PANGLIMA PERANG JIAN BERSISIK NAGA
(ceritatrisno)
Duhulu kala , di sebuah tempat
yang jauuh banget, hiduplah seekor naga besar bernama Long Wei. Naga ini sudah
hidup ratusan tahun, tapi bukan naga biasa. Sebenarnya, Long Wei adalah seorang
dewa bernama Dewa Jian yang dikutuk oleh para dewa lainnya. Kenapa dikutuk?
Karena dia melakukan kesalahan di kayangan! Entah lupa bayar utang karma atau
kelepasan makan sesajen, yang jelas, hukumannya berat: turun ke bumi dan
berubah jadi naga!
Dewa Jian hanya bisa kembali ke
kayangan kalau dia berhasil menjadi dewa lagi. Tapi masalahnya, hukuman ini
bisa berlangsung lama atau sebentar, tergantung dia sendiri. Makin cepat sadar,
makin cepat bebas. Sayangnya, Long Wei nggak sadar-sadar juga.
Seiring waktu, Long Wei mulai
putus asa. Sudah beratus-ratus tahun dia jadi naga, dan setiap hari hukuman itu
terasa semakin menyiksa. Saking frustasinya, dia mencoba bunuh diri! Pertama,
dia lompat ke dalam gunung api. Tapi bukannya terbakar, apinya malah
padam! "Ya ampun, aku aja gagal
mati!" gerutunya. Nggak mau menyerah, Long Wei pun terjun dari tebing
super tinggi. Tapi tebingnya malah
batuannya yang patah! "Seriusan?! Aku bahkan lebih keras dari
batu?!" Hari demi hari berlalu, dan
Long Wei masih naga. Sampai akhirnya, dia sadar kalau semua usaha bunuh dirinya
sia-sia. "Mungkin aku harus berubah jadi naga yang lebih baik,"
pikirnya.
Suatu hari, datanglah petunjuk
dari langit (lebih tepatnya, awan yang tiba-tiba berbentuk tulisan).
"Lakukan bertapa dan sucikan hatimu, maka kau akan kembali menjadi
dewa."
Long Wei pun pergi ke sebuah
danau yang super jernih. Di sanalah dia mulai bertapa. Nggak makan, nggak
minum, nggak update status. Hari berganti bulan, bulan berganti tahun, dan...
ratusan tahun pun berlalu! Karena terlalu lama bertapa, tubuh Long Wei menyusut,
mengecil, terus mengecil... sampai akhirnya, dia berubah jadi tongkat kayu!
Di desa dekat danau itu, hiduplah
pasangan suami istri sederhana, Pak Liang dan Bu Mei. Mereka sudah menikah 25
tahun tapi belum dikaruniai anak. Setiap hari mereka berdoa, berharap bisa
punya keturunan. Suatu hari, Pak Liang pergi ke hutan untuk mencari kayu bakar.
Saat tiba di tepi danau, matanya tertuju pada sebuah tongkat kayu yang
kelihatan unik. "Ini kayu atau harta karun, ya?" pikirnya sambil
mengangkat tongkat itu. Anehnya, meskipun kecil, tongkat itu terasa sangat
berat! Karena penasaran, Pak Liang pun membawanya pulang. Sampai di rumah, ia
mengikat kayu-kayu bakarnya seperti biasa. Tapi tongkat kayu aneh itu tidak ia
ikat. "Kayu ini kayaknya bisa dipakai buat hal lain," gumamnya.
Pada malam hari, saat Pak Liang
dan Bu Mei sedang bersiap tidur, mereka dikejutkan oleh sesuatu yang aneh.
Tongkat kayu yang Pak Liang bawa dari hutan tiba-tiba bersinar terang seperti
bintang di langit. Cahayanya begitu terang, bahkan bisa menerangi seluruh rumah
mereka.
“Pak, lihat! Apa itu?” tanya Bu
Mei, matanya membelalak. Pak Liang terdiam, nyaris tak percaya dengan apa yang
ia lihat. “Aku tidak tahu, Bu. Tapi rasanya ada sesuatu yang luar biasa tentang
tongkat ini.” Lalu, tongkat itu mulai bergerak sendiri! Pak Liang dan Bu Mei
mundur perlahan, jantung mereka berdebar kencang. Tiba-tiba, tongkat itu
memanjang dan berubah bentuk, hingga akhirnya berdiri tegak di depan mereka.
Dari tongkat itu muncul suara lembut tapi tegas.
