Translate

Kamis, 01 Mei 2025

Ghosting, Gaslighting, dan Red Flag: Mengapa Hubungan Gen Z Kini Semakin Pelik?

Di tengah gempuran teknologi dan budaya pop, hubungan romantis kini tak lagi sesederhana soal cinta atau komitmen. Istilah seperti ghostinggaslighting, dan red flag menjadi jargon sehari-hari di kalangan Gen Z dan milenial, menggambarkan dinamika relasi yang kian rumit. Artikel ini mengulas akar masalahnya, dari pengaruh media digital hingga psikologi manipulatif, dilengkapi data penelitian dan kisah nyata.

1. Ghosting: Ketika Pasangan Mendadak Jadi Hantu

Apa Itu Ghosting?
Ghosting merujuk pada tindakan memutus komunikasi secara tiba-tiba dalam suatu hubungan, tanpa kejelasan alasan atau penutupan. Fenomena ini melejit seiring maraknya aplikasi kencan online seperti Tinder dan Bumble.

Kisah Nyata:
Seorang mahasiswi di Surabaya (22) berbagi pengalaman: "Kami sering janjian ketemu, tapi suatu hari chat-nya dibaca tanpa direspons. Aku coba telepon, nomornya tidak aktif. Rasanya seperti dihapus dari hidupnya tanpa jejak."

Faktor Pemicu:

  • Budaya 'Swipe' yang Instan: Kemudahan mencari pasangan baru di aplikasi kencan membuat orang enggan menyelesaikan konflik (studi Journal of Social and Personal Relationships, 2018).
  • Hindari Tanggung Jawab Emosional: Psikolog klinis, Dr. Monica Vermani, dalam Psychology Today menyebut, "Ghosting adalah bentuk penghindaran untuk tidak dianggap sebagai 'orang jahat'."
  • Ilusi Kesempurnaan: Banyak orang memilih "kabur" ketimbang menerima ketidaksempurnaan pasangan.

Mengapa Hubungannya Rumit (Pexels.com/rdne)
2. Gaslighting: Senjata Psikologis yang Menggerogoti Mental

Memahami Gaslighting:
Gaslighting adalah manipulasi psikologis yang membuat korban mempertanyakan kenyataan, ingatan, atau persepsi sendiri. Istilah ini diadaptasi dari film Gaslight (1944), di mana suami perlahan membuat istri merasa gila.

Contoh Kasus:
Seorang pria (27) di Medan mengungkapkan, "Pacar sering mengubah cerita. Saat aku protes, dia bilang, 'Kamu salah dengar, aku nggak pernah bilang begitu.' Aku sampai ragu pada ingatanku sendiri."

Dampak yang Mengintai:

  • Korban gaslighting berisiko mengalami kecemasan kronis, depresi, hingga gangguan identitas diri.
  • Menurut American Psychological Association (APA), pola ini sering ditemukan dalam hubungan kekerasan emosional.

Taktik Gaslighting yang Umum:

  1. Penyangkalan Terang-terangan: "Aku tidak pernah berjanji seperti itu!"
  2. Pemutarbalikan Fakta: "Kamu yang salah paham, aku selalu baik."
  3. Meremehkan Perasaan: "Dasar lebay, cuma gitu aja tersinggung."

3. Red Flag: Alarm Bahaya yang Sering Dianggap Biasa

Apa Itu Red Flag?
Red flag adalah tanda peringatan dalam hubungan yang mengisyaratkan potensi perilaku toxic, seperti kontrol berlebihan, ketidakjujuran, atau agresi pasif.

Contoh Nyata:

  • Isolasi Sosial: "Dia melarangku ikut acara kampus dengan dalih cemburu buta," cerita seorang karyawan (24) di Bali.
  • Love Bombing: Memberikan hadiah mahal dan pujian berlebihan di awal hubungan, lalu tiba-tiba menarik diri untuk menciptakan ketergantungan.

Mengapa Sulit Dideteksi?

  • Romantisasi Toxic Relationship: Drama televisi sering menggambarkan posesif sebagai "bukti cinta," sehingga red flag dianggap normal.
  • Keterikatan Emosional: Menurut konselor hubungan, Dini Arini, M.Psi., "Banyak korban mengabaikan red flag karena takut kehilangan pasangan yang dianggap 'soulmate'."

Akar Kerumitan Hubungan Generasi Kini

a. Dikte Teknologi dan Dunia Maya

  • Komunikasi Dangkal: Interaksi via chat rentan menimbulkan salah paham karena hilangnya ekspresi nonverbal.
  • Kultur Pamer Hubungan: Tren "couple goals" di TikTok dan Instagram menciptakan standar tidak realistis.

b. Pergeseran Prioritas Hidup

  • Survei Pew Research Center (2023) mengungkap 64% Gen Z lebih memprioritaskan karir dan pendidikan di atas pernikahan.
  • Generasi muda kini lebih kritis menolak hubungan yang dianggap mengganggu kesehatan mental.

c. Minimnya Role Model Relasi Sehat

  • Banyak anak muda belajar dari konten media sosial yang menormalisasi toxic traits, seperti "cinta harus sakit-sakitan."

Jalan Keluar: Menata Ulang Pola Relasi

  1. Asah Kepekaan: Waspadai red flag sejak fase perkenalan, seperti sikap tidak menghargai privasi.
  2. Komunikasi Dua Arah: Utarakan ekspektasi secara jelas tanpa menyerang, misal: "Aku tidak nyaman ketika kamu…"
  3. Edukasi Mandiri: Ikuti akun edukasi hubungan sehat seperti @psych2go atau baca buku Set Boundaries, Find Peace (Nedra Glover Tawwab).

Kerumitan hubungan modern adalah buah dari pertemuan antara kemajuan teknologi dan evolusi nilai sosial. Dengan mengenali ghosting, gaslighting, dan red flag, generasi muda bisa memilih untuk tidak terjebak dalam pola relasi destruktif. Seperti kata pakar hubungan Esther Perel, "Cinta yang baik harusnya membebaskan, bukan mengurung."

Sumber Referensi

  1. LeFebvre, L. E. (2020). Ghosting as a Relationship Dissolution Strategy. Journal of Social and Personal Relationships. https://www.researchgate.net/publication/317576909_Phantom_Lovers_Ghosting_as_a_Relationship_Dissolution_Strategy_in_the_Technological_Age
  2. Sweet, P. L. (2019). The Sociology of Gaslighting. American Sociological Review.

https://www.asanet.org/wp-content/uploads/attach/journals/oct19asrfeature.pdf

  1. Pew Research Center. (2023). Gen Z and the Future of Relationships. https://www.pewresearch.org/social-trends/2020/05/14/on-the-cusp-of-adulthood-and-facing-an-uncertain-future-what-we-know-about-gen-z-so-far/
  2. Wawancara dengan Dini Arini, M.Psi., Konselor di Pusat Layanan Psikologi Bandung. http://repository.binawan.ac.id/2232/2/PSIKOLOGI%20KLINIS-New.pdf

 

Tidak ada komentar: