Kamis, 21 April 2016

EMANSIPASI DAN KODRAT WANITA

Emansipasi dan Kodrat Wanita Setiap tanggal 21 April dikenal sebagai Hari Kartini. Dengan peringatan Hari Kartini kita mencoba menggali lebih dalam makna yang bisa dipelajari dan direnungkan untuk menjadi motivasi belajar agar cita-cita untuk mendapatkan keadilan bagi sesama manusia (khususnya bagi kaum perempuan) dapat kita tingkatkan. Ini hakikat perjuangan dan cita-cita Kartini,” Tetapi lebih jauh dari itu, sebenarnya Kartini juga memperjuangkan agar dunia pendidikan terbuka luas bagi kaum perempuan, supaya kaum perempuan mempunyai pengetahuan yang lebih luas pula dan bisa berbuat banyak hal dalam masyarakatnya. Menurut Kartini, hanya kalau tingkat pendidikan kaum perempuan lebih tinggi, maka hal itu bisa tercapai. Sebab, bagaimana mungkin kaum perempuan yang selama ini bertugas untuk mendidik anak-anak masa depan bangsa kita, kalau dia sendiri tidak terdidik. Saat itu perempuan-perempuan desa umur 12 tahun sudah harus dipingit untuk segera dikawinkan, Kartini malah memperjuangkan agar dia bisa sekolah. Ini bukan perjuangan sederhana, sebab pada masa itu, anak perempuan ke luar rumah untuk sekolah adalah peristiwa luar biasa dan hampir seperti “pemberontakan” saja. Kartini nasibnya lebih baik, karena dia anak tokoh masyarakat terpandang yakni Bupati Jepara. Apa Esensinya memperingati mengenang jasa Kartini ? Sudah tentu kita antara lain dapat melihat dan mendiskusikan Emansipasi dan Kodrat Wanita. Pada saat ini peranan emansipasi dan kodrat wanita sudah mendapat tempat yang sejajar dengan kaum pria. Mereka sudah dapat berpartisipasi dan berkarya untuk keluarga dan negeri ini. Sebut saja tokoh-tokoh wanita yang saat ini berkarya dibidangnya antara lain : Megawati Soekarnoputri , Dr. Mutia Hatta, Dr. Sri Mulyani, Christin Hakim, Moeryati Sudibyo, Dewi Motik , dan lain-lainnya telah menunjukan prestasi yang luar biasa bahkan melebihi kaum pria. Berkaitan dengan emansipasi, kondisi ini masih saja terjadi hingga saat ini, bagi perempuan masih banyak yang belum mendapatkan kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik. Bagaimana konsep daripada Kartini dan emansipasi itu tetap ada dalam koridor, bahwa kita sebagai perempuan tidak ingin melebihi daripada laki-laki dan ketika kita berkomitmen untuk hidup dalam keluarga, maka ada fungsi-fungsi Ibu dan Istri yang harus dilakukan. Emansipasi lebih pada bagaimana peran wanita bisa berkiprah di ruang publik. Banyak profesi sekarang ini yang dijalani pria bisa dilakukan wanita. Dan ini bentuk kemajuan emansipasi. Tapi tetap pada batas batas tertentu tetap tidak bisa dijalani oleh wanita..dan wanita tetap tidak bisa lepas kodratnya sebagai permaisuri di sebuah keluarga yg harus tetap menjalankan peran sebagai istri sekaligus ibu rumah tangga di rumah, apapun profesi yang dijalani di luar rumah Kondisi ini masih saja terjadi hingga saat ini, bagi perempuan masih banyak yang belum mendapatkan kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik. Itu terjadi di daerah pedesaan maupun berada di beberapa pelosok negeri ini. Saat Ibu Kartini kecil sudah sangat peduli pada nasib temannya sesama perempuan yang tidak mendapat kesempatan mendapatkan pendidikan. Seyogyanya saat ini dengan teknologi canggih sudah sedemikian mempermudah kita untuk dapat saling berbagi, lebih saling peduli dan .jangan ada lagi anak bangsa baik laki-laki dan perempuan tidak mendapatkan rpendidikan yang layak. Untuk itu apabila hingga saat ini masih terjadi bagi perempuan masih banyak yang belum mendapatkan kesempatan untuk memperoleh pendidikan yang lebih baik, maka harus dilakukan secara bersama dan bersinergi , untuk terus dan terus meningkatkan emansipasi wanita. Bagaimana konsep daripada Kartini dan emansipasi itu tetap ada dalam koridor, bahwa kita sebagai perempuan tidak ingin melebihi daripada laki-laki dan ketika kita berkomitmen untuk hidup dalam keluarga, maka ada fungsi-fungsi Ibu dan Istri yang harus dilakukan. Tentang kodrat wanita , bagaimana konsep dari " Ibu Kartini" itu tetap ada dalam koridor, bahwa menurutnya sebagai perempuan tidak ingin melebihi daripada laki-laki dan ketika kita berkomitmen untuk hidup dalam keluarga, maka ada fungsi-fungsi Ibu dan Istri yang harus dilakukan. Berkaitan dengan kodrat, hal ini yg sudah nampak dari lahir dan tidak mungkin antara laki-laki dan perempuan bertukar dlm keberfungsiannya dlm hal alamiah. Misalnya laki-laki menghamili, perempuan hamil, melahirkan dan menyusui. Itu semua yang digariskan seiring dengan Tuhan Yang Maha Kuasa menciptakan alam dan seisinya telah menjalankan fungsi dan ketetapannya masing-masing. Dalam kodrat kadang kala menurut sebagian orang, menghalangi wanita untuk bisa lebih maju, namun sebenarnya hal itu sudah ada jawabnya dalam Islam. Wanita dalam islam sanga dimuliakan , sehingga apabila memahaminya anggapan kodrat menghalangi wanita untuk hidup lebih maju itu tidak terjadi. Bagaimana seharusnya bagi para Kartini saat ini ? Terutama para Kartini muda harus dapat mencontoh dan meningkatkannya segala peranan mereka dengan lebih baik. Saat ini di Indonesia telah ada kesetaraan gender yang tidak lagi mempersoalkan laki-laki atau perempuan. Dalam segala lini pekerjaan yang dituntut hanyalah kerja keras dan profesionalisme, sehingga banyak perempuan yang saat ini dapat mengemban tugas dan meneruskan cinta-cita Ibu Kartini. Jasa Kartini yang telah mengangkat harkat dan martabat perempuan Indonesia jangan sampai dilupakan . Raden Ajeng Kartini terus menempatkan kondrat wanita sebagai pendamping laki-laki harus selalu dikenang dan terpatri pada semua hati sanubari para wanita Indonesia . Untuk itu jangan sampai melupakan jasa Kartini , yang mengangkat emansipasi wanita Indonesia.

Tidak ada komentar: