengucapkan stop, geser mang ( anggota kelompok memberikan kertas pekerjaannya kepada anggota kelompok seterusnya searah jarum jam. Kemudian guru mengucapkan kembali goes mang untuk kembali meneruskan cerita yang teliskan dari anggota sebelumnya. Hal ini dilakukan berulang-ulang hingga pada waktu yang telah ditentukan, guru mengucapkan stop finis!! ,sehingga seluruh kelompok yang ada dikelas tersebut harus berhenti.
Setelah itu barulah dilakukan presentasi kelompok dan mendapatkan tanggapan dan sekaligus penilaian hasil penulisan cerita dari kelompok lain. Ternyata berdasarkan pengalaman tadi model MCK ini sangat efektif dalam proses pembelajaran. Apabila karakter dari Mata Pelajaran IPS yang bersifat informasi, pemecahan masalah dan pengambilan keputusan , Model MCK atau Model Narik Becak ini layak dicoba , karena hasilnya nyata terbukti mengefektifpan belajar.

Penulis juga memperkenalkan model ini pada kegiatan pelatihan replikasi guru-guru di Bogor mendapatkan respon yang baik. Bahkan saat ini selain model TGT , model MCK juga ngetren di Bogor. Selain respon dari siswa juga respon dari guru-guru di Bogor sangat baik dan telah banyak pula guru-guru menggunakan model MCK ini dalam proses pembelajaran.