“Pak Liang, Bu Mei, aku adalah
Long Wei, yang telah melakukan bertapa untuk berubah. Aku ingin mengucapkan
terima kasih karena kalian telah menemukanku,” kata suara itu. Seketika, ada
bayangan tubuh Long Wei muncul dalam bentuk manusia! Pak Liang dan Bu Mei
semakin terkejut, tapi anehnya, mereka tidak merasa takut. Ada sesuatu yang
magis dan menenangkan dari sosok di hadapan mereka.
“Aku sudah terlalu lama dalam
wujud naga, dan akhirnya bisa kembali berubah menjadi sosok manusia berkat
kalian. Sebagai tanda terima kasih, aku akan memberikan kalian sebuah berkah,”
lanjut Long Wei.
Pak Liang dan Bu Mei saling
pandang, bingung sekaligus penuh harap. Mereka sudah lama menginginkan anak,
dan sekarang makhluk ajaib ini menawarkan berkah.
“Apa yang kalian inginkan, akan
aku berikan,” kata Long Wei dengan suara lembut.
Pak Liang dan Bu Mei pun berdoa
bersama, berharap impian mereka terwujud. “Kami hanya ingin dikaruniai anak
yang sehat dan bahagia,” jawab mereka dengan penuh ketulusan.
Long Wei tersenyum, mengangkat
tangannya, dan memberi berkah kepada pasangan tersebut. Seketika, cahaya terang
menyinari mereka, lalu menghilang. Setelah itu, bayangan Long Wei kembali
berubah menjadi tongkat kayu .
Keesokan harinya, Bu Mei merasa
ada sesuatu yang berbeda dalam tubuhnya. Beberapa bulan kemudian, ia terus
berharap bahwa dirinya masih bisa hamil! Pak Liang dan Bu Mei akan sangat
bahagia dan terus berharap doanya mereka
terkabul. Mereka akan merawat calon bayinya dengan penuh cinta, dan si kecil
membawa kebahagiaan besar dalam keluarga mereka. Setiap kali melihat tongkat
kayu yang kini disimpan dengan penuh kehati-hatian, mereka selalu teringat pada
Long Wei yang akan mengubah hidup mereka
selamanya.
Seperti biasa pagi-pagi sekali Pak Liang berangkat ke pasar
untuk menjual kayu bakar. Seperti biasa, Bu Mei yang tinggal di rumah
melanjutkan kegiatan rutinnya di dapur. Hari itu, ia sedang memasak dan
mengambil beberapa kayu bakar yang sudah disiapkan oleh suaminya. Tanpa
sengaja, Bu Mei memasukkan tongkat kayu yang ditemukan Pak Liang di hutan ke
dalam tungku bersama dengan ranting-ranting kayu lainnya.
Tiba-tiba, setelah tongkat kayu
itu mulai terbakar, terdengar suara jeritan keras dari dalam tungku! Suara itu
begitu mengejutkan Bu Mei. Tiba-tiba, dari dalam tungku muncul seorang pria
yang meloncat keluar dan berdiri tepat di depannya. Karena terkejut, Bu Mei
langsung jatuh pingsan. Beberapa saat kemudian, Bu Mei mulai siuman. Ia melihat
seorang pria tampan berdiri di depannya. Pria itu bukanlah orang biasa,
melainkan Long Wei yang telah berubah dari seekor naga menjadi tongkat kayu,
dan kini kembali menjadi manusia. Long Wei tersenyum dan menjelaskan kepada Bu
Mei.
"Jangan takut, Bu Mei. Saya
adalah Long Wei. Saya sudah lama berada dalam wujud naga, dan berkat kebaikan
Anda yang telah membantu saya, saya akhirnya bisa berubah kembali menjadi
seorang dewa," kata Long Wei dengan suara lembut. Bu Mei masih terlihat
terkejut, tetapi ia merasa nyaman mendengar penjelasan Long Wei. "Sebagai
tanda terima kasih, saya akan membantu Anda dan Pak Liang. Saya akan berdoa
agar Tuhan mengabulkan permohonan kalian untuk dikaruniai anak," lanjut
Long Wei. Dengan senyuman, Long Wei mengangkat tangannya dan memberi berkah.
Long Wei juga berpesan bila nanti mempunyai anak mohon diberi nama Jian agar
mereka dapat selalu mengingatku Dewa Jian. Setelah itu, ia menghilang dan
kembali ke kayangan. Tak lama setelah itu, Pak Liang pulang dari pasar dengan
membawa uang dan belanjaan. Ia disambut oleh Bu Mei yang segera menceritakan
semua yang terjadi. Pak Liang terkejut dan sangat bersyukur atas bantuan Long
Wei